Mohon tunggu...
Dimas Anggoro Saputro
Dimas Anggoro Saputro Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer | Content Creator

"Bisa apa saja", begitu orang berkata tentang saya.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Macam-macam Kejahatan Finansial Perbankan

8 Mei 2019   16:09 Diperbarui: 8 Mei 2019   16:57 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara tentang kejahatan, ada quotes yang otomatis terputar di kepalaku:

"Kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah! Waspadalah!"---Bang Napi

Orang bertubuh besar mengenakan rompi kulit, ada tatto di lengan kanan dan kirinya, ia mengenakan pula topeng putih yang menutupi separuh wajahnya dan penutup kepala dari kain. Itulah sosok Bang Napi yang selalu hadir dari balik jeruji besi mengingatkanku di siang bolong untuk selalu waspada.

Semakin berkembangnya jaman, semakin berkembangnya teknologi, berkembang pulalah kejahatan. Ya, karena ada niat dari pelaku dan adanya kesempatan. Kini, ada kejahatan yang disebut dengan istilah Cyber Crime. Kejahatan yang dilakukan menggunakan media perantara, teknologi. Contoh kejahatan Cyber Crime ada pada lini finansial perbankan, yaitu pembobolan ATM lewat Skimming.

Kejahatan finansial perbankan tak hanya sampai di situ saja. Banyak bentuk dan beraneka ragam. Ingat kembali pesan Bang Napi, waspada! Macam-macam kejahatan finansial perbankan dan cara mewaspadainya, terkumpul:

DI SINI

***

Dulu dan sekarang

Dulu, jika ingin menabung, kita harus menyediakan tempat khusus. Tempat itu beraneka ragam bentuknya. Ada yang dibuat dari kerajinan tangan berbahan baku tanah liat, biasanya berbentuk menyerupai hewan. Paling hits berbentuk hewan ayam. Media yang disebut "celengan" tersebut juga bisa terbuat dari bekas tempat biskuit. Jika tak mau repot, biasanya disimpan di antara tumpukan baju di dalam lemari.

Memiliki banyak uang, banyak tabungan, membuat kita menjadi tidak tenang saat tidur di malam hari maupun pergi meninggalkan rumah. Alhasil, maling pun berkeliaran menyatroni rumah-rumah yang dilansir memiliki potensi simpanan banyak di dalamnya. Dari kejadian itu, munculah inovasi perbankan yang diklaim lebih aman daripada menabung mandiri di rumah.

Kemudahan-kemudahan dan inovasi

Untuk membuka rekening tabungan pun caranya mudah. Cukup datang ke bank terdekat dengan membawa kartu identitas beserta sejumlah uang untuk ditabung perdana. Tunggu beberapa saat, dan.. buku rekening tabungan pun terbit untuk segera pindah ke tangan kita. Buku tabungan biasanya disertai kartu DEBIT yang biasa kita sebut "kartu ATM". Keuntungannya, kita bisa mengambil dan menyetor uang secara mandiri melalui ATM. Tak perlu pusing memikirkan antrean di teller bank dan biaya administrasi yang dibebankan kepada nasabah setiap transaksi perbankan.

rekening ponsel (styleintech.com)
rekening ponsel (styleintech.com)

Inovasi berlanjut. Tak perlu buku tabungan, tak perlu juga "kartu ATM", cukup dengan menggunakan nomor telepon genggam yang kita miliki! Cara menggunakannya pun cukup mudah, hampir sama dengan menggunakan "kartu ATM". Cukup masukan nomor telepon genggam kita yang terdaftar, kemudian masukan kode verifikasi yang dikirimkan ke nomor telepon genggam kita. Selanjutnya, selamat bertransaksi!

Contoh celah dari kemudahan dan inovasi

Namun, lagi-lagi kejahatan finansial hadir! Di balik kemudahan tersebut, tetap ada celah yang bisa diendus oleh pelaku kejahatan. Korban dari "rekening ponsel" sebagian besar adalah para pengemudi ojek online. Para pelaku kejahatan ini menggunakan modus operandi mengaku sebagai petugas bank. Caranya dengan asal menghubungi nomor pengemudi ojek online secara acak. Bagaimana mendapatkan nomor pengemudi ojek online? Mudah! Setiap kita memesan ojek online di situ pasti tertera nomor telepon si pengemudi bukan?

Setelah menghubungi nomor target. Pelaku yang mengaku petugas bank meminta kode verifikasi yang terkirim di telepon genggam korban. Ancamannya adalah pemblokiran rekening! Siapa yang tak bingung dengan ancaman itu ketika panik mendera? Terlebih kurangnya pemahaman dan pendidikan. Tak perlu panik, biarkan "rekening ponsel" terblokir.

"Kok bisa para pelaku memblokir rekening?", muncul pertanyaan. Tentu saja bisa! Analoginya begini, cobalah transaksi perbankan di ATM menggunakan "kartu ATM", lalu masukan nomor PIN yang SALAH beberapa kali. Dan, selamat! "Anda terblokir". Sama halnya dengan "rekening ponsel", para pelaku memasukan kode verifikasi SALAH beberapa kali hingga mengakibatkan "rekening ponsel" terblokir.

***

Ketika semuanya berkembang, tak menutup kemungkinan kejahatan juga turut berkembang. Sebaiknya, kita pun mengembangkan pengetahuan kita juga. Salah satunya lewat literasi.

Selamat menunaikan ibadah puasa. Semoga ketaqwaan kita berkembang, begitu pun dengan pengetahuan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun