Mohon tunggu...
Dimas Anggoro Saputro
Dimas Anggoro Saputro Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer | Content Creator

"Bisa apa saja", begitu orang berkata tentang saya.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pusat Oleh-oleh Etalase Produk UMKM

7 Juni 2018   23:18 Diperbarui: 7 Juni 2018   23:45 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan lupa oleh-olehnya ya!", pesan seorang kawan di ujung pintu masuk peron sambil melambaikan tangan tanda perpisahan. Pesan itu jika diperhalus, kurang lebih seperti ini: "Hati-hati di jalan, semoga selamat sampai tujuan".

Buah tangan, atau nama femes-nya 'oleh-oleh'. Yang berarti barang yang dibawa dari berpergian, merupakan barang yang wajib dibawa oleh sebagian orang untuk diberikan kepada orang terdekat. Oleh-oleh menjadi sebuah pembuktian bahwa seseorang benar adanya pernah berkunjung ke tempat tersebut.

Oleh-oleh pun memiliki wujud beraneka ragam. Mulai dari benda, hingga makanan. Namun, sebagian besar orang lebih memilih membawakan buah tangan makanan daripada benda. Mereka berpikir jika membawa makanan pasti akan lebih bermanfaat, dan orang yang diberikan oleh-oleh tersebut dapat mencicip kuliner dari tempatnya berasal.

Prinsip Pariwisata

Apa tujuan Anda berwisata? Sekadar refreshing? Ingin menikmati bentang alam? Liburan? $#@*$%!^@&--banyak.

Apapun tujuan Anda berwisata, pasti tempat yang Anda kunjungi memiliki unsur 3D (Dikunjungi, Dinikmati, Dibawa---pulang). Sebut saja salah satu daerah yang sering menjadi incaran wisatawan lokal maupun wisatawan asing, Daerah Istimewa Yogyakarta---Jogja.

Banyak orang salah tafsir akan nama Kota Pelajar ini. Orang sering menulis 'Jogja' dengan Yogyakarta. Padahal Yogyakarta sendiri adalah salah satu dari 5 Kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyebutan maupun penulisan provinsi ini pun sudah tak memerlukan adanya kata 'Provinsi' di depan DIY, hal tersebut tertuang dalam undang-undang Keistimewaan.

Dalam urusan wisata, DIY bak toko serba ada. Mulai dari sejarah, budaya, bentang alam, dsb. Tak terkecuali wisata kulinernya. Sampai-sampai daerah ini mendapatkan julukan Kota Gudeg. Makanan berbahan dasar nangka muda atau manggar tersebut memiliki cita rasa dominan manis. Dulu, makanan ini jarang dijadikan buah tangan bagi para pelancong. Jika ingin merasakannya ya harus ke Jogja. Namun, kini telah tersedia 'gudeg kaleng' yang siap ditenteng ke daerah asal masing-masing pelancong dan diklaim memiliki daya tahan lama.

Etalase Produk Lokal

Sebelum terlahir 'gudeg kaleng', makanan berbahan dasar gandum yang diberi nama bakpia, lebih dulu mencuri hati para pelancong untuk menjadi tentengan ke daerah asal. Bakpia diklaim menjadi oleh-oleh khas Jogja---entah kapan tepatnya.

Kudapan tersebut berselimut kulit pia. Ada yang bertekstur keras, renyah dan lembut. Seiring berjalannya waktu, bakpia pun berubah. Bakpia yang dulu hanya memiliki isian kacang hijau, kini aneka isian bakpia telah tersedia di gerai-gerai pusat oleh-oleh. Hal tersebut terjadi karena tuntutan pasar. Inovasi harus dilakukan oleh produsen jika tidak ingin ditinggalkan oleh konsumennya.

Seperti yang ada di Bakpia Wong Jogja, salah satu pusat oleh-oleh yang beralamat di Jl. Hos Cokroaminoto, kurang lebih 15 menit dari kantong parkir Ngabean---Jl. KH Wahid Hasyim. Di tempat yang menjadi dapur sekaligus gerai tersebut menawarkan bakpia dengan aneka rasa. 

Mulai dari bakpia kacang hijau, bakpia keju, bakpia coklat, bakpia kumbu hitam, bakpia susu dan bakpia yang lain daripada yang lain, bakpia choco hazelnut dan choco almond. Selain memiliki rasa baru dikancah 'perbakpiaan', bakpia choco hazelnut dan bakpia choco almond memiliki bentuk spesial, berbeda dengan bakpia pada umumnya.

Bakpia original dan bakpia inovasi (dok.pri)
Bakpia original dan bakpia inovasi (dok.pri)
Tak hanya menyediakan bakpia saja. Pusat oleh-oleh satu ini menjadi etalase produk lokal. Tersedia aneka minuman jejamuan, tersedia 'obat' coklat kekinian dengan varian rasa, tersedia produk kerajinan tangan seperti prototype becak, sepeda, dll, tersedia pula baju batik. Produk-produk tersebut adalah produk dari UMKM lokal. Produk tersebut juga bisa menjadi alternatif oleh-oleh. Kesimpulannya, tempat ini tak ingkar akan label yang ditempelkannya, yaitu 'pusat oleh-oleh'.

Salah satu produk UMKM yang tersedia (dok.pri)
Salah satu produk UMKM yang tersedia (dok.pri)
Pusat oleh-oleh Bakpia Wong Jogja bisa menjadi alternatif bagi pelancong untuk membeli oleh-oleh yang akan dibawa pulang. Tak menutup kemungkinan juga bagi warga Jogja sendiri yang ingin membeli oleh-oleh yang akan dibawa menuju daerah tujuannya. Masalah rasa, kenyamanan, dan harga itu semua tergantung bagaimana Anda menyikapinya.

Salam,

Dimas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun