Mohon tunggu...
Dimas Anggoro Saputro
Dimas Anggoro Saputro Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer | Content Creator

"Bisa apa saja", begitu orang berkata tentang saya.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

"Noe Coffee & Kitchen", Kedai Kopi Sekaligus "Working Space"

3 Februari 2018   22:48 Diperbarui: 4 Februari 2018   13:51 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kopi, salah satu kekayaan alam Indonesia yang membuat negara asing kepincutsehingga datang ke Indonesia. Tanaman yang dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi tersebut bagaikan tak ada habisnya untuk dibicarakan. Mulai dari menanam, merawat, memanen hingga menyeduhnya menjadi sajian nikmat, kopi selalu saja memiliki tempat dalam pembahasan yang asik.

Perkembangan aktivitas pengolahan dan konsumsi kopi yang terjadi, mengakibatkan hampir semua orang pernah meminum kopi. Seperti dikutip dari cnnindonesia.com, Trish Rothgeb mengungkapkan, perkembangan aktivitas pengolahan dan konsumsi kopi selama ini bisa dikelompokkan ke dalam tiga gelombang. Mulai dari gelombang pertama pada tahun 1800-an, di mana kopi terlahir dalam inovasi kopi instan. Inovasi dengan tujuan memudahkan konsumen untuk menikmati kopi tersebut justru mejadikannya dinilai negatif. Kualitas rasa dikorbankan.

Perkembangan gelombang pertama tersebut memiliki andil yang cukup besar dalam "memasyarakatkan" kopi. Cara penyajiaannya yang praktis dan harganya yang ekonomis, menjadikan kopi berada di dalam daftar menu minuman pilihan di dapur.

Pada perkembangan gelombang kedua, menikmati kopi tak hanya sekadar ritual minum saja. Meminum kopi adalah sebuah pengalaman yang dikaitkan dengan kehidupan sosial. Kedai kopi pun mengalami pergeseran fungsi. Kedai kopi yang dulu untuk menikmati secangkir kopi sambil bertukar informasi, kini kedai kopi dapat dijadikan sebagai working space.

Inovasi perkembangan gelombang kedua tersebut tak lepas dari ekpansi kedai kopi asal Amerika dengan logo Dewi Syren ke Indonesia. Kemunculannya di Indonesia menjadi salah satu role model bisnis kedai kopi. Kedai kopi kini tak hanya menawarkan beragam minuman olahan kopi, tetapi juga sebuah gaya hidup.

Noe Coffee & Kitchen tak sekadar bisnis kedai kopi

Noe Coffee & Kitchen yang berlamat di Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No.68 tampaknya bukan hanya sebuah kedai kopi sepereti kedai kopi serupa di Jogja. Kedai ini tak mengedepankan keuntungan bisnis saja. Seperti penuturan Rommy Wardhana, Manajer Operasional Noe Coffe & Kitchen saat saya berkunjung, "NOE tak hanya sekadar bisnis, tetapi juga tempat untuk berbagi ilmu. Tersedia working space yang dapat digunakan untuk belajar kelompok. Tersedia buku yang dapat dipinjam untuk dibaca sebagai teman menikmati kopi. Tersedia pula beragam permainan tradisional yang dapat dimainkan dengan teman-teman. Akses internet gratis dan stop kontak yang dapat digunakan untuk mengisi ulang daya gawai."

Selain menjadi alternatif menikmati sajian kopi nan nikmat, Noe Coffee & Kitchen dapat menjadi alternatif untuk meeting,belajar kelompok maupun diskusi. Tempatnya memang tidak begitu luas, namun dekorasi interior yang cozy dan homymembuat betah untuk berlama-lama. Mengerjakan tugas kuliah maupun pekerjaan lain dapat dilakukan dengan nyaman. Tersedia working spaceberkapasitas kurang lebih 10 -- 15 orang yang dapat digunakan. Untuk masalah akses internet dan colokan listrik tak usah khawatir, seperti yang telah disampaikan mas Rommy di atas.

Fasilitas-fasilitas yang disediakan Noe Coffee & Kitchen merupakan bukti nyata pemilik kedai kopi dalam memajukan usahanya bersama pelanggan. Seperti filosofi tanduk rusa jantan yang menjadi logo Noe Coffee & Kitchen. Tanduk rusa jantan dapat terus tumbuh dan bertambah kuat, kedai kopi ini juga ingin terus tumbuh dan kuat bersama para pelanggannya.

beberapa fasilitas (dok.pri)
beberapa fasilitas (dok.pri)
Lokasi strategis

Noe Coffee & Kitchen yang berlokasi di jantung Kota Yogyakarta, selatan persimpangan Galeria Mall menjadikannya lokasi yang strategis, sangat mudah diakses. Sayang, lahan parkir yang tersedia kurang mewadahi. Jika sahabat pembaca ingin berkunjung ke Noe Coffee & Kitchen, saya sarankan tidak menggunakan kendaraan roda empat, atau lebih.

Saat saya sengaja berkunjung ke Noe Coffee & Kitchen untuk sekadar menikmati single originyang berbahan dasar kopi Gayo, saya menemui beberapa orang sedang asik berdiskusi di salah satu ruang yang disediakan oleh Noe Coffee & Kitchen sebagai working space. Ruangan tersebut cenderung tertutup, memungkinkan diskusi ataupun pekerjaan sahabat pembaca dengan teman-teman tak terganggu oleh aktivitas pelanggan lain di luar ruangan. Dan tentu saja tak usah khawatir diusir jika berlama-lama, tapi kalo kedainya tutup ya pulang, daripada kekunci konyol di dalam kedai. Noe Coffee & Kitchen buka dari pukul 09.00 -- 02.00 WIB.

Interaksi langsung dengan barista

Sebelum kembali duduk di bangku, saya menghampiri pelayan bar yang sedang sibuk menyiapkan pesanan saya. Penataan dapur Noe Coffee & Kitchen yang terbuka menjadikannya tidak ada sekat antara pelayan bar dan pelanggan untuk berinteraksi. Kala itu pelayan bar yang lebih dikenal dengan sebutan Barista dalam bahasa Itali, menyeduh pesanan saya dengan teknik manual brewpour-over (drip) V60.

Pour-overpertama diciptakan oleh seorang inventor wanita asal Jerman bernama Melitta Bentz. Penemuannya tersebut bermula karena ia bosan meminum kopi berampas. Teknik seduhan tangan manusia ini dapat memberikan kenikmatan mencicipi keaslian cita rasa kopi dan sensasi dari aroma yang berbeda. Rasio kopi, suhu air untuk menyeduh kopi dan ayunan tangan barista saat menuangkan air mengaduk kopi menghasilkan cita rasa nikmat dan rasa yang pas! Kelihaian barista dapat terlihat dari hasil sajian kopi yang dihidangkan.

Manual brewing yang ada di Noe Coffee & Kitchen setiap minggunya berbeda. Kebetulan ketika saya berkunjung, saya berkesempatan menikmati manual brew pour-over (drip) V60.Racikan kopi Gayo yang diseduh menggunakan teknik seduhan tangan manusia tersaji di dalam sebuah botol kaca, bak ramuan ajaib racikan profesor.


Menu favorit

Menu favorit lainnya adalah cappuccino dan latte. Cappuccino dan latte Noe Coffee & Kitchen memiliki cita rasa yang berbeda, house blend-nya tidak ada di tempat lain. Cappuccino, minuman tradisional Italia yang terkenal dengan lapisan atasnya berupa froth susu tersebut adalah gambaran sebuah kesempurnaan. Dalam satu cangkir cappuccino terdapat 1/3 espresso, 1/3 steamed milk dan 1/3 milk forth. Untuk menikmatinya, jangan diaduk. Minum perlahan, foam akan mengawali menelusur kerongkongan, diikuti rasa milky yang kuat setelahnya.

Latte, minuman racikan berbahan dasar espresso ini biasanya dihiasi oleh gambar unik di atasnya. Seni tersebut dikenal dengan istilah Latte Art. Seorang barista memiliki nilai lebih jika ia bisa latte art. Latte, rasanya cenderung milky. Kunci latte ada di proses steamingsusunya. Latte terdiri dari double shotespresso, susu yang di-steam dan micro foam. Sebelum meneguknya, abadikan terlebih dahulu gambar di atas foamlatte, sebelum gambar tersebut lenyap dalam tegukkan. Sejak tegukan pertama akan langsung terasa kopi yang begitu milky, mungkin in yang disebut kopi susu.

Barista di Noe Coffee & Kitchen bukanlah barista biasa. Semua barista telah dibekali dengan sertifikasi barista. Sajian kopi nikmat tak hanya berasal dari biji kopi pilihan yang dipanggang dengan benar dan tepat, sajian tersebut akan terasa nikmat jika diracik dan diseduh oleh tangan-tangan terampil barista andal. Saya angkat topi atas sajian nikmat dari barista Noe Coffee & Kitchen.

Salam,

Dimas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun