Lagi-lagi terjadi. Jum'at, 07 Juli 2017 saya tercengang ketika membuka pesan seorang teman di salah satu grup Whatsapp. Pesan tersebut berisi tentang kegalauannya bersama rekan-rekan penggiat Museum Pendidikan & Mainan Kolong Tangga.
Miris mendengar kabar tersebut. Ironis ketika hal semacam itu terjadi di tengah-tengah kita. Tapi nasi telah menjadi bubur, dan rupanya tak banyak yang bisa diperbuat oleh saya dan teman-teman.
Pengumuman pun telah diterbitkan bersama dengan press release.
Selayang Pandang dari Kolong Tangga
"Museum di mana kamu bisa bermain sekaligus belajar"
Museum Pendidikan & Mainan Kolong Tangga adalah museum anak pertama dan satu-satunya di Indonesia, merupakan wadah untuk mempromosikan pendidikan alternatif melalui mainan dan permainan tempo dulu. Misi utamanya adalah mengangkat dan mengenalkan permainan tempo dulu Indonesia dan dunia. Museum tersebut dikelola oleh Yayasan Dunia Damai. Museum Pendidikan & Mainan Kolong Tangga diinisiatori oleh Rudi Corens, seorang kolektor warga negara asing yang memiliki mainan dan permainan dari berbagai bangsa.Â
Nama museum tersebut bukanlah konotasi belaka. Museum yang menempati ruang kosong di bawah tangga concert hall lantai 2 Taman Budaya Yogyakarta (TBY) sudah ada semenjak tahun 2008. Diresmikan setelah penandatanganan nota kesepakatan antara Yayasan Dunia Damai dan Kepala Taman Budaya Yogyakarta. Koleksi museum tersebut pada awalnya berjumlah 4.000 objek, kini museum tersebut memiliki koleksi 18.000 objek.
Aktivitas di bawah Kolong Tangga
Namanya juga museum, tempat ini sering dikunjungi oleh siapapun yang ingin sekadar berkunjung maupun belajar sekaligus bermain. Salah satu pengemasannya adalah program kunjungan (guiding). Salah satu program dari divisi museum yang kegiatannya adalah mengunjungi museum dengan dipandu oleh para relawan. Relawan akan bercerita kepada pengunjung mengenai objek yang dipamerkan di dalam museum. Setelah belajar, biasanya pengunjung ingin bermain, terlebih pengunjung anak-anak.Â
Dikemas dalam kegiatan workshop, anak-anak bebas untuk mengeksplorasi kemampuan dan daya kreativitas mereka dengan membuat dan memainkan permainan. Seperti contoh menggunakan media tanah liat. Anak-anak dipersilakan berkreasi membuat kerajinan maupun mainan dari tanah liat.
Terpaksa tutup
Selasa, 04 Juli 2017 Museum Pendidikan & Mainan Kolong Tangga resmi ditutup. Penutupan tersebut bukan tanpa alasan. Pimpinan museum beserta anggota yayasan menyadari sejak lama bahwa Museum Pendidikan & Mainan Kolong Tangga tidak dapat menempati Gedung TBY karena beragam alasan, terlebih menempati secara permanen dan dalam kurun waktu yang lama. Senin, 03 Juli 2017 pihak Taman Budaya Yogyakarta menyampaikan permohonan maaf atas gangguan suara bising dan debu dikarenakan sedang dilakukan renovasi di kolong tangga concert hall lantai 2 TBY. Pemberitahuan tersebut disampaikan melalui surat kepada Yayasan Dunia Damai sebagai pengelola Museum Pendidikan & Mainan Kolong Tangga.
Hari berikutnya, Kolong Tangga menemui pihak TBY guna klarifikasi pemberitahuan tersebut. Bak tersambar petir! Hari itu pula pihak TBY meminta agar Kolong Tangga segera mengosongkan museum. Seperti yang disampaikan oleh Public Relation Museum Pendidikan & Mainan Kolong Tangga Redy Kuswanto kepada Republika.co.id:"Sampai sekarang kami masih melakukan packing dan belum tahu koleksi yang berjumlah sekitar 18.000 buah mau disimpan di mana dan kami tidak memiliki dana untuk pindah. Hal ini merupakan kenyataan paling buruk yang harus kami hadapi saat ini".
Diah Tatuko selaku Kepala TBY saat ditemui pihak Kolong Tangga juga menyampaikan bahwa, setelah renovasi selesai dilakukan, Museum Pendidikan & Mainan Kolong Tangga nantinya tidak dapat menempati kembali kolong tangga yang berada di concert hall lantai 2 TBY. Karena nantinya tempat tersebut akan dibangun loket penjualan tiket.
Jangankan untuk membeli sebidang tanah, untuk uang operasional museum mereka harus meminta ke berbagai donatur. Kini, anak-anak kita tidak bisa lagi bermain sekaligus belajar di kolong tangga. Semoga ada tempat lebih baik dan laik bagi 18.000 objek koleksi dan anak-anak kita kelak untuk bermain sekaligus belajar, meski tak harus di kolong tangga.
Salam,
Dimas
Yogyakarta, 08 Juli 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H