Menanti Sikap Berani 3 Bacapres Sejahterakan Petani Tembakau

Kurun waktu lima tahun terakhir ini sub-sektor Industri Hasil Tembakau (IHT) menyumbang pendapatan yang tergolong amat besar bagi APBN Indonesia. Data Kementerian Keuangan menyebutkan rata-rata andil IHT terhadap APBN kisaran 10% hingga 13%.

Tentu saja itu bukan jumlah persentase yang kecil jika dilihat dari seluruh asal sumber perolehan APBN. Tidak dapat ditampik bahwa IHT merupakan golongan yang cukup "sexy" bagi ekonomi Indonesia.

Berbicara sumbangsih IHT bagi APBN maka tidak dapat dilepaskan dari peran petani atau buruh tani tembakau. Dua profesi tersebut merupakan bagian dari lingkaran IHT --selain juga pekerja pabrikan rokok, tenaga pelinting, distributor pemasaran, sampai pedagang warung.

Jasa para petani dan buruh tani tembakau ini begitu penting dalam IHT. Mereka --petani dan buruh tani tembakau---merupakan tulang punggung sub-sektor IHT di sektor hulu. Tanpa petani dan buruh tani tembakau, maka mustahil muncul kualitas tanaman yang baik untuk produksi olahan.

Pentingnya jasa petani dan buruh tani tembakau inilah yang harus menjadi sorotan. Kaitannya dengan sejauh mana keseimbangan antara kesejahteraan hidup mereka dengan jasa-jasanya dalam pertanian tembakau.

Kinerja petani dan buruh tani tembakau seharusnya linier dengan taraf kesejahteraan hidupnya. Apalagi yang menjadikan bertani tembakau sebagai pekerjaan turun temurun keluarganya.

Harapan besar mewujudkan kehidupan kesejahteraan yang layak bagi petani dan buruh tani tembakau, juga pedagang warung rokok kecil-kecilan ada pada semua Bakal Calon Presiden (Bacapres) Indonesia ke depan. Dan keberanian para Bacapres untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan amat dinanti oleh seluruh petani maupun buruh tani tembakau di Indonesia.

Lho kenapa harapan itu ada pada Bacapres yang bakal berkompetisi di Pemilihan Presiden (PIlpres) tahun 2024 mendatang?

Sebab waktu Pilpres 2024 sudah makin mendekat. Sekitaran lima bulanan lagi. Dan artinya Indonesia bakal punya Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan yang baru. Yang bakal menentukan kebijakan-kebijakan terbaik untuk rakyatnya selanjutnya ke depan.

Kebijakan terbaik bagi rakyat --yang salah satunya ada petani dan buruh tani tembakau---lima tahun ke depan inilah yang diharapkan muncul untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Hal tersebut perlu menjadi fokus pemikiran tiga Bacapres yang mencuat saat ini --Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.

Ketiga Bacapres tadi --Anies Baswedan, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo---jangan sampai "memalingkan muka" terhadap nasib kesejahteraan petani dan buruh tani tembakau. Ketiga Bacapres tersebut harus menyadari dari mana pijakan awal besarnya andil IHT untuk ekonomi Indonesia.

Banyak hal perlu dibenahi untuk mengerek kesejahteraan petani dan buruh tani tembakau ke depan, misalnya saja penghasilannya, tingkat harga jual, atau rantai distribusi tata niaga dari hasil panen.

Anies Baswedan, Prabowo Subianto, serta Ganjar Pranowo, sejak sekarang perlu merumuskan strategi yang tepat agar petani dan buruh tani tembakau lebih baik kesejahteraan hidupnya lima tahun ke depan dibandingkan saat ini.

Strategi dan visi misi ketiga Bacapres untuk peningkatan kesejahteraan hidup petani serta buruh tani tembakau yang paling ditunggu sekarang dari janji-janji kampanye. Sekali lagi: sebab petani dan buruh tani tembakau menjadi andalan utama dalam IHT yang berkontribusi besar pada ekonomi nasional.

Banyak petani dan buruh tani yang bertopang pada pertanian tembakau agar tetap dapat menyekolahkan anaknya, membeli susu anaknya, memberi makan sehari-hari keluarganya, dan lain-lainnya secara hidup layak. Tanpa keberanian kebijakan ketiga Bacapres, maka semua itu bakal pupus dari kehidupan petani dan buruh tani tembakau.

Saat ini seluruh petani dan buruh tani tembakau di Tanah Air menunggu kepastian dari ketiga Bacapres. Semoga akan muncul Bacapres yang siap membela kesejahteraan petani tembakau, Bacapres yang siap membawa kehidupan petani tembakau ke arah yang lebih baik, serta Bacapres yang akan melanjutkan nilai-nilai budaya tembakau di Indonesia.