Jutaan orang dalam IHT itu hanya ingin mereka tetap bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang pendidikan tertinggi. Jutaan orang dalam IHT itu cuma ingin tetap dapat membeli lauk pauk untuk sehari-hari. Mereka hanya meminta terciptanya kebijakan yang adil dan berimbang bagi industri tembakau di Indonesia.
Saya merasa alasan jutaan orang yang dapat diserap dalam IHT tersebut cukup masuk akal. Pasalnya dari IHT mampu berkontribusi besar bagi penerimaan APBN. Rata-rata setiap tahunnya mencapai 11%-13% untuk APBN.
Kondisi itu kiranya perlu menjadi perhatian para Bakal Calon Presiden (Bacapres) yang akan berkontestasi dalam Pemilihan Presiden 2024. Semua Bacapres--Anies Baswedan, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo---perlu mencermati kontribusi besar IHT bagi ekonomi negara.
Mengacuhkan keberadaan IHT sama saja sudah selangkah membuat ekonomi Indonesia tiarap. Dan menurut saya, sebaiknya tiga Bacapres yang muncul saat ini tidak berbuat seperti itu.
Seluruh Bacapres harus menyadari ada petani di desa yang secara turun-temurun sudah mengakar keluarganya mencari nafkah dari pertanian tembakau. Ada ibu-ibu yang menjadi pekerja pabrikan rokok demi tetap dapat menyekolahkan anaknya. Ada pedagang di warung-warung kecil yang menjual hasil olahan tembakau (rokok) demi dapat menyambung kehidupan keluarganya. Mereka semua itu berharap IHT Â tidak diabaikan.
Kepekaan itulah yang harus dibangun para Bacapres --Anies Baswedan, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo---terhadap sub-sektor IHT. Semoga, siapa saja yang terpilih nanti dapat mewujudkan kebijakan terbaik bagi IHT dan jutaan orang yang bekerja di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H