Babak penyisihan grup Piala Eropa 2016 telah berakhir sejak Kamis dini hari kemarin (23/06). Tim-tim yang menjadi kekuatan tradisional macam Spanyol, Jerman, Prancis, dan kawan-kawannya dipastikan seluruhnya melaju ke babak 16 besar. Namun, hegemoni mereka terancam oleh tim-tim kuda hitam seperti Kroasia, Belgia, Hungaria, hingga Wales.
Jika merujuk pada komposisi tim pada babak 16 besar nanti, kita dipastikan tidak akan menyaksikan drama partai final yang mempertemukan dua tim yang pernah meraih gelar juara Piala Eropa atau Dunia.
Penyebabnya adalah tabel babak 16 besar yang ada saat ini mempengaruhi peta persaingan tim-tim yang akan bertanding nanti. Sebagai bukti, tim-tim dengan nama besar terpaksa harus saling bentrok sebelum babak puncak karena berada dalam bagan yang sama (perhatikan gambar).
Spanyol misalnya, jika ingin melaju ke final, mereka mesti bersua dengan Italia. Kemudian jika lolos, ada kemungkinan mereka sudah ditunggu Jerman. Berikutnya, mereka juga sudah ditunggu oleh Prancis atau Inggris apabila lolos hingga semi final.
Sementara itu, satu tempat di partai puncak dipastikan akan diisi oleh tim yang belum pernah merasakan manisnya titel jawara Eropa. Bahkan, negara-negara yang berstatus sebagai tim debutan seperti Wales, Irlandia Utara, dan Hungaria, memiliki peluang yang relatif besar untuk dapat melaju hingga partai puncak.
Skenario seperti itu jelas menimbulkan beragam komentar. Sebagian pihak menilai Piala Eropa tahun ini terancam kehilangan gregetnya karena terlalu banyak laga yang berpotensi sebagai final kepagian. Namun, sebagian lagi melihat dengan komposisi tim di fase gugur seperti ini, kemungkinan munculnya kejutan akan semakin besar.
Yang dimaksud kejutan di sini salah satunya adalah hadirnya juara baru di akhir turnamen, layaknya Denmak di Piala Eropa 1992 dan Yunani di Piala Eropa 2004 silam. Jika hal itu sampai terjadi, tentu akan menjadi catatan menarik bagi sejarah perjalanan Piala Eropa.
Segala asumsi tadi baru akan terjawab di babak 16 besar nanti. Sebab, di sinilah drama perang yang sesungguhnya akan benar-benar tersaji.
Untuk itu, penulis telah siapkan ulasan singkat dari tiap pertandingan babak 16 besar yang mulai berlangsung Sabtu (25/06) malam nanti. Berikut ini adalah ulasannya.
Baik Swiss dan Polandia melaju ke babak 16 besar dengan predikat sebagai runner-up grup A dan C. Kedua tim ini sama-sama menampilkan performa yang cukup solid di babak penyisihan grup lalu.
Buktinya, Prancis yang merupakan unggulan di grup A sukses ditahan imbang oleh Xherdan Shaqiri dkk. Pun begitu dengan Jerman di grup C yang mampu diimbangi oleh armada Adam Nawalka. Masing-masing dengan skor kacamata.
Kolektivitas tim menjadi kekuatan dari kedua tim yang akan bertarung di Stade Geoffroy-Guichard, Saint-Ettiene tersebut. Hal itu mengingat baik Swiss dan Polandia merupakan tim kuda hitam yang tidak dilimpahi banyak talenta dengan nama besar.
Swiss dipastikan masih akan bertumpu pada kemampuan Granit Xhaka dan Xherdan Shaqiri di lini tengah. Sementara pos terdepan akan diisi oleh Admir Mehmedi yang telah mencetak satu gol di ajang Piala Eropa 2016.
Di kubu seberang, Polandia masih berharap pada ketajaman Robert Lewandowski yang masih nihil gol sampai saat ini. Meski begitu, nama-nama seperti Arkadiuz Milik dan Jakub Blaszczykowski akan memegang peranan penting dalam mem-back up sang kapten yang kerap dijaga ketat oleh lawan-lawannya.
Berdasarkan performa individu pemain dan tim di babak penyisihan grup, dipastikan duel antara Swiss dan Polandia akan berlangsung alot. Bahkan, sebagai akibat dari catatan produktivitas gol kedua tim ini yang rendah, bukan tak mungkin laga bakal berlanjut hingga babak tambahan.
Kroasia vs Portugal
Kedua tim yang akan bertanding di Stade Bollaert-Delelis, Lens, ini menampilkan performa yang berbeda di babak penyisihan grup kemarin. Kroasia secara mengejutkan tampil digdaya dan keluar sebagai juara grup D mengungguli jawara bertahan, Spanyol.
Sementara Portugal, meski selalu tampil dominan, Seleccao das Quinas harus puas berada di posisi ketiga dan hanya sanggup meraih tiga poin dari tiga laga. Beruntung, pasukan Fernando Santos terhindar dari jalur maut yang dihuni oleh jajaran kekuatan tradisional Eropa.
Jika ingin melaju ke babak berikutnya, Portugal mau tidak mau harus berani melepas ketergantungan berlebihannya terhadap sang mega bintang, Cristiano Ronaldo. Peran CR7 harus diakui begitu dominan sepanjang babak penyisihan grup lalu.
Sang kapten sebenarnya tampil cukup apik bersama Portugal. Namun, bisa saja timnya justru terjerumus dalam lubang kegagalan. Hal itu terjadi apabila tak ada pemain lain yang turut mampu tampil luar biasa dan bisa menjadi pembeda seperti Ronaldo.
Kroasia justru memiliki komposisi pemain yang lebih seimbang. Darijo Srna mampu tampil apik di lini belakang. Luka Modric, Ivan Rakitic, dan Ivan Perisic menjadi jaminan di lini tengah. Sementara itu, Mario Mandzukic dan Nikola Kalinic sejauh ini bisa dipercaya sebagai juru gedor bagi Vatreni.
Satu hal yang patut disyukuri adalah baik Kroasia dan Portugal doyan memainkan sepak bola menyerang nan agresif. Jika demikian, tentu publik berharap tontonan berupa jual-beli serangan dari kedua kubu akan terus berlangsung sepanjang waktu pertandingan.
Wales vs Irlandia Utara
Sajian yang langka akan terjadi pada Sabtu (25/06) ini. Adalah sesuatu yang asing melihat kedua tim asal Britania Raya bertarung di putaran final sebuah turnamen. Hal itu mengingat selama ini timnas Inggris seakan menjadi satu-satunya wajah utama bagi Britania Raya. Namun, pada Piala Eropa 2016, pandangan tersebut seolah berubah.
Benar, kali ini tim-tim Britania Raya lainnya, macam Wales dan Irlandia Utara mampu menyeruak ke jajaran elit Eropa. Keduanya mampu menampilkan performa yang menjanjikan sepanjang babak penyisihan grup lalu, sehingga tim-tim raksasa dibuat repot bahkan cemas apabila bertemu dengan mereka.
Sayangnya, sebelum melanjutkan kejutan lagi, keduanya mesti bentrok lebih dini di babak 16 besar nanti. Sekilas, Wales tampak lebih unggul, apalagi anak-anak asuh Chris Coleman berpredikat sebagai juara grup B, sementara Irlandia Utara hanya sebatas peringkat tiga terbaik.
Meski begitu, secara materi tim, keduanya cukup seimbang. Irlandia Utara sudah tentu mesti mewaspadai ancaman Gareth Bale yang telah mencetak tiga gol di Piala Eropa 2016. Peran Gareth McAuley dan Johny Evans di lini belakang akan sangat krusial bagi skuad racikan Michael O’Neill tersebut.
Kesolidan tim Irlandia Utara akan sangat berpengaruh dalam menghadapi agresivitas Wales yang dimotori oleh nama besar Gareth Bale dan juga Aaron Ramsey. Jika kedua tim tampil meyakinkan, kita mungkin akan benar-benar disajikan drama pertandingan sengit ala Britania yang kental dengan nuansa Kick n’ Rush-nya.
Hungaria vs Belgia
Hungaria masih belum mau berhenti membuat kejutan setelah absen lama dalam turnamen besar Eropa dan Dunia. Sementara itu, Belgia, mencoba untuk terus bangkit sekaligus membuktikan diri bahwa mereka layak diperhitungkan dalam persaingan juara Piala Eropa 2016.
Guna meladeni Belgia, Hungaria yang pernah berjaya di era 50-an akan bertumpu pada kekuatan Balazs Dzsudzsak serta pemain senior, Zoltan Gera. The Magical Magyar juga berharap tuah pemain tertua di Piala Eropa edisi terkini, Gabor Kiraly, dalam menjaga gawang dari serbuan musuh.
Di sisi berlawanan, Belgia yang telah bangkit pasca dikalahkan Italia akan kembali mengandalkan Romelu Lukaku dalam urusan mengoyak jala lawan. Ia akan disokong oleh Eden Hazard, Kevin De Bruyne, dan Axel Witsel di lini kedua.
Melihat materi pemain kedua tim, jelas Belgia unggul segalanya dari Hungaria. Namun, apabila pasukan Bernd Storck mampu memanfaat cela di lini pertahanan Belgia, seperti yang dilakukan Italia lalu, bukan mustahil Hungaria akan terus melanjutkan kiprahnya di Piala Eropa 2016.
Fase gugur adalah masa ketika seluruh tim wajib untuk betul-betul mewaspadai Jerman. Karena di babak inilah Jerman biasanya tampil kian trengginas layaknya mesin diesel. Dan Slovakia patut menyadari hal tersebut.
Slovakia sebagai tim debutan sebenarnya tampil cukup apik di babak penyisihan grup kemarin. Marek Hamsik cs berhasil mengamankan satu tempat di babak 16 besar melalui jalur peringkat tiga terbaik. Mereka bahkan mampu menahan imbang Inggris sehingga sang lawan harus puas hanya menjadi runner-up grup B.
Marek Hamsik, Juraj Kucka, dan Vladimir Weiss menjadi andalan Slovakia di lini tengah yang merupakan posisi krusial. Di lini belakang, Martin Skrtel diharapkan menjadi benteng tangguh dalam menghadapi gelombang serangan Der Panzer.
Sementara itu, meski baru membukukan tiga gol, Jerman tetap layak diwaspadai. Sang juara dunia diyakini memiliki segenap kekuatan yang siap untuk menghabisi Slovakia. Thomas Mueller, Mesut Ozil, Toni Kroos, dan Manuel Neuer menjadi jaminan bagi Jerman dalam memetik hasil maksimal di lapangan.
Jikalau ingin mencuri kemenangan, Slovakia mesti pintar-pintar memanfaatkan cela di lini pertahanan Jerman yang notabene beberapa pemainnya belum begitu fit untuk bertarung di sepanjang gelaran Piala Eropa 2016.
Italia vs Spanyol
Clash of the Titans menjadi tajuk dalam laga ulangan final Piala Eropa empat tahun silam yang mempertemukan Italia dengan Spanyol.
Bagi Spanyol, bertarung menghadapi Italia adalah buah keteledoran mereka yang menyia-nyiakan peluang menjadi juara grup E. Yap, kita tahu bahwa di laga terakhirnya, La Furia Roja kandas oleh Kroasia. Meski begitu, Spanyol tetap memiliki peluang untuk meneruskan langkahnya guna merengkuh gelar juara Piala Eropa ketiga secara beruntun.
Menghadapi Italia jelas bukan perkara mudah. Armada Gli Azzuri mampu tampil apik meski sebelum turnamen berlangsung banyak yang menilai skuad Antonio Conte tidak cukup mumpuni.
Nyatanya, dengan bermodalkan talenta macam Emanuele Giacherini, Antonio Candreva, Graziano Pelle, serta trio Juventus di lini belakang, Italia mampu keluar sebagai juara grup E, mengungguli Belgia dengan golden generation-nya. Meski kalah menghadapi Irlandia, kekuatan Italia layak diperhitungkan oleh Spanyol.
Spanyol sendiri tentu masih berharap pada ketajaman Alvaro Morata yang bermain di Serie A bersama Juventus. Ia akan di-support oleh Cesc Fabregas dan Andres Iniesta di lini tengah. Sementara Gerard Pique dan Sergio Ramos akan bahu-membahu mengamankan gawang Spanyol yang dikawal David De Gea.
Laga yang berlangsung di Stade de France, Saint-Dennis ini diyakini akan berlangsung sengit. Kunci pertarungan ada di lini tengah yang menjadi kekuatan utama dari kedua kubu. Siapa yang mampu menguasainya, dipastikan akan melenggang ke babak perempat final.
Prancis vs Irlandia
Prancis beruntung. Meski di fase gugur ini berada di jalur maut, Les Blues tidak langsung bersua dengan sesama raksasa sepak bola Eropa. Mereka akan berhadapan dengan peringkat ketiga grup E, Irlandia.
Tak bisa dipungkiri, meski tak terkalahkan di babak penyisihan grup, performa Prancis tidak sepenuhnya meyakinkan. Prancis masih terselamatkan berkat dukungan melimpah selaku tuan rumah dan kontribusi apik beberapa pilarnya, salah satunya Dimitri Payet.
Makanya, babak 16 besar menjadi ajang pembuktian bagi skuad Didier Deschamps bahwa mereka benar-benar layak disebut sebagai unggulan utama di Piala Eropa tahun ini.
Irlandia mungkin tampak inferior, namun mereka masih memiliki harapan. Selama pemain-pemain andalan seperti Wes Holahaan, Shane Long, hingga Robbie Brady tampil baik, tim ini selalu berpotensi menyulitkan langkah Prancis.
Sementara itu, guna menaklukkan Irlandia, tuan rumah masih akan berharap banyak pada kekuatan lini tengah yang dihuni oleh N’Golo Kante, Paul Pogba, Blaise Matuidi, hingga Dimitri Payet. Pos tersebut menjadi dinamo permainan Prancis sepanjang Piala Eropa 2016 berlangsung.
Melihat kecenderungan kedua tim selama babak penyisihan grup kemarin, besar kemungkinan laga akan berlangsung alot. Kita mungkin baru bisa menyaksikan gol-gol dari partai ini di babak kedua.
Inggris vs Islandia
Sama seperti Prancis, Inggris sebenarnya juga tergolong beruntung di babak 16 besar ini. Sebelumnya, Inggris berpotensi menghadapi Portugal, namun faktanya tidak demikian. The Three Lions“hanya” akan berjumpa Islandia, negara dengan jumlah penduduk terkecil di Eropa.
Meski begitu, bukan berarti laga melawan Islandia akan berlangsung mudah bagi Inggris. Faktanya, Islandia lebih mentereng performanya dibanding Portugal, atau bahkan Inggris sekalipun.
Sebagai debutan, Islandia mampu meraup lima poin dan bertengger di posisi kedua grup F. Hasil itu di luar ekspektasi publik karena tidak banyak yang menjagokan Aron Gunnarson dkk mampu berbicara banyak di ajang Piala Eropa 2016.
Kekuatan utama Islandia berada di lini tengah yang dikomandoi oleh Gylfi Sigurdsson. Sang pemain tentu sudah hafal betul dengan gaya permainan Inggris mengingat dirinya bermain untuk Swansea City di Liga Primer Inggris.
Inggris masih mengharapkan ketajaman Harry Kane yang menjadi top skor Liga Primer Inggris akan menular di Piala Eropa tahun ini. Selain itu, Wayne Rooney, Raheem Sterling, dan Delle Alli mesti tampil lebih kreatif dalam membangun serangan atau muncul sebagai alternatif pemecah kebuntuan bagi kubu Inggris.
Dari sini terlihat, apabila Inggris kembali mengulangi penampilan pas-pasannya di babak penyisihan grup, bukan tak mungkin laju kejutan Islandia akan semakin sulit untuk dibendung.
Artikel ini turut dimuat di akun blog pribadi penulis. Silakan berkunjung dengan klik tautan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H