Dimitri Payet sukses menjadi penentu kemenangan timnas Prancis di laga perdana Piala Eropa 2016 (11/06). Sepakan melengkung jarak jauhnya di menit-menit akhir berhasil mengoyak jala kiper Rumania, Cipiran Tatarusanu.
Tidak banyak yang menyangka seorang Payet mampu memukau puluhan ribu pasang mata yang memenuhi Stade de France. Atensi publik terlanjur ditujukan pada pemain berlabel bintang macam Paul Pogba ataupun Antoine Griezmann.
Namun, jangan salah, apa yang diperlihatkan Payet semalam sebenarnya bukanlah sesuatu yang benar-benar mengejutkan. Sejatinya, pemain ini tergolong berkualitas. Hanya saja kehebatannya kurang mendapat sorotan. Salah satu faktornya adalah ia tidak bermain di klub papan atas Eropa. Pemain berpostur 175 cm ini pun kini hanya membela klub sekelas West Ham United.
Payet merupakan gelandang serang yang dibekali kemampuan menjelajah dan menyisir lapangan yang mumpuni. Umpan-umpannya kerap berbuah peluang serta assist. Selain itu, ia juga lihai dalam mengeksekusi bola-bola mati.
Soal produktivitas gol, meski bukan berposisi sebagai striker, torehan gol Payet cukup memuaskan. Di musim 2015/2016 kemarin, namanya sukses tercatat di papan skor sebanyak 12 kali di semua ajang.
Jika menengok ke belakang, nama Payet mulai mencuri perhatian sepak bola Prancis pada musim 2010/2011. Dengan kostum Saint-Ettiene, di musim tersebut ia berhasil mencetak 13 gol di kompetisi Ligue 1 Prancis. Berkat performa gemilangnya, ia direkrut Lille yang pada saat itu baru saja menjadi jawara liga.
Bergabung dengan Lille membuat kemampuannya semakin terasah. Di musim keduanya, pemain kelahiran Saint-Pierre ini berhasil mencatatkan torehan apik dengan mencetak 12 gol dan 13 assist. Hasil itu membuatnya masuk dalam pengisi tim terbaik Ligue 1 di musim 2012/2013, meski klubnya hanya finish di posisi 6.
Di musim berikutnya, Payet memutuskan hijrah ke Olympique Marseille. Bersama tim arahan Marcelo Bielsa, lagi-lagi Payet berhasil mencetak prestasi individu yang gemilang. Lagi-lagi hal itu terjadi di musim keduanya, yakni musim 2014/2015.
Di musim tersebut, sang pemain berhasil membuat 16 umpan berbuah gol. Ia pun juga sukses menyarangkan 7 gol di musim yang sama. Sayang, klubnya masih berada di bawah bayang-bayang Paris Saint Germain.
Kesuksesan individu plus usia yang kian matang membuat Payet mencoba peruntungannya bermain di kompetisi luar Prancis. Tujuannya adalah Liga Primer Inggris, namun bukan menuju ke Arsenal, Man United, Man City, ataupun Chelsea. The Hammers, West Ham United yang dikenal sebagai klub medioker menjadi tujuan karir Payet berikutnya.
Ternyata, keputusannya menjadi anak asuh dari Slaven Bilic tidaklah salah. Di musim perdananya, Payet langsung berhasil mengantarkan West Ham mengakhiri liga di posisi 6, lebih baik ketimbang musim sebelumnya yang hanya berada di posisi 12.
Selain itu, ia mampu menembus ke dalam tim terbaik Liga Premier Inggris musim 2015/2016. Penyebabnya tak lain adalah catatan 9 gol dan 12 assist di kompetisi teratas negeri Ratu Elizabeth.
Wajarlah dengan sederet statistik menawan demikian, nama Payet pantas diperhitungkan dalam skuad Prancis. Walau Piala Eropa 2016 ini merupakan ajang internasional perdananya, asal mampu menjaga kekonsisten performa, bukan mustahil pemain 29 tahun ini bakal terus diandalkan Les Blues dalam beberapa tahun ke depan.
Sumber: whoscored.com
Artikel ini juga dimuat di blog pribadi penulis. Silakan klik di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H