Mohon tunggu...
Dimas  Akmal
Dimas Akmal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum yang (lumayan) gemar menulis

Sedang berkuliah di salah satu universitas di Indonesia. Memiliki ketertarikan pada bidang sejarah, bahasa, dan psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mencari Makna dalam Penderitaan: Sebuah Pandangan Viktor E Frankl

11 Januari 2021   11:11 Diperbarui: 11 Januari 2021   14:34 2259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Anastase Maragos, unsplash.com

Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa Tuhan memberikan cobaan yang begitu berat dalam hidup kita? Semua kehilangan, kegagalan, keputusasaan, kehampaan, dan kesedihan dalam kehidupan yang kita alami seperti tiada akhirnya berdatangan. Waktu demi waktu, penderitaan selalu datang, bahkan tanpa peringatan sekalipun. 

Tentu rasanya sulit bagi kita untuk dapat memaknai semua jenis penderitaan kehidupan, sebab terkadang kita tidak menemukan alasan mengapa kita harus menjalani penderitaan dalam kehidupan. Padahal, sesungguhnya setiap manusia bersedia untuk menderita dalam kehidupan, asalkan mereka tahu untuk apa mereka menderita, seperti yang diungkapkan oleh Viktor E. Frankl.

Viktor E. Frankl adalah seorang psikiater dan neurologi pencipta teori Logoterapi yang lahir pada 26 Maret 1905 di Wina, Austria. Sejak kecil, Frankl sudah memiliki ketertarikan pada dunia psikologi dan sempat bertukar kabar dengan Sigmund Freud, penemu teori Psikoanalisis. 

Pada saat Nazi berkuasa di Jerman pada saat Perang Dunia II, Frankl dan keluarganya dikirim ke kamp konsentrasi untuk menjalani kerja paksa karena mereka memiliki keturunan Yahudi. Ayah, ibu, saudara, dan istrinya yang sedang hamil meninggal dalam kamp konsentrasi yang terpisah dari Frankl. 

Frankl menjalani kehidupan dalam kamp konsentrasi yang amat mengerikan, dimana terjadi kekerasan dan perlakuan tidak manusiawi setiap harinya yang dilakukan oleh para penjaga tahanan kepada tahanan. 

Frankl mengamati, bahwa ada beberapa tahanan yang lebih cepat meninggal dan ada yang bertahan lebih lama. Menurutnya, harapan adalah hal yang bisa membuat seseorang bertahan meskipun berada di situasi yang terburuk sekalipun.

Viktor Emil Frankl. Sumber: wikipedia
Viktor Emil Frankl. Sumber: wikipedia

Viktor E. Frankl berpendapat bahwa keinginan manusia adalah keinginan untuk bermakna (will-to meaning). Menurutnya, kehidupan selalu memberikan makna dan makna tersebut dapat ditemukan melalui tiga hal, yaitu pekerjaan, orang (cinta), dan penderitaan. 

Khusus untuk penderitaan, Frankl tidak berpendapat bahwa kita harus menderita untuk mencapai makna, sebab tidak ada gunanya menyakiti diri sendiri. Penderitaan disini dimaksudkan pada penderitaan yang tidak disebabkan karena perbuatan sendiri. Semisal bencana alam atau meninggalnya orang yang kita sayangi.

Apabila datang sebuah penderitaan, sesungguhnya kita memiliki waktu untuk meresponsnya. Bagi Frankl, semua bisa direnggut dari seorang manusia kecuali satu, yaitu kebebasan terakhir untuk menentukan sikapnya sendiri terhadap sesuatu. 

Kebebasan terakhir inilah yang dapat mengarahkan seseorang menuju kepuasan batin yang bermakna. Apabila seseorang meyakini bahwa hidup benar-benar memiliki makna, seharusnya ia mengakui bahwa bahkan di balik penderitaan sekalipun terdapat makna. Sebab, penderitaan adalah bagian dari kehidupan itu sendiri. Tanpa penderitaan hidup kita tidak sempurna.

Lalu bagaimana cara mencari makna tersebut? Menurutnya, makna itu ditemukan dan bukan diberikan. Sebab makna adalah pengambilan sikap oleh seseorang terhadap suatu situasi. 

Selain itu, setiap orang mempunyai makna yang unik dan berbeda-beda. Hal ini dikarenakan situasi dan kondisi setiap orang berbeda-beda. Pencarian makna menurut Frankl tidak membahas mengenai makna hidup secara keseluruhan, melainkan makna yang dapat ditemukan dalam situasi spesifik tertentu. Konsekuensinya, makna bersifat dinamis dan tidak bisa disamakan antara orang satu dengan yang lainnya. Setiap dari kita diberikan kebebasan untuk menentukan sikap dengan penuh tanggung jawab.

Melalui penjelasan di atas mengenai pandangan Viktor E. Frankl mengenai mencari makna di balik penderitaan, dapat diperhatikan bahwa bahkan dalam keadaan yang sedang sulit pun kita masih bisa mengambil sikap dalam menghadapinya. 

Mencari makna dalam penderitaan akan membuat seseorang lebih menerima atas peristiwa yang menimpanya. Usaha pencarian makna di balik penderitaan salah satunya bertujuan untuk mencegah kita dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang sia-sia hanya karena kita merasa kosong tentang diri kita sendiri. 

Dijelaskan oleh Frankl, bahwa ketika kita suka menyibukkan diri dengan kesenangan boleh jadi kita sedang mengalami kehampaan makna. Salah satu contohnya adalah menghadapi masalah hidup dengan mabuk atau dengan menggunakan narkoba. Dalam situasi tersebut kita merasa hampa, tetapi berusaha mengisi kehampaan tersebut dengan kehampaan lainnya yang akan membuat diri kita semakin hampa dan lari dari permasalahan sebenarnya.

Sebaliknya, ketika kita sedang mengalami penderitaan, menurutnya, ada baiknya untuk tidak menghindari akar masalah dan tidak menanyakan kepada kehidupan apa makna hidupnya, tetapi menyadari bahwa ialah yang sedang ditanya oleh kehidupan apa makna dari hidupnya. Kembali lagi, hal ini karena manusia bebas untuk menentukan sikap atas kejadian-kejadian yang menimpanya. Penderitaan dapat menjadi begitu indah apabila kita mampu mengubahnya menjadi suatu kemenangan.

Dalam situasi yang sulit seperti pada saat pandemi ini, Penulis meyakini bahwa ada kesulitan-kesulitan yang menghampiri kita. Kesulitan-kesulitan itu hadir dalam berbagai bentuk, seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan orang tersayang, kesulitan finansial, dan lain sebagainya yang menyebabkan kita terpukul dan berlutut di hadapan penderitaan, meminta ampun untuk segera dihentikan, sebab kita belum paham mengapa kita harus menderita. Melalui usaha pencarian makna dalam penderitaan sebagaimana yang disampaikan oleh Viktor E. Frankl, maka ada perlunya kita merenung sejenak untuk apa kita menderita.

Tidak masalah apabila perlu sejenak bersedih dan menangis, sebab menurut Frankl hal tersebut adalah sebuah bukti keberanian kita menghadapi penderitaan. Makna yang ditemukan di balik penderitaan tersebut hendaknya dapat membuat kita lebih tegar untuk menjalani penderitaan tersebut, sekecil apapun makna yang dapat kita temukan. Sekalipun jika satu-satunya makna yang kita temukan adalah sesederhana: bertahan.

Sumber:
Frankl, Viktor E.2017.Man's Search for Meaning.Jakarta: Noura Books.

_________.2020.The Will to Meaning.Jakarta:Noura Books.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun