Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu mata kuliah yang memiliki tujuan utama untuk dapat memberikan pengalaman pengabdian dan pemberdayaan masyarakat pada mahasiswa. Pada dasarnya, terdapat 5 fundamental yang menjadi aspek dalam pelaksanaan KKN, yakni Berdasarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi; Pendekatan Interdisipliner dan Komprehensif; Lintas Sektoral; Dimensi yang Luas dan Kepragmatisan; serta Keaktifan dalam Keterlibatan di Masyarakat.Â
Namun, selama 3 periode ke belakang, KKN saat ini berbeda dengan KKN yang sebelum-sebelumnya. Ini karena adanya pandemi Covid 19 yang menyerang seluruh negara, dan mengharuskan setiap masyarakatnya di masing-masing negara untuk dapat membatasi dirinya untuk dapat memutus cepat penyebaran Covid 19.Â
Hal ini juga berdampak pada perubahan refocusing model KKN, yakni KKN yang biasanya dilakukan secara berkelompok, maka saat ini akan dilaksanakan secara individu. Selain itu, pelaksanaan KKN saat ini juga dilaksanakan di kampung halaman sendiri-sendiri atau di lokasi domisili, oleh karena itu, KKN saat ini bertajuk KKN Back To Village jilid III.
Penulis yang sekaligus sebagai peserta KKN BTV 3 ini berasal dari Kabupaten Jember, Jawa Timur. Salah satu kecamatan yang dijadikan sasaran penulis adalah Kecamatan Sukorambi, yang merupakan satu dari beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Jember.Â
Desa Sukorambi, Dusun Curahdami menjadi fokus sasaran dari program kerja yang akan dilaksanakan oleh penulis. Secara geografis, Kecamatan Sukorambi terletak di kaki gunung Argopuro. Kecamatan ini memiliki luas wilayah yang cukup luas yang terbagi menjadi 5 Desa, yakni Jubung, Klungkung, Karangpring, Sukorambi, dan Dukuhmencek.
Desa Sukorambi merupakan satu dari 5 desa yang letaknya tepat di bawah kaki gunung argopuro. Desa Sukorambi terbagi menjadi 3 dusun, yakni Dusun Krajan, Dusun Manggis, dan Dusun Curahdami. Karena letaknya ini, menjadikannya sebagai desa yang termasuk dataran tinggi.Â
Desa Sukorambi memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan desa lainnya, karena memiliki banyak lahan dan memiliki tanah yang subur, karena berhubungan langsung dengan kaki gunung Argopuro. Kelebihan atau kondisi ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk dijadikan sebagai lahan untuk di tanam sayuran.Â
Dengan demikian, rata-rata mata pencaharian masyarakat Desa Sukorambi adalah sebagai petani. Bapak Abdus Soim, sebagai Kepala Desa Sukorambi menyampaikan bahwa potensi unggulan dari desa kami adalah lebih ke penghasil tanaman sayur, seperti sawi, tomat, ubi, dan lainnya.
Selain sebagai petani, ternyata masyarakat Desa Sukorambi juga sebagai penghasil bakso atau juragan bakso. Makanan yang paling banyak ditemui di sana adalah Bakso dan Mie Ayam Bakso. Dari awal masuk Desa Sukorambi, sampai ke atas, tepatmya dusun Curahdami, kanan kiri jalan akan menemui banyak orang penjual Bakso yang diproduksi pribadi. Ini karena Desa Sukorambi yang berada di dataran tinggi.Â
Tak terasa, hampir 2 tahun sudah Covid 19 menyerang seluruh negara dari berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia sendiri. Sudah banyak kerugian yang diterima oleh semua negara akibat adanya pandemi Covid 19. Di Indonesia, pandemi Covid 19 mulai menyebar pada bulan Maret 2020, dan pada saat itu juga, Indonesia masih belum siap dan sigap dalam mengatasi masalah Covid 19.Â