Indonesia berhasil membawa pulang tiga gelar dari ajang Singapore Open 2022. Hasil ini menempatkan Tim Indonesia menjadi jawara umum diturnamen ini. Tentu hal ini menyiratkan makna sendiri bagi tim bulutangkis Indonesia yang selama beberapa dekade belakangan mengalami pasang surut prestasi.Â
Memang, bulutangkis Indonesia berhasil merebut Piala Thomas di edisi 2020 (baca: 2021). Sayangnya, bulutangkis Indonesia gagal mempertahankan gelar tersebut di edisi selanjutnya (baca: 2022). Padahal skuad Tim Thomas Indonesia kala itu bukan skuad sembarangan.
Tiga tunggal Indonesia memiliki track record lebih baik dibandingkan dengan tiga tunggal putra India, sementara dua ganda Indonesia pun memiliki prestasi yang lebih mentereng dibandingkan dengan dua ganda India. Namun atlet-atlet itu tidak mampu memanfaatkan momentum dan cenderung melakukan kesalahan sendiri.Â
Ditambah daya juang dan semangat membara dalam tubuh Tim Thomas India yang underdog membuat atlet Indonesia nervous dan frustasi. Hasilnya, tim Thomas Indonesia gagal mempertahankan gelar tersebut setelah dibabat habis oleh Tim Thomas India dengan skor telak 0-3.
Di ajang yang hampir bersamaan, tim beregu putra Indonesia pun kembali menelan kekalahan dari tim beregu putra Thailand di semifinal SEA Games 2021 Vietnam (baca: 2022). Akhirnya, tim beregu putra Indonesia harus puas meraih medali perunggu. Walaupun memang para atlet di ajang SEA Games merupakan atlet pelapis tetapi hasil ini cukup mengecewakan bagi penggemar bulutangkis Indonesia.
Lain halnya dengan sektor beregu putri, Indonesia kembali harus puas meraih medali perak setelah dihempaskan oleh beregu putri Thailand.Â
Awalnya memang beregu putri Indonesia ditargetkan meraih emas, apalagi skuad yang diturunkan merupakan skuad inti beregu putri. Sayangnya, daya juang dan mental yang masih stabil membuat beregu putri Indonesia harus menelan kekalahan. Sepertinya memang sektor putri merupakan momok yang menakutkan bagi bulutangkis Indonesia.
Rentetan hasil buruk selama bulan Mei menghantui bulutangkis Indonesia. Saya sempat skeptis terhadap bulutangkis Indonesia, kala itu. Saya juga memutuskan untuk pensiun menjadi BL. Alasannya sih cukup kuat karena bulutangkis Indonesia tidak segarang dahulu saat era Susy Susanti dkk.Â
Ketika menjauh di bulutangkis, saya mencoba ke cabang olahraga sebelah, sepakbola. Bukannya saya senang dengan cabor baru itu, malahan semakin stress karena cabor itu tak pernah atau mungkin saja sudah dikutuk oleh Tuhan untuk tidak menjuarai turnamen, bahkan sekelas Piala AFF dan Medali Emas SEA Games sekali pun.
Akhirnya, saya kembali menggilai olahraga tepok  bulu ini. East Ventures Indonesia Open 2022 adalah turnamen awal yang saya ikuti setelah memutuskan 'pura-pura' pensiun menjadi BL. Awalnya, saya cukup dilema akan performa tim merah putih. Apalagi bayang-bayang kekalahan di bulan Mei masih membekas dan menyakitkan bagi saya sebagai BL.Â
Dengan keberanian hati dan kekuatan doa saya berusaha menikmati suguhan penampilan wakil-wakil merah putih. Hasilnya, Indonesia gagal mengirim satupun wakil ke semifinal di turnamen yang digelar di negeri sendiri. Tak pelak masa suram bulutangkis Indonesia kembali menghantui.
Pasalnya, sejak digelar pada tahun 1982, setidaknya Indonesia selalu mengirim wakilnya di semifinal Indonesia Open. Baru di tahun 2022 ini, Indonesia gagal mengirim satupun wakil ke semifinal. Performa atlet-atlet bulutangkis Indonesia pun disorot oleh media-media asing dan dalam negeri. PBSI sebagai induk olahraga yang menaungi bulutangkis pun mengevaluasi para atlet.Â
Dalam pernyataannya, PBSI menyatakan jika Indonesia memang berhasil menjadi tuan rumah, namun gagal total sebagai tuan rumah karena gagal meraih jawara.
Evaluasi dilakukan oleh PBSI meskipun evaluasi itu tampaknya tidak berhasil. Hal tersebut berkaitan dengan gagalnya tim tuan rumah meraih juara umum.Â
Tim bulutangkis Indonesia gagal menjadi juara umum setelah dua wakilnya yang berada di final salah satunya harus puas menjadi runner up. Tetapi perlu digaris bawahi bahwa Apriyani Rahayu/Siti Fadia merupakan debutan diajang ini. Oleh karena itu, prestasi runner up bagi mereka tidak mengecewakan penggemar badminton lovers. Toh, mereka pasangan baru kan?
Tiga pekan ini penggemar bulutangkis Indonesia disuguhkan oleh penampilan-penampilan cantik para atlet merah putih. Mulai dari Petronas Malaysia Open 2022, Perodua Malaysia Masters 2022, dan Singapore Open 2022. Dalam tiga turnamen tersebut, setidaknya atlet-atlet Indonesia berhasil meraih juara. Petronas Malaysia Open 2022 menjadi awal tren positif bagi tim Indonesia.Â
Jika di Indonesia Masters, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto meraih juara, maka di Malaysia Open, 'FajRi' -- demikian para BL menyebut pasangan ini harus puas meraih runner up setelah dikalahkan oleh Takuro Hoki/Yugo Kobayashi.
Sementara, pasangan baru 'Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva' berhasil meraih juara di Malaysia Open setelah sebelumnya harus menelan kekalahan di Indonesia Masters dari wakil Tiongkok. Anomali itu terus berlanjut di turnamen Malaysia Masters 2022 dengan Indonesia berhasil mengirim tiga wakilnya di ajang itu.Â
Ya memang para unggulan banyak tidak tampil diajang tersebut. Hasil itu bisa dikatakan sebagai pembuktian akan buah kritikan mengenai performa tim merah putih yang jeblok pada ajang-ajang sebelumnya. Istilahnya mampu memanfaatkan momentum lah.
Jika FajRi gagal meraih juara di ajang sebelumnya, berbeda diajang ini, mereka berhasil meraih juara setelah berhasil mengandaskan wakil merah putih lainnya, The Daddies dengan straight game 21-12 21-19. Prestasi FajRi juga diikuti pula oleh Chico Aura Wardoyo setelah menekuk wakil Hong Kong berdarah Indonesia.Â
Sayang, nasib kurang bagus diterima oleh ganda campuran Indonesia, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari yang harus menelan pil pahit setelah dikalahkan oleh juara dunia dua kali asal Tiongkok. Dua gelar ini sukses mengantarkan Indonesia meraih juara umum di negara tetangga, Malaysia.Â
Sangat menarik untuk dikaji, bagaimana Indonesia gagal total di kandang sendiri tetapi justru menggebrak perhatian BL kala meraih juara umum di negara serumpunnya. Ya, setidaknya supaya tidak dikatakan oleh buzzer dengan kalimat 'jago kandang' lah yaw, hahaha.
Gebrakan atlet-atlet Indonesia lainnya juga dilakukan seminggu kemudian. Kali ini, negara tetangga Indonesia, Singapura. Atlet-atlet Indonesia berlaga diajang Singapore Open. Hasilnya tiga gelar direbut dari Singapore Indoor Stadium.Â
Tiga gelar itu dipersembahkan oleh Anthony Sinisuka Ginting (MS), Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva (WD), dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin (MD). Tak hanya itu saja, prestasi itu semakin lengkap saat Indonesia telah memastikan satu gelar dari sektor ganda putra. Hal ini tidak terlepas dari empat ganda putra Indonesia yang berhasil menembus semifinal.
Sebuah prestasi yang sangat-sangat membanggakan. Empat ganda putra Indonesia ini juga mencetak rekor dengan mencapai semifinal ganda putra pertama di turnamen Super Series/World Tour yang dikuasai oleh satu negara. Kalau kata warganet, ganda putra Indonesia bersinar terang benderang layaknya matahari.Â
Sejauh ini, saya melihat ganda putra Indonesia berada dilevel terbaik, pun demikian dengan ganda putri yang dalam beberapa turnamen selalu mengirimkan wakilnya di final. Ya, meskipun wakil itu hanya Apriyani Rahayu/Siti Fadia saja. Tetapi saya yakin dengan beberapa gelar yang telah diraih oleh 'Duo Bondol' - sebutan warganet pada PriFad - Â memicu motivasi pasangan ganda putri lainnya untuk meraih juara.
Lantas bagaimana dengan tunggal putra, tunggal putri, dan ganda campuran? Untuk ketiga sektor tersebut saya belum bisa memprediksi seperti apa. Namun, dilihat dari turnamen terakhir baik Malaysia Masters ataupun Singapore Open. Asa itu ada di tiga sektor tersebut, tunggal putra termasuk yang teratas karena berhasil menyabet gelar di dua turnamen itu. Berbeda dengan dua sektor lainnya, tunggal putri yang dimotori oleh Gregoria Mariska Tunjung memang masih belum menunjukkan hilal.
Jangan salah, Jorji termasuk tunggal putri yang mumpuni bila melihat dari ajang Malaysia Masters karena berhasil menembus semi final. Jorji merupakan satu-satunya tunggal putri yang berhasil meraih semifinal diluar TOP 4. Cukup bagus, apalagi dalam dua turnamen terakhir mantan juara dunia junior 2017 itu berhasil mengalahkan juara dunia sekaligus pemegang ranking 1 dunia, Akane Yamaguchi. Memang satu turnamen bukanlah patokan tetapi saya yakin Jorji mampu menunjukkan yang terbaik.
Bagaimana dengan peluang ganda campuran? Ah, saya belum bisa berkata apapun. Terdegradasinya Praveen/Melati dan Hafidz/Gloria membuat ganda campuran seolah stagnan bahkan bisa dibilang menurun. Lantas apakah pengganti dua senior itu telah menunjukkan geliat apik? Entah, saya belum memprediksi.Â
Apalagi sektor ganda campuran merupakan sektor buangan, katanya sih. Rinov/Pitha yang didapuk sebagai ganda campuran nomor wahid pun masih angin-anginan. Tetapi semoga dengan hasil runner up di turnamen Malaysia Masters dapat memacu semangat dan daya juang RiPith. Oleh karena itu, akankah bulutangkis Indonesia bangkit kembali? Insyaallah akan bangkit tetapi kapan saya juga kurang tahu. BRAVO BULUTANGKIS INDONESIA!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H