Mohon tunggu...
Dimas Bagus Aditya
Dimas Bagus Aditya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Mengkritiklah sebelum mengkritik itu dilarang!

Alumnus SMA Negeri Jogoroto, Jombang. Mahasiswa S1 Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Angin Segar Bulutangkis Tunggal Putri

4 April 2022   09:48 Diperbarui: 4 April 2022   09:56 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tunggal putri adalah momok menakutkan bagi bulutangkis kita. Betapa tidak sudah hampir tiga dekade Indonesia tak memiliki tunggal putri yang mampu menembus peringkat 10 besar. Padahal jika kita flashback pada bulutangkis 1990-an kita memiliki seambrek tunggal putri yang mampu menembus dominasi negara-negara lain, seperti Tiongkok dan Korea.

Tentu masih teringat dengan jelas siapa yang meraih medali emas pertama Indonesia di Olimpiade? Jawabannya pasti tunggal putri lewat Susy Susanti. Memang diera 1990-an kita memiliki segudang tunggal putri yang sempat wira-wiri di podium juara. Para pecinta bulutangkis pasti masih ingat dengan Mia Audina, si anak ajaib, penentu juara Piala Uber Indonesia di tahun 1994.


Pensiunnya Susy Susanti dan berpindahnya warga negara Mia Audina menjadi awal mula kemandegan prestasi tunggal putri kita. Tak pelak, praktis Indonesia tak memiliki tunggal putri yang mampu menembus dominasi Tiongkok di awal dekade 2000-an. Memang ketika itu masih ada nama Lidya Djaelawijaya, Ellen Angelina, Cindana Hartono, dan Yuli Marfuah yang sempat menaiki podium di Indonesia. Tetapi prestasi mereka masih naik turun tidak se-stabil seperti Susy Susanti.


Sebenarnya, Indonesia pun memiliki kans untuk berbicara lebih di tunggal putri melalui Maria Kristin Yulianti tetapi cedera membekapnya diusia yang masih muda menyebabkannya pensiun dini. Perlu diketahui jika Maria Kristin Yulianti adalah peraih medali perunggu Olimpiade Beijing 2008 setelah mengandaskan wakil tuan rumah, Lu Lan. 

Hampir sepuluh tahun tunggal putri nyaris tanpa prestasi, akhirnya terpecahkan juga saat Gregoria Mariska Tunjung berhasil menyabet gelar juara dunia BWF World Championships Junior 2017 setelah menghempaskan wakil Tiongkok, Han Yue.


Angin segar bulutangkis tunggal putri Indonesia kembali menghampiri saat Fitriani berhasil menjadi kampiun juara di ajang Thailand Masters 2019. Sayang, prestasi dua srikandi itu semakin tahun semakin menurun, bahkan Fitriani dicoret dari daftar pemanggilan pelatihan nasional di Cipayung.

Dua tahun pandemi menyerang Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung yang didapuk sebagai tunggal putri peringkat 1 asal Indonesia belum bisa berbicara banyak di level world tour, bahkan nyaris selama melakoni pertandingan Jorji (sapaan akrab Gregoria) hampir selalu saja gagal di ronde 1.


Walaupun memang tunggal putri Indonesia sedang berada di fase naik turun. Tetapi semangat dan pantang menyerah srikandi-srikandi Indonesia perlu diacungi jempol. Terlebih dengan berhasilnya Greysia Polii/Apriyani Rahayu meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 menjadi pelecut semangat berprestasi srikandi putri, utamanya ganda putri.

Pagelaran Badminton Asian Team Championships (BATC) baru saja digelar, Indonesia memastikan meraih gelar juara di Womens BATC setelah mengandaskan Korea. Kendati negara-negara kuat di Asia seperti Thailand dan Tiongkok absen sekaligus Korea dan Jepang yang memanggil pemain-pemain pelapis diajang tersebut. Kemenangan ini adalah angin segar bulutangkis putri Indonesia setelah hampir tiga dekade berada di fase kemunduran, bahkan tragis saat tim putri bulutangkis Indonesia gagal ke putaran final Piala Uber 2006.


Prestasi itu semakin menguat dengan hadirnya Putri Kusuma Wardhani yang baru saja meraih Orleans Master 2022. Walaupun ajang tersebut berada di level BWF Tour 100 tetapi dengan kemenangan ini semoga menjadi pelecut harapan baru munculnya talenta-talenta hebat tunggal putri di Indonesia yang setelah sekian tahun mati suri. Kemenangan Putri KW tentu semakin manis kala ia berhasil meraih 4 juara dalam setahun belakangan. 

Semoga nama belakang Kusuma Wardhani menjadi pelecut semangatnya untuk pantang menyerah menghadapi serangan bertubi-tubi lawannya dimasa datang. Semoga saja nama belakang Kusuma Wardhani yang mengingatkan kita akan nama Sarwendah Kusumawardhani, sang tunggal putri peraih Juara Dunia 1990 menular kepada Putri KW yang bukan KaWe tapi original.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun