Kamu pernah mendengar nama Jombang? "Hah? Kota apa itu?"Â
Mungkin kata itulah yang pertama kali muncul dibenak kalian ketika mendengar nama kota tertoxic didunia ini.
Bila berbicara mengenai Jombang tentu pikiran kita selintas membicarakan tentang kota kelahiran Gus Dur. Tapi bagi saya yang merupakan pemuda asli kota ini begitu sangat muak tinggal di kota ini. Dua puluh satu tahun bagi saya sudah cukup untuk saatnya keluar dari kota yang tak pantas disebut kota. Pagi, siang, sore, dan malam bagaikan kuburan sepi mampring seperti tak ada kegiatan apapun di kota ini.
Kota Seribu Satu Kubangan
Tak hanya itu saja, Jombang juga terkenal akan jalanan yang berlubang, bahkan pepatah dagelan seringkali menghiasi jalanan daerah ini.Â
Mengenai jalanan berlubang ini saya teringat akan kecelakaan yang menimpa seorang anak SMA sekitar tahun 2017, ia tewas ditempat akibat jalanan berlubang itu.Â
Begitu mengerikan bukan? Bila anda tak percaya akan cerita saya silahkan mengeceknya lewat google dengan keyword Kecelakaan di Jombang. Saya pikir hampir 60-70% didominasi akibat jalan berlubang terutama di Jalan Provinsi.Â
Miris sekali bukan? Mungkin itu satu diantara alasan mengapa saya tidak menyarankan pemuda ataupun pemudi tinggal di Jombang.
Ingat! Tidak Semua Pemuda Jombang Santri
Jombang memang ikonik sebagai kota santri. Tapi saya rasa ucapan ini tak pantas disematkan padanya. Kata santri merujuk pada seseorang yang menimba ilmu di pondok pesantren. Tapi lho tapi 'kenapa justru mayoritas pemuda Jombang kok bukan santri?' Lah gimana bukan santri wong masyarakat Jombang makan aja susah kok mau jadi santri dengan uang yang sangat mahal.
Menurut survei saya berdasarkan teman-teman di kampung saya, justru pemuda Jombang lebih memilih mondok di pondok pesantren yang tak terkenal dibandingkan dengan pondok pesantren yang terkenal.
Apa sih alasannya? Ya uangnya kan nggak ada. Mayoritas masyarakat Jombang pendidikan mereka hanya sampai SMA dan tentu mereka berada dimasyarakat menengah ke bawah.
Percuma kan aslinya dijuluki sebagai kota santri tapi nggak bisa menyejahterahkan masyarakatnya? Haha.
Tidak ada Tempat Hedon
Jombang yang berstatus sebagai kota kecil dengan penduduk satu juta jiwa ini juga tidak memiliki tempat hiburan lho. Boro-boro tempat hiburan gramedia saja tidak punya. Tapi itu wajar si ya wong emang kota santri jadi buku tidak penting yang penting adalah Al Quran, padahal Jombang lebih pantas disebut sebagai Kota Toleransi bila dibandingkan dengan Kota Santri.Â
Tapi sudah kepalang tanggung jadi gimana lagi? Saya sebagai pemuda asli di Jombang belum pernah merasakan nikmatnya hedon di kota ini. Ya mau hedon kemana wong sekitar rumah saya saja sawah. Jadi saya baru bisa hedon ketika jalan-jalan keluar 5 km dari desa saya yang tak jelas dimana kecamatannya. Tapi ketika malam ya menakutkan wong jalanan tidak ada lampu penerangan sama sekali. Boro boro penerangan wong jalanan rusak aja nggak diperbaiki. Parah emang Jombang!
Penghuninya Toxic-Toxic
Jombang dijuluki sebagai pusat pondok pesantren di Jawa. Tapi anehnya kamu ketika berkunjung di Jombang kamu akan dihina kalau kamu pendek, jerawatan, dan jelek. Mungkin saya adalah salahsatu dari sekian banyak orang yang dihina oleh orang-orang Jombang yang sok cantik dan kegantengan itu. Jadi ketika anda berkunjung ke Jombang utamakan anda adalah orang yang tinggi, putih, cantik atau ganteng. Kalau kalian jelek jangan sekali-kali berkunjung ke kota tertoxic didunia ini.
Ya itu aja deh sekian dari saya semoga kalian berpikir ulang jika ingin tinggal di kota ini. Kalau aku si amit amit ya tinggal di kota ini. Saya pikir saya harus melontarkan sebuah kalimat yang bagus 'Why did God predestined me to be born in Jombang?'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H