Mohon tunggu...
Dimas Bagus Aditya
Dimas Bagus Aditya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Mengkritiklah sebelum mengkritik itu dilarang!

Alumnus SMA Negeri Jogoroto, Jombang. Mahasiswa S1 Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Story of Sumberwinong

26 Januari 2020   14:26 Diperbarui: 26 Januari 2020   14:42 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecamatan Mojowarno merupakan salahsatu kecamatan yang terletak di Kabupaten Jombang. Kecamatan ini berada di 20,4 km arah tenggara Monumen Tugu Ringin Tjontong (0 km-nya Jombang). Kecamatan ini memiliki tapal batas dengan Kecamatan Jogoroto dan Mojoagung disebelah utara, kecamatan Mojoagung disebelah timur, kecamatan Bareng disebelah selatan, serta kecamatan Ngoro dan Diwek disebelah barat. 

Kecamatan ini dibagi menjadi 19 wilayah administratif desa dengan ibukota kecamatan tentunya Desa Mojowarno dan Desa Mojowangi. Kurang lebih 5-8 km dari Desa Mojowarno terdapat sebuah desa yang mempunyai nama Kedungpari, jika estimasi perjalanannya dari Jalan Raya Cukir-Mojowarno ke Jalan Raya Merdeka di Kecamatan Mojowarno.

Desa Kedungpari memiliki tapal batas sungai dengan Kecamatan Diwek di sebelah barat, Desa Gondek di sebelah utara, Desa Mojodukuh disebelah timur, dan Kecamatan Ngoro disebelah selatan. Desa Kedungpari membawahi 4 dusun/padukuahan yakni Dusun Gerbo, Dusun Jabaran dan Tanjungsari, Dusun Sumberbendo dan Santren, serta Dusun Sumberwinong.

Sebelum beranjak lebih jauh mengenai "Story of Sumberwinong".  Desa Kedungpari mempunyai arti gudang padi, lumbung padi serta sumberpadi. Mengapa diberi arti demikian? Jombang adalah wilayah Kerajaan Majapahit dengan konon katanya ibukotanya itu terletak di Dusun Kedaton, Bulurejo, Diwek, Jombang yang hanya berjarak kurang lebih 4 km dari Desa Kedungpari.

Nah, Kedungpari adalah desa yang semenjak zaman Kerajaan Majapahit sebagai wilayah yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani yang mana hasil komoditas utamanya adalah padi ("pari" dalam bahasa Jawa). Itulah sekilas kisah toponim nama Kedungpari di Kecamatan Mojowarno.

Nama "Sumberwinong tak terlepas dari nama Pohon Winong atau dalam bahasa ilmiahnya (Tetrameles nudiflora). Pohon ini biasanya dianggap keramat oleh masyarakat. Karena memang sejatinya, pohon ini biasanya tumbuh ditempat-tempat yang sakral. Pohon Winong ini dapat dijumpai diwilayah yang tropis. Bahkan di VIetnam dan Kamboja, pohon ini tumbuh dibekas reruntuhan candi atau bangunan kuno. Pohon ini dapat juga berusia ratusan tahun.

Mengutip dari artikel Alamendah's Blog dengan judul Pohon Winong atau Binong. Pohon binong ciri khas pada akar tambinya yang dapat menjalar dipermukaan tanah dan batuan. Selain itu sosok batangnya yang tinggi mampu mencapai 50 meter. Batang bagian bawah tidak bercabang hingga ketinggian sekitar 30-an meter.

Kulit batang halus. Diameter batang juga cukup besar dan mampu mencapai 2 meter. Daun pohon winong berbentuk hati berwarna hijau dengan tepi daun bergerigi dengan panjang 10-26 cm dan lebar 9-20 cm. Bunganya tersusun dalam malai yang terdiri atas bunga jantan dan bunga betina. Buah binong lonjong atau bulat telur.

Persebaran, Habitat, dan Konservasi.

Pohon ini selain di Indonesia juga tumbuh tersebar di Australia, Bangladesh, Bhutan, China, India, Laos, Malaysia, Myanmar, Sri Lanka, Kamboja, Thailand, dan Vietnam. Di Indonesia pohon winong atau binong dapat dijumpai di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Papua. Habitat tumbuhan langka bernama latin Tetrameles nudiflora ini adalah hutan hujan dan hutan gugur di dataran rendah dan lereng pegunungan kapur hingga ketinggian 700 meter dpl.

Populasi pohon winong (Tetrameles nudiflora) diyakini semakin mendekati terancam. Karena itu IUCN memasukkannya ke dalam daftar merah (redlist) dengan kategori Least Concern (Beresiko Rendah).

Itulah sedikit gambaran singkat mengenai Pohon Winong yang menjadi cikal bakal nama Sumberwinong. Namun adapula pertanyaan terus kalau yang sumber bagaimana? Oke, nama SUMBER secara garis besar identik dengan air. Namun "sumber" juga bisa berarti banyaknya benda/kebendaan. Dari Pohon Winong bisa disimpulkan bahwa Sumber berarti banyaknya Pohon Winong yang mendiami wilayah yang kini bernama Sumberwinong. Atau ada pula kaitannya dengan sungai yang melintasi Dusun Sumberwinong ini. Berkaca juga dari Dusun Sumberbeji dan Sumberboto yang mana terdapat pemandian zaman Kerajaan Majapahit. Akankah suatu saat nanti pemandian/petirtaan juga bakal ditemukan di Dusun Sumberwinong? Atau cikal bakal penamaan Sumberwinong berkaca dari banyaknya Pohon Winong yang tumbuh subur di Sumberwinong. Biarlah waktu yang akan menjawab ini semua!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun