Desa Banjarsari menjadi tuan rumah kegiatan pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan potensi ekonomi melalui inovasi produk di desa Industri Tape tersebut. Kegiatan ini melibatkan ibu-ibu kelompok usaha tape yang sebagian besar bergantung pada hasil penjualan tape secara konvensional. Sifat tape yang memiliki daya simpan pendek membuatnya tidak ekonomis, tape yang tidak terjual tidak dapat dimakan dan terbuang begitu saja.
 Sehingga diperlukan inovasi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tim PPM yang diketuai oleh Dimas Abdillah bersama timnya mengadakan pelatihan pemanfaatan tape menjadi produk turunan tape berupa proll tape, serta pelatihan perhitungan harga pokok produksi (HPP) dengan upaya redesain brand tape.
Tim memfokuskan pada pengolahan tape sisa penjualan yang diubah menjadi proll tape. "Melalui produk turunan seperti Proll tape inilah yang menjadi diversifikasi produk inovatif untuk mendapatkan keuntungan tambahan dari menjual tape, bukan hanya keuntungan tapi juga sebagai upaya untuk melestarikan jajanan tradisional yang mulai pudar ketenarannya," jelas Dimas dalam sambutannya.Â
Sebagai produk olahan yang memiliki nilai jual tinggi, proll tape diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa Banjarsari. "nilai kandungan dan manfaat tape tidak kalah penting dan turut menjadi alasan mengapa tape perlu dikembangkan" Dalam tambahnya.
Hari kedua diisi dengan pelatihan perhitungan HPP dan redesain brand tape. Salah satu tim pengabdian menjelaskan bahwa pentingnya mengetahui HPP dalam menentukan harga jual yang kompetitif dan menguntungkan. Pelatihan HPP dipimpin oleh Passi, salah satu tim dengan mencoba menghitung harga jual produk proll tape yang telah siap jual. Selain itu, peserta diberikan pelatihan mengenai strategi branding, termasuk merancang ulang desain brand tape yang lebih menarik dan profesional.Â
Sandy dan Aldo menegaskan "Desain kemasan maupun label brand menjadi hal utama yang menjadi daya minat  pembeli atas suatu produk". Redesain brand ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik produk tape dari Desa Banjarsari di pasar yang lebih luas.
"Antusiasme peserta sangat tinggi selama kegiatan berlangsung. Peserta aktif berpartisipasi dalam setiap sesi, menunjukkan minat yang besar untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mereka" kutip Anggis pada saat mengisi sesi Ice Breaking. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan masyarakat Desa Banjarsari dapat lebih mandiri dan kreatif dalam memanfaatkan potensi lokal, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. Tim pengabdian juga berharap kegiatan serupa dapat terus dilakukan untuk mendorong inovasi dan pengembangan usaha kecil di desa-desa lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H