Emancipate yourselves from mental slavery
none but ourselves can free our minds.
-Bob Marley
Abis ceng'cengan sama orang malaysia lewat forum.....berasa gondok ama keki juga si....
ngeliat bangsa yang 30 tahun lalu belajar sama kita tapi sekarang ngerasa bisa angkat dagu sama kita...
Bangsa yang kemerdekaannya adalah hadiah dari Kolonialisasi Inggris Raya...
Tapi memang apa mau dikata.... banyak hal yang terjadi belakangan ini memalukan kita sebagai sebuah bangsa yang besar dan berbudaya... Korupsi dan kejahatan peradilan seolah membuat kita frustasi....
Kita yang telah bekerja keras dan membayar pajak dengan tertib ternyata harus mendapati bahwa uang kita dikorup oleh oknum pejabat.... malah oleh oknum petugas sekelas Gayus Sialan!
Semakin frustasi karena Pemerintah yang terlihat lamban dan banyak bimbang mengklaim keberhasilan kinerjanya melalui angka pertumbuhan GDB (Gross Domestic Bruto) dan indikator makro ekonomi lainnya tanpa melihat kenyataan mikro ekonomi dan distribusi pendapatan yang adil bagi kita... rakyat yang bekerja keras....
Yah, akhirnya frustasi berkepanjangan tidak cukup.....malah ada beberapa orang yang sudah mengambil jalan pintas dengan melakukan harry-carry..... puuuhhh.....
Sobat...jangan putus asa dulu..... kita harus lihat sejarah kita sendiri.....
karena kata E.S Ito, "Sejarah memang membosankan. Tetapi apalagi yang bisa kita lakukan. Sebab untuk bisa melaju ke depan, kita membutuhkan bahan bakar dari masa silam".
Sejarah bangsa Indonesia dibangun dari berbagai suku, etnik dan bangsa yang saling memahami untuk bersatu padu dalam bentuk Republik Kesatuan.
Kita mempunyai keunikan karena perbedaan yang kita punya justru menyatukan kita. Saya membayangkan betapa gotong-royongnya setiap daerah menyumbang tenaga dan harta demi berdirinya Republik tercinta.
Orang Aceh rela memberikan simpanan emas mereka untuk dibelikan pesawat terbang pertama kita yang dinamakan "seulawah", yang kebetulan artinya adalah gunung emas. Seperti tumpukan emas yang mereka sumbangkan.
Raja Yogyakarta yang berhati mulia dan berpandangan luas mau menyumbangkan simpanan istana yogya bernilai 6 juta Gulden untuk dana awal APBN kita.
Orang Bukittinggi menyumbangkan putra terbaik mereka untuk menjadi Founding Father kita.
Dan tidak bermaksud mengecilkan jasa dan sumbangan daerah lain Republik ini memang berdiri atas darah dan air keringat bangsanya. Tak terhitung nyawa dan harta yang tersita. Para pendahulu kita tak perduli.
Republik adalah harga mati keringat dan darah kita.
Itu sesuatu yang tidak dipunyai tetangga melayu kita sobat. Malaysia, Singapur, Brunei, Thailand dan Philipina tidak pernah merasakan perjuangan melepaskan diri dari kolonialisme yang berabad-abad seperti kita.
Saya ingat nenek saya pernah bercerita bagaimana Tentara Jepang waktu itu pernah beberapa kali menampar kakek saya karena tidak mau menyuruh murid sekolahnya menunduk setiap matahari terbit.
Saya juga pernah mendengar dari cerita para veteran kita bagaimana mereka harus kehilangan teman, saudara, keluarga atau kekasih karena serangan Agresi Militer Belanda tahun 1945-1949.
Kita adalah bangsa yang besar karena kemerdekaan kita didapat dari darah dan keringat sendiri. Bukan hadiah dari Inggris seperti Malaysia atau hadiah dari Jenderal Mc'Arthur seperti Philipina.
Persetan Gayus dan semua lintah tak tahu malu yang menggerogoti bangsa ini!
Kita akan terus maju sebagai bangsa yang bersatu dalam payung Republik dan membuang semua sampah yang menghalangi langkah kita.
Jangan malu jadi bangsa Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H