Kalimantan merupakan rumah bagi berbagai macam etnis. Terdapat berbagai macam suku bangsa yang mendiami pulau tersebut, termasuk tentu saja di Kalimantan Barat. Kalbar merupakan contoh, sebuah potret kecil dari kehidupan sosial yang multietnis, yang tentu memiliki bahasa, kebudayaan dan masyarakat yang beragam, dan sejatinya juga dimiliki oleh bangsa ini, yakni bangsa Indonesia. Di Kalbar sendiri setidaknya didiami 2 etnis asli terbesar yaitu suku Melayu dan suku Dayak, belum lagi ditambah dengan etnis lain seperti Tionghoa, Jawa, Madura, Bugis, Sunda, Banjar, Batak yang telah ada berkat adanya arus transmigrasi yang telah berlangsung sejak lama bahkan sebelum negara Indonesia merdeka. Fakta tersebut menunjukkan kehidupan yang plural telah terjadi dan berlangsung dalam rentang waktu yang tidak sebentar. Multikulturalisme tumbuh beriringan dengan kehidupan sosial bermasyarakat di Kalimantan Barat.
Kebudayaan tentunya menjadi hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Budaya merupakan kristalisasi nilai dan pola hidup yang dianut suatu komunitas dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya tiap komunitas tumbuh dan berkembang secara unik, karena perbedaan pola hidup komunitas itu. Ia merupakan hasil dari pengalaman hidup, bentuk penerjemahan seluruh pola kehidupan yang dijalani secara kontinyu sejak dahulu. Bagi masyarakat Kalimantan sendiri yang dalam hal ini etnis Dayak, kebudayaan adalah sebuah representasi dari karakteristik dan kearifan lokal. Perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu tercermin lewat budaya yang dihasilkannya, maka hilangnya kebudayaan sama saja mengisyaratkan hilangnya suatu masyarakat pula Kebudayaan telah memberi warna dan arti pada sebuah peradaban suatu kaum. Â
Mempunyai perasaan bangga dan menghargai budaya daerah merupakan kewajiban dari tiap individu yang tinggal dan berada di daerah tersebut. Pemahaman dan penghayatan terhadap budaya, seni dan tradisi diharapkan lebih dikuasai oleh mereka yang lahir dan hidup dalam lingkup dimana hal tersebut berlangsung. Sehingga tanggung jawab pelestarian kebudayaan menjadi hal yang tak kalah penting.
Kebudayaan Dayak secara umum memang sangat luas, namun salah satu hasil kebudayaan yang mudah dijumpai dan dekat dengan kehidupan kaum muda ialah seni budaya, diantaranya ialah tradisi seni visual tatto, seni musik etnik bernuansa Dayak dengan berbagai macam alat instrumentalnya atau bahkan kain tenun dan bentuk kerajinan tangan lainnya. Kecintaan terhadap budaya tersebut, diekspresikan melalui banyak hal, mempelajari seni dan tradisi itu sendiri adalah salah satu wujudnya. Dengan mempelajari dan memahami orang mampu untuk mengingat untuk kemudian berupaya untuk melestarikan bahkan lebih jauh memperkenalkannya ke seluruh belahan dunia sebagai salah satu aset budaya bangsa Indonesia.
Kaum muda kerap dilekatkan dengan semangat berkreativitas dengan energi yang seolah tanpa batas, berdayajuang tinggi. Melalui seni tradisi dalam bingkai kebudayaan ini anak muda ditantang untuk mampu menumbuhkan karakter masyarakat sadar budaya, sebagai langkah preventif dari laju arus moderenitas tanpa harus menutup komunikasi lintas identitas. Maksudnya disini ialah, kebudayaan yang jadi kebanggaan itu janganlah dipandang secara sempit dan eksklusif bagi masyarakat asal yang membentuk kebudayaan tersebut saja melainkan sebuah kesempatan untuk berkomunikasi dengan masyarakat umum lainnya. Seni kebudayaan hendaknya dipandang sebagai kekayaan bersama.
Hal ini mengingatkan kaum muda Dayak agar tidak terjebak dalam etnosentrime sempit dengan memandang rendah atau meremehkan bentuk kebudayaan lain, karena tidak semenarik budayanya sendiri. Sifat seperti ini jelas merugikan karena seni tradisi budaya dilihat dalam kacamata subyektifitas diri, ada yang dianggap lebih unggul (superior) dan yang lainnya dicap inferior. Jika hal seperti ini mulai menggejala, maka kecenderungan yang akan kita lihat ialah banyaknya kaum muda yang individualis, menjalani pola relasi pergaulan hanya dengan teman sedaerahnya saja, atau bahkan enggan untuk mempelajari budaya dan bahasa baru tempat mereka menapak jejak. Padahal sebelumnya dikatakan bahwa kaum mudalah yang terdepan dalam misi kebudayaan ini. sesungguhnya hal yang ditakutkan ialah hilangnya rasa simpati dari masyarakat lain, karena tidak merasa akrab dan dikenalkan dengan kebudayaan yang sesungguhnya kaya dan mengajarkan nilai kehidupan yang luas.
Sikap yang ramah dan terbuka, selalu ingin mempelajari hal baru dapat menjadi hal yang bijak dalam cita-cita melestarikan kebudayaan. Rasa simpatik dan salut yang datang dari masyarakat umum menjadi apresiasi tak ternilai terhadap budaya asal yang kita bawa yang tergambar dalam kehidupan kita sehari-hari. Senantiasa bertukar informai dan pengetahuan dengan siapa saja menjadi kunci keberhasilan, dan hal tersebut sangatlah dibutuhkan, lebih jauh dalam memperkenalkan seni tradisi dan budaya ke level yang lebih tinggi. Dan latar belakang tanah asal (Kalimantan) yang memang memiliki banyak suku bangsa tadi sebenarnya memungkinkan untuk terjadinya pola komunikasi dan hubungan yang baik itu tanpa memberi batasan ataupun sekat terhadap individu untuk berkesempatan mengenal dan mencintai serta turut merasa bangga memiliki budaya warisan leluhur yang begitu kaya untuk dipelajari.
Keberadaan kaum muda dalam sebuah kerangka sosial kemasyarakatan merupakan sebuah gambaran dari realitas kehidupan dan mempunyai bagian keunikkan tersendiri. Kaum muda yang datang dengan pelbagai latar belakang identitas ini, jika diarahkan dan diberi wawasan pengetahuan yang cukup pastilah akan dapat memaknai relasi kebudayaan, adat istiadat dan norma yang telah terbentuk sejak lama dan menjadi benteng penangkal bibit perpecahan dan radikalisme yang dapat tumbuh dimana saja dan menjadi unsur berbahaya yang mengancam bagi keberlangsungan kehidupan di Kalimantan secara umum yang sebetulnya selama ini selalu hidup dalam keselarasan.
Kaum muda haruslah tampil berani, penuh dobrakan, laksana oase bagi tradisi yang kaku, memberi corak pembeda di tengah pemikiran kaum tua yang kebanyakan bersifat monodimensional cenderung sempit dan konservatif. Tidak jarang mereka menutup ruang gagasan dan tidak mengijinkan gerak bagi ide segar yang baru untuk hadir lebih bebas. Kaum muda memang harus kembali menghidupkan tradisi budaya serta nilai baik yang berlandaskan semangat masyarakat Dayak untuk bersatu dalam menyelesaikan permasalahan sebagai solusi bagi konflik di tengah kehidupan bermasyarakat yang begitu majemuk dan rawan ketegangan.
Kebudayaan Dayak yang ada tentu bukan milik orang Dayak itu sendiri. Budaya Dayak adalah kebanggan dan milik bersama, ia menjadi milik siapapun terlepas dari sekat atau batas identitas apapun serta layak disejajarkan dengan kebudayaan dari berbagai daerah lainnya. Dengan rasa memiliki dan mencintai inilah yang kita harapkan menyemai rasa persatuan. Rasa persatuan atas nama kebudayaan yang diharapkan menjadi salah satu alasan untuk merajut ulang kehidupan yang harmonis ditengah sergapan dari ideologi-ideologi luar yang bernada memecah belah peradaban. Disinilah sekali lagi kaum muda dipanggil untuk dapat mewujudkannya, tanggung jawab itu ada pada mereka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H