Mohon tunggu...
Dimas Budiantoro
Dimas Budiantoro Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Islam "45" Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kontribusi Ilmu Tasawuf dalam Pembentukan Karakter Anak Didik

9 Juli 2020   23:58 Diperbarui: 9 Juli 2020   23:56 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut ajaran kaum sufi, selama manusia belum bisa keluar dari kungkungan jasmani/ materi, selama itu pula dia tidak akan menemukan nilai-nilai ruhani yang dia dambakan. Untuk itu dia harus berusaha melepaskan ruhnya dari kungkungan jasmaninya.

2. Pengendalian Hawa Nafsu

Iman al-Ghazali menyebutkan ada empat macam yang bisa menghalangi seseorang untuk berbuat baik, sekaligus juga dapat menjerumuskannya kepada tindakan yang menyimpang dari yang benar, yaitu dunia dan isinya, makhluk (manusia), syaitan dan hawa nafsu. Dari yang empat tersebut, hawa hafsu yang sangat menentukan karena yang lain tidak bisa berlaku, jika seseorang mampu mengendalikan hawa nafsunya.

Nafsu adalah salah  satu potensi yang diciptakan Tuhan di dalam diri  manusia hingga ia dapat hidup dan hidup lebih maju, penuh kreatif  dan dinamis. Jika manusia tidak mempunyai nafsu tidaklah akan ada kemajuan dalam kehidupan manusia, karena ketiadaan nafsu ini tentu tidak  aka  nada  kompetisi  di  atara  manusia  untuk  memenuhi tuntutan  hidupnya  yang  selalu berkembang setiap  saat,  tentu  dengan  motivasi  untuk  bisa  lebih  banyak beribadah kepada Allah SWT.

3. Hanya dengan Amal

Akhlak  atau  karakter  yang  baik  pada  hakikatnya  tidak  bisa dicapai tanpa  amal,  dalam pengertian  perbuatan-perbuatan yang  mengarah  pada  pencapaian tingkat-tingkat  spiritual, seperti  pembersihan jiwa (tazkiyah  al-nafs),  latihan-latihan  spiritual  dengan  sungguh-sungguh (riyadhadah  dan mujahadah)  serta pengamalan-pengamalan  dari keutamaan-keutamaan moral (fadha'il). Oleh karena  itu, dapatlah  dimengerti apa yang  dikatakan Jalal l-Din Rumi ketika ia mengatakan bahwa hanya tasawuflah yang diharapkan mampu mengadakan transformasi jiwa seseorang, bukan Fikih atau pun Kalam, karena baginya Ilmu Fikih dan Ilmu Kalam cenderung kepada formalisme yang lebih menekankan aspek lahir tanpa batin, yang karenanya kebaikan dan keburukan bisa saja muncul. Berbeda dengan fikih dan kalam, tasawuf menekankan amal, lahir dan batin, bagi pencapaiannya

Dari pemaparan materi diatas dapat disimpulkan bahwa : Salah satu ajaran Islam yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan karakter bangsa ialah  Ilmu  Tasawuf.Tasawuf  ialah  sebuah  kesadaran yang bersifat fitri yang mampu mengarahkan jiwa menjadi orang yang baik dan berakhlak mulia, yang pada gilirannya Allah SWT selalu hadir dalam kehidupannya.Jiwanya, perasaannya dan semua tindakannya selalu dibimbing oleh Allah SWT.Di mana pun dan kapan pun dia berada, dia selalu bersama-Nya. Kalau sudah demikian, dia tidak akan melakukan tindakan yang tidak diredai oleh Allah SWT.

Mungkin itu saja yang dapat saya paparkan, kurang lebihnya mohon maaf

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun