Sudah sampai manakah kualitas pendidikan Indonesia dan apakah madrasah sudah ikut andil dalam membangun dan meraih kualitas pendidikan Indonesia? Dengan dua buah pertanyaan diatas, sebagai bagian dari pribumi Indonesia, sudah sepatutnya hati kita terketuk keras. Tidak ada alasan lagi bagi kita untuk mengelak dan menghindar dari pertanyan diatas, selain untuk berjuang dan berusaha sekuat tenaga demi terjawabnya pertanyaan tersebut.
Apakah kita mau mengulangi kembali, pada masa dimana Indonesia tidak diberikan kebebasan hidup dalam artian dijajah yang diakibatkan kurangnya pendidikan dan ilmu pengetahuan? Secara sederhana hati kita semua akan mengatakan tidak.Â
Oleh karena itu, ada satu hal penting yang harus kita lakukan, agar Indonesia tidak kembali kepada masa kehancuran dan agar Indonesia tidak mudah dikendalikan dan dipengaruhi oleh bangsa asing, yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikannya.
Yang menjadi PR kita adalah memeratakan kuliatas pendidikan di Indonesia dari mulai sekolah negeri hingga swasta, dari mulai usia dini hingga dewasa, dari perkotaan hingga pelosok negeri dan dari sekolah umum hingga madrasah. Tetapi yang menjadi masalah adalah madrasah masih kita pandang dengan sebelah mata.Â
Buktinya, saat ini secara garis besar, kualitas pendidikan madrasah masih berada dibawah  pendidikan sekolah umum. Maka daripada itu, madrasah perlu dibenahi dan diperhatikan oleh kita semua.
Memaksimalkan Dunia Pembelajaran di Madrasah
Sebuah  kualitas pendidikan tidak akan pernah tercapai, kalau proses pembelajarannya tidak dilakukan secara maksimal atau sederhana. Berhadapan dengan pendidikan, maka tidak ada lagi yang namanya candaan atau gurauan, apabila pendidikan tidak ditegakkan secara serius, dampak yang ditimbulkan tidak hanya bagi generasi sekarang tetapi berimbas bagi generasi yang akan datang. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperbaiki dalam sistem pembelajaran khususnya di lingkungan madrasah.
Pertama, durasi belajar sangat minim terutama pada masa pandemi sekarang, yaitu hanya 40-45 menit setiap mata pelajaran. Meskipun durasi belajar pada media daring sangat banyak, tetapi tidak bisa menutup kemungkinan adanya kendala yang dihadapi baik oleh guru maupun siswa seperti terputusnya koneksi jaringan dan kurangnya fasilitas elektronik sehingga pelaksanaan pembelajaran kurang maksimal.
Kedua, kurikulum pendidikan di madrasah belum sepenuhnya memprioritaskan pendidikan karakter dan kecerdasan akal sehat. Seperti hal yang mungkin sering terjadi di sekitar kita, pada mata pelajaran umum seperti matematika yang hanya berpusat pada rumus dan penguasaan daya hitung, tetapi kurang dalam penguasaan prilaku dan kejujuran. Sama halnya dengan mata pelajaran rohani, yang hanya tertuju pada penerapan teori dan ritualnya saja, tetapi abai pada teknologi.
Ketiga, metode yang digunakan masih terkesan tradisional, seperti metode ceramah atau terpusat pada satu orang pembicara, sehingga kurang adanya interaksi antara guru dengan siswa.Â
Maka apabila interaksi dalam suatu pembelajaran kurang, dampak yang ditimbulkan cukup berbahaya, seperti kurangnya daya sikap kritis siswa dalam menghadapi suatu masalah dan kurangnya kemampuan menganalisis suatu objek.
Keempat, kurangnya penguasaan terhadap teknologi informasi bagi seorang guru, tak sedikit guru madrasah yang mungkin bisa dibilang gaptek, bahkan dalam suatu kejadian bisa saja siswa lebih paham dan pintar terhadap teknologi informasi dibandingkan gurunya.
Mungkin masih banyak lagi hal-hal yang mungkin harus diperbaiki pada lingkungan madrasah dalam hal pembelajarannya. Maka dari pada itu, selain sibuk memperbaiki keempat hal diatas, alangkah baiknya kita juga mempersiapkan dan memerhatikan hal-hal yang tak kalah pentingnya dari permasalahan diatas.Â
Ada 3 hal pokok yang harus dipersiapkan dalam menghadapi proses pembelajaran (Ahmad Jaelani, 2021).
1. Pendekatan, adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari proses pembelajaran.
2. Metode, adalah prosedur, urutan, langkah-langkah dan cara yang digunakan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
3. Teknik, adalah cara yang dipakai saat prosen pembelajaran berlangsung.
Sering kali kita lebih memfokuskan pikiran kita pada persiapan metode dan teknik, tetapi sebagus apapun metode dan teknik pembelajaran yang kita kuasai, maka akan tidak bernilai kalau proses pendekatannya tidak maksimal.Â
Karena, faktor yang menjadi tolak ukur berhasil dan tidaknya suatu pembelajaran adalah proses pendekatan. Tetapi, dalam menjalankan ketiga hal pokok diatas, perlu adanya kerjasama antara guru dengan murid.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus melekat baik pada seorang guru maupun pada seorang murid. Diantara jiwa atau ruh yang perlu melekat pada seorang guru (Roestiyah NK, 1982) yaitu :
1. Sebagai pengajar (intruksional), yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta diakhiri dengan pelaksanaan penilaian,
2. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan kepribadian yang sempurna dengan bertujuan untuk mencari ridha-Nya, dan
3. Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan baik kepada diri sendiri, peserta didik, maupun kepada masyarakat yang terkait terhadap permasalahan yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan dan partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan.
Lalu hal penting yang harus melekat pada seorang peserta didik (Fathiyah Hasan Sulaiman, 1964) adalah :
1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT,
2. Mengurangi kecenderungan terhadap persoalan duniawi,
3. Menanamkan sikap rendah hati (tawadlu') dengan cara lebih memprioritaskan kepentingan pendidikan diatas kepentingan pribadi,
4. Menanamkan nilai toleransi dan menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran,
5. Mempelajari ilmu yang terpuji dan bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun untuk sesama, baik untuk dunia maupun akhirat,
6. Belajar dengan cara bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran dari tingkatan sederhana sampai pada tingkatan abstrak, danÂ
7. Menuntaskan suatu bidang ilmu terlebih dahulu sebelum melanjutkan pada bidang ilmu berikutnya.
Menyukseskan Evaluasi PembelajaranÂ
 Suatu pembelajaran bisa dikatakan berhasil, jika pada proses evaluasinya berhasil pula. Kita bisa melihat sudah sejauh manakah proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan, dengan mengadakan evaluasi.Â
Mengenai proses pelaksanaannya, evaluasi tidak hanya dijalankan dan dimaksimalkan oleh satu pelaku yaitu peserta didik saja, tetapi evaluasi juga menjadi kewajiban bagi seorang pendidik yang mungkin jauh lebih penting daripada seorang peserta didik.
Dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran, seorang pendidik berkewajiaban untuk menjalankan sebuah penilaian terhadap suatu proses pembelajaran yang merujuk pada kurikulum yang berlaku. Oleh karena itu, seorang pendidik harus memiliki keterampilan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran.
Sumber :
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006)
Asep Ediana Latip, Evaluasi Pembelajaran di SD dan MI, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2018)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H