Mohon tunggu...
Dimas AbimanyuHermawan
Dimas AbimanyuHermawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Dimas Abimanyu Hermawan seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perusahaan yang Menerapkan Prinsip Manajemen Risiko dengan Maksimal dan Kurang Maksimal

11 Januari 2024   19:07 Diperbarui: 11 Januari 2024   19:07 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai contoh perusahaan di Indonesia yang dikenal menerapkan prinsip manajemen risiko dengan baik adalah Bank Central Asia (BCA). BCA adalah salah satu bank terkemuka di Indonesia dan telah membangun reputasi yang kuat dalam manajemen risiko dan keuangan. Bank ini memiliki komitmen untuk menjaga kestabilan operasionalnya sambil tetap memanfaatkan peluang pertumbuhan di sektor perbankan.

BCA memiliki tim manajemen risiko yang cermat dan telah mengimplementasikan berbagai sistem dan prosedur untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko dengan efektif. Dalam industri perbankan, manajemen risiko menjadi sangat penting mengingat kompleksitas dan dinamika pasar keuangan. BCA secara teratur melakukan evaluasi risiko dan menerapkan langkah-langkah proaktif untuk menghadapi perubahan kondisi pasar atau perubahan regulasi.

Pentingnya manajemen risiko dalam industri perbankan Indonesia semakin meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi dan kompleksitas bisnis. Bank Central Asia, dengan fokus pada manajemen risiko yang baik, telah memberikan keyakinan kepada pemegang saham dan nasabah bahwa mereka mampu menjaga stabilitas finansialnya sambil tetap menghadapi tantangan dan peluang di pasar keuangan Indonesia yang dinamis.

Salah satu perusahaan di Indonesia yang menerapkan prinsip manajemen risiko dengan kurang baik adalah PT Asuransi Jiwasraya. Perusahaan asuransi plat merah ini mengalami krisis keuangan pada tahun 2018 yang menyebabkan kerugian hingga triliunan rupiah. Krisis ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penerapan prinsip manajemen risiko yang kurang baik.

Salah satu kelemahan penerapan manajemen risiko di PT Asuransi Jiwasraya adalah kurangnya pemahaman manajemen risiko di kalangan karyawan. Hal ini menyebabkan perusahaan tidak mampu mengidentifikasi dan mengelola risiko-risiko yang dihadapinya dengan baik. Akibatnya, perusahaan menjadi rentan terhadap risiko-risiko tersebut, seperti risiko investasi dan risiko likuiditas.

Kelemahan lain penerapan manajemen risiko di PT Asuransi Jiwasraya adalah kurangnya pengawasan dari pihak regulator. Hal ini menyebabkan perusahaan bebas melakukan investasi tanpa memperhatikan risiko-risiko yang mungkin terjadi. Akibatnya, perusahaan melakukan investasi yang berisiko tinggi, seperti investasi saham-saham gorengan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun