Jika kita melihat secara objektif, tidak sepenuhnya salah beberapa oknum dosen tadi. Bisa jadi ini kesalahan dari mahasiswa itu sendiri yang memang buta terhadap politik sehingga mudah untuk dikibuli. Oleh karenanya, sebagai seorang mahasiswa khususnya mahasiswa dakwah harus mempelajari dan mengupgrade pemahamannya tentang politik agar kehidupan-kehidupan dakwah yang dijalani nantinya tidak berantakan.
Selanjutnya antara politik dan dakwah. Seperti yang telah disampaikan di atas, bahwasanya politik ini merupakan salah satu alat dalam melangsungkan dakwah. Hanya saja yang menjadi persoalan sekarang, bagaimana kita harus berpolitik secara sehat dan baik agar bisa terwujudnya cita-cita dakwah yang kita harapkan.
Dalam jurnal yang ditulis oleh Syamsul Bachri Day yang berjudul "Hubungan Politik dan Dakwah", dikatakan dalam tulisan tersebut bahwa ada 2 jenis dari politik jika dilihat dari kacamata Islam. Yang pertama adalah High Politic (Politik Kualitas Tinggi), dan yang kedua adalah Low Politic (Politik Kualitas Rendah).
Dalam jurnal tersebut dijelaskan juga ciri-ciri yang mewarnai kedua jenis politik tadi. Untuk High Politic memiliki 3 ciri, diantaranya : (1) Setiap jabatan politik pada hakikatnya berupa amanah (trust) dari masyarakat yang harus dipelihara sebaik-baiknya. (2) Setiap jabatan politik mengandung dalam dirinya mas'uliyah atau pertanggungjawaban (accountability). (3) Kegiatan politik harus dikaitkan secara ketat dengan prinsip ukhuwwah (brotherhood), yakni persaudaraan di antara sesama umat manusia.
Tiga ciri di atas telah menjelaskan kepada kita bahwa politik yang sehat harus berpegang teguh pada kebahagiaan bersama, bukan kebahagiaan pribadi atau personal dengan cara meraup kebahagiaan orang lain. Beda halnya dengan Low Politic. Dalam jurnal yang sama, dijelaskan pula bahwa Low Politic dalam pengaplikasiannya menggunakan gaya politik Machiavelli.
Ada 3 ciri juga yang menggambarkan gaya politik Machiavelli (Low Politic) itu tadi, diantaranya : (1) Machiavelli mengajarkan bahwa kekerasan (violance), brutalitas dan kekejaman merupakan cara-cara yang seringkali perlu diambil oleh penguasa kapan saja dan dimana saja asal tujuan yang ingin dikejar dapat tercapai. (2) Penaklukan secara total atas musuh-musuh politik dinilai sebagai kebijakan puncak (summun bonum). (3) Dalam menjalankan kehidupan politik, seorang penguasa harus dapat bermain seperti binatang buas, terutama seperti singa sekaligus seperti anjing pemburu. Tiga ciri ini jika kita lihat dari kacamata Islam, tentu sangat merugikan orang lain. Tidak peduli bagaimana keadaan, apa yang dipikirkan maupun dirasakan oleh masyarakat. Selagi cara tersebut bisa mewujudkan tujuannya, maka akan dilakukan. Politik seperti inilah yang sebenarnya dapat mendekonstruksi peradaban.
Maka dari itu, sebagai mahasiswa (aktivis) dakwah, sangat dianjurkan untuk mempelajari politik dan menjadikan politik sebagai alat guna melangsungkan kegiatan-kegiatan dakwah di tengah-tengah sosial masyarakat. Dan politik yang digunakan haruslah High Politic. Sebab, orientasi dari dakwah yang dilangsungkan haruslah pada kesejahteraan dan kebahagiaan bersama, bukan individu maupun personal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI