Hoegeng Iman Santoso lahir pada tanggal 14 Oktober 1921 di Pekalongan, Jawa Tengah. Ayahnya bernama Soekario Hatmodjo yang merupakan jaksa pada masa pemerintahan Belanda, dan Ibunya bernama Oemi Kalsoem. Hoegeng merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, beliau memiliki dua adik perempuan yang bernama Titi Soedjati dan Soedjatmi. Hoegeng merupakan anak dari keluarga yang sederhana walaupun keluarganya termasuk golongan priyayi karena menjadi pegawai pada zaman Belanda, tetapi Hoegeng selalu diajarkan oleh sang Ayah untuk selalu bersikap tidak sombong dan selalu jujur.Â
Berada dalam lingkungan keluarga penegak hukum, membuat Hoegeng memiliki cita-cita sebagai seorang polisi sejak kecil (Bonaventura, 2012: 26) Jenderal Hoegeng adalah salah satu putra bangsa yang dikenal memiliki prinsip hidup kuat yang melekat pada dirinya. Jenderal Hoegeng adalah pejabat tinggi yang tidak menyalahgunakan kekuasaan untuk kesenangan pribadi. Jenderal Hoegeng menjabat sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia pada tahun 1968-1971, ia menjabat hanya 3 tahun dengan kejujuran, kedisiplinan, serta kesederhanaan yang dimilikinya mengantarkan sebagai sosok yang di hormati bahkan di teladani dalam Lembaga kepolisian Indonesia. Berikut nilai-nilai Pendidikan karakter pada sosok Jenderal Hoegeng yang patut dicontoh dan diteladani oleh masyarakat khususnya pada kalangan generasi muda:
1. Kejujuran
Jujur atau kejujuran merupakan salah satu contoh dari nilai karakter yang positif. Jujur berarti menyatakan hal yang sebenar-benarnya tanpa mengubah fakta atau realitas yang terjadi dilapangan. Sikap jujur ini dimiliki oleh Jenderal Hoegeng, hal tersebut dapat dibuktikan saat beliau menjabat sebagai Menteri iuran negara, ia ditunjuk karena diyakini memiliki sikap kejujuran yang tinggi. Pada saat menjalankan tugasnya sebagai Menteri, Jenderal Hoegeng tidak pernah mencari kesempatan untuk memperkaya dirinya dengan melakukan tindakan korupsi. Hoegeng dengan jujur menjalankan tugasnya sebagai Menteri dengan mencegah terjadinya peristiwa yang dapat merugikan negara seperti penggelapan dana atau penyeludupan barang. Hal tersebut ia lakukan karena sadar Indonesia pada masa itu sedang berada dalam ketidakstabilan politik dan ekonomi karena baru saja merdeka (Hidayanti, 2021: 32). Selain itu, sikap jujur yang dimiliki oleh Jenderal Hoegeng jga tercermin saat ia menjabat sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) pada tahun 1968-1971, demi mewujudkan citra yang baik pada Lembaga Kepolisian, Hoegeng membuat suatu kebijakan yaitu Buku Harian Terbuka Polri. Pada kebijakan tersebut, Hoegeng berusaha menjalin hubungan yang baik dengan pers dengan memberikan informasi/berita yang transparan kepada publik tanpa ada yang ditutupi terkait dengan agenda kepolisian (Yusra & Ramadhan, 1993: 307). Kejujuran yang dimiliki oleh Jenderal Hoegeng patut dijadikan teladan oleh generasi muda. Pada masa sekarang banyak sekali hal-hal yang mendorong generasi muda untuk tidak jujur atau berbohong demi kepentingan pribadi yang bisa merugikan dirinya sendiri bahkan orang lain. Dengan memegang prinsip kuat seperti yang dilakukan oleh Jenderal Hoegeng diharapkan dapat memberikan dampak yang positif dalam menghasilkan generasi penerus bangsa yang memiliki moral dan akhlak yang baik.
2. Kedisiplinan
Disiplin merupakan suatu sikap kesadaran diri dimana seseorang berusaha untuk mengendalikan dirinya dengan menaati atau mematuhi aturan. Disiplin adalah bagian dari nilai karakter yang harus ada pada setiap individu. Kedisiplinan yang ada pada Jenderal Hoegeng ia terapkan dalam setiap pekerjaannya salah satunya yaitu disiplin waktu. Berada dipuncak kepemimpinannya sebagai Kapolri, tidak membuat Jenderal Hoegeng lupa daratan. Hoegeng sangat menyadari akan tanggung jawabnya sebagai seorang polisi. Tanggung jawab tersebut ia cerminkan dengan sikap disiplin. Setiap hari Hoegeng berangkat kerja paling awal sebelum pukul 07.00 ia sudah ada dikantor dan pulang paling lambat dari pegawai bawahannya yaitu setlah pukul 14.00. Hal tersebut ia lakukan untuk menunjukkan kesan bahwa kepolisian sadar akan tanggung jawab kepada masyarakat yaitu melayani, mengayomi, dan melindungi. Hoegeng percaya orang yang memiliki ketepatan waktu adalah orang yang dapat mengatur sesuatu dengan baik (Suhartono, 2013). Selain itu, kedisiplinan Jenderal Hoegeng ia terapkan kedalam satu kebijakannya sebagai Kapolri, yaitu penggunaan helm bagi pengendara motor. Kebijakan ini Hoegeng lakukan dengan tujuan keselamatan. Walaupun pada saat itu kebijakan ini dikritik karena masyarakat belum terbiasa menggunakan helm, dan baru disetujui beberapa bulan kemudian. Kebijakan penggunaan helm ini membuat Jenderal Hoegeng berhasil dikenal banyak orang. (Suhartono, 2013: 117- 118). Kedisiplinan yang dimiliki oleh Jenderal Hoegeng sangat penting ditanamkan kepada setiap individu. Sikap disiplin adalah bentuk dari menghargai dan menghormati diri sendiri, orang lain, dan waktu. Perlunya kesadaran penuh bagi setiap orang untuk tidak membudayakan pelanggaran, karena disiplin ada salahsatu cara menaati aturan. Sehingga dapat menciptkan keberlangsungan hidup yang aman dan nyaman.
3. Kesederhanaan
Sederhana adalah kebiasaan seseorang untuk berperilaku sesuai kebutuhan dan kemampuannya atau cenderung tidak memilih untuk hidup berlebih-lebihan dan bermewah-mewahan. Sederhana adalah sikap yang bijaksana yang dimiliki seseorang karena lebih mementingkan kebutuhan dari pada keinginan. Kesederhanaan Jenderal Hoegeng tidak bisa dilepaskan dari karakter jujur yang dimilikinya, terlihat dari harta kekayaannya yang tidak seberapa. Kesederhanaan Hoegeng terbukti dari penolakan fasilitas-fasilitas yang diberikan untuknya, seperti mobil, rumah, tanah, bahkan pengawalan khusus untuknya. Penolakan seperti pengawalan khusus dan penjagaan dirumahnya ia lakukan karena tidak ingin menimbulkan rasa segan bagi masyarakat untuk dating kerumahnya, bagi Hoegeng rumah seorang polisi adalah tempat mengadu masyarakat. Kesederhanaan yang dimiliki Hoegeng tidak hanya ia terapkan pada dirinya saja, akan tetapi juga kepada istri dan anak-anaknya. Hoegeng tidak memberikan peluang kepada isri dan anak-anaknya untuk melakukan KKN dengan memanfaatkan fasilitas dari jabatannya (Bonaventura, 2012:48). Jabatan yang dimiliki Hoegeng tidak membuatnya terbuai dan aji mumpung, ia tidak menumpuk harta nya dengan kekuasaan yang dimiliki, namun sebaliknya ia menolak semua fasilitas untuk dirinya. Kesederhanaan yang hoegeng miliki, membuatnya terhindar dari kecurangan serta tindakan tercela seperti korupsi. Dengan demikian, sifat sederhana sangat penting ditanamkan kepada generasi muda sebagai penerus bangsa di negeri ini.
4. Berjiwa pemimpin
Jiwa pemimpin yang dimiliki oleh Jenderal Hoegeng telah ada bahkan jauh sebelum ia menjadi seorang pemimpin. Pada saat menjabat sebagai Kepala Kepolisian Republik Indoneisa, tugas pertama yang menjadi prioritas nya adalah mengembalikan fungsi pokok kepolisian dan menegakkan kembali citra polisi ditengah masyarakat Indonesia. Upaya tersebut Hoegeng lakukan agar Polri mendapat tempat dihati masyarakat dengan jalan bersikap terbuka dalam kehidupan bangsa dan negara. Hoegeng berpendapat bahwa pada dasarnya seorang polisi adalah pelayan masyarakat untuk menegakkanketertiban dan keamanan umum setiap saat, dimana pun ia berada. Apalagi pada saat mengenakan seragam polisi maka kewajiban resminya itu menjadi kongkrit ditengah masyarakat, dan masyarakat berhak menuntut ketertiban dan keamanan tersebut.Â
Polisi adalah polisi, itulah makna kedudukan dan perannya di tengah masyarakat. Hakikat seorang polisi demikianlah yang membuat Jenderal Hoegeng mencintai tugas kepolisian danbangga sebagai polisi, tanpa membedakan kedudukan atau pangkat (Yusra dan Ramadhan, 1993:310) Jiwa pemimpin tersebut Hoegeng buktikan dengan tidak pernah merasa malu turun kejalan mengambil alih tugas teknis seorang agen polisi yang kebetulan sedang tidak ada ditempat. Misalnya ketika di persimpangan jalan sedang terjadi kemacetan lalu lintas Hoegeng tidak segan untuk menjalakan tugasnya sebagai seorang polisi dengan baju dinas Kapolri.Â