Sebab bahasa Inggris bagi warga Thailand bukan kewajiban sehingga sulit sekali komunikasi selama mengajar. Tak hanya itu, sekelompok mahasiswa ini mengalami culture shock dalam hal kuliner. Membahas kuliner Thailand pasti dibenak kalian ekstrim dan tidak layak untuk dikonsumsi, memang hal tersebut benar akan tetapi provinsi Krabi ini mayoritas muslim.
Sehingga makanan yang mereka buat masih halal dan bisa dimakan. Namun, cita rasa yang membuatnya berbeda. Makanan khas Thailand cenderung asam, asin dan pedas. Tak heran mahasiswa banyak yang merindukan masakan Indonesia ketika berada Thailand.
“Semua tentang Indonesia kami rindukan, kami mau bakso, tempe, tahu, ayam geprek, sate, siomay, nasi padang dan lainnya, jujur saya begitu rindu masakan Indonesia,” ujar Khansa salah satu mahasiswa yang ikut dalam program AM Thailand ini.
Semua mahasiswa saat ini sudah berada di Indonesia dan melanjutkan perkuliahannya. Mereka merasa momen-momen mengajar di Thailand sangat berkesan dan tak mudah untuk dilupakan. Sembilan belas orang ini belajar menjadi pendidik yang baik untuk muridnya, mengabdi pada negara, dan menjadi sosok yang lebih adaptif bagi lingkungannya. Pengalaman mereka semua pasti akan terkenang dan bermanfaat untuk kehidupannya kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H