Mohon tunggu...
DIMAS SAPUTRA
DIMAS SAPUTRA Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi saya adalah bermain sepak bola dan juga futsal.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Praktisi Mengajar Dalang Sebagai Role Model dalam Mengembangkan Kemampuan Berbicara Bahasa Jawa Mahasiswa PGSD

30 Oktober 2024   21:55 Diperbarui: 30 Oktober 2024   21:56 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimas Saputra1, Muhammad Nofan Zulfahmi2

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Pendidikan merupakan seluruh pengetahuan belajar sepanjang hayat dalam semua tempat dan situasi yang memberikan pengaruh positif pada perkembangan setiap makhluk, karena pendidikan berlangsung selama sepanjang hayat (long life education) (Ujud. 2023). Secara harfiah pendidikan merupakan mendidik yang dilakukan oleh seorang pengajar atau guru kepada peserta didik, hal itu diharap agar orang dewasa kepada anak-anak bisa memberikan tauladan. Terutama pada etika berbicara, anak perlu diberikan edukasi khususnya berbicara bahasa Jawa krama alus agar tetap terjaga kelestarianya.

Berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang menghasilkan perkataan dan ide untuk disampaikan kepada orang lain. Berbicara adalah keterampilan berbahasa yang berkembang kepada anak dan hanya didahului oleh keterampilan menyimak serta pada masa tersebut kemampuan berbicara dipelajari (Ulfa & Afhani, 2022). Bahasa Jawa adalah bahasa daerah masyarakat Jawa yakni sebagai alat pemersatu bagi orang Jawa, dari anak-anak sampai tua hingga mahasiswa sekalipun yang kental akan pendidikan.

Penggunaan bahasa unggah-ungguh Jawa yang makin jarang ditemukan pada kalangan mahasiswa merupakan fenomena yang memprihatinkan. Padahal, unggah-ungguh merupakan cerminan dari tata krama dan sopan santun dalam masyarakat Jawa. Kurangnya pemahaman dan penerapan unggah-ungguh ini dapat berdampak pada hilangnya nilai-nilai luhur budaya Jawa pada generasi muda. Beberapa faktor menyebabkan mahasiswa enggan menggunakan unggah-ungguh bahasa Jawa. Pertama, pengaruh globalisasi yang menuntut penguasaan bahasa. kedua, kurangnya pemahaman tentang pentingnya melestarikan bahasa daerah. Ketiga, minimnya penggunaan bahasa Jawa dalam lingkungan pendidikan formal dan pergaulan sehari-hari. Keempat, adanya stigma negatif terhadap penggunaan bahasa Jawa yang dianggap kuno atau tidak gaul. Pada UUD 1945 Pasal 32 mengatakan, "pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia", di situ menegaskan kalau kebudayaan adalah pilar kehidupan bangsa (Peraturan Presiden no 17 TH 2018 TTG KECAMATAN, 2017). Maka dari itu kita sebagai anggota warga Indonesia, harus menjunjung tinggi nilai budaya dan kearifan lokal.

Upaya menjaga kelestarian budaya berbicara bahasa Jawa dikalangan mahasiswa, tentunya mendatangkan praktisi mengajar sangatlah berguna. Pada program Praktisi Mengajar merupakan bagian dari Program Merdeka Belajar, menghadirkan berbagai praktisi yang mempunyai pengalaman serta kompetensi di berbagai bidang untuk membantu dalam proses pembelajaran di dalam kelas sehingga dapat memperluas pengetahuan mahasiswa dalam hal praktis di dunia kerja. Pada buku (Dr. Elihami, 2024) mengatakan bahwa praktisi membawa pengalaman lapangan dan wawasan industri yang berharga, sementara mahasiswa mendapatkan pemahaman yang lebih realistis dan aplikatif mengenai materi yang dipelajari.

Praktisi Mengajar yang melibatkan dalang sebagai guru tamu menawarkan pengalaman belajar yang unik dan inspiratif bagi siswa. Praktisi sebagai individu tidak sebatas memiliki pengetahuan teoritis, tetapi memiliki keterampilan dan pengalaman praktis yang diterapkan dalam konteks professional (Peran et al., 2024). Kehadiran dalang di suatu universitas sebagai role model tentunya menarik perhatian para mahasiswa, tidak hanya mengajarkan tentang seni pewayangan, tetapi juga nilai-nilai luhur seperti kesabaran, kreativitas, dan kearifan lokal. Melalui cerita-cerita wayang yang sarat makna, dalang mampu menanamkan nilainilai moral yang penting bagi pembentukan karakter mahasiswa.

Praktisi mengajar itu sendiri memiliki definisi tersedndiri, pada upaya memaksimalkan manfaat program Praktisi Mengajar dengan melibatkan dalang, perlu dilakukan beberapa hal. Pertama, pemilihan dalang harus dilakukan dengan cermat, yaitu dalang yang memiliki kemampuan pedagogik yang baik dan mampu berinteraksi dengan mahasiswa. Kedua, materi pewayangan yang disampaikan harus disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman mahasiswa. Ketiga, perlu adanya evaluasi berkala agar bisa mengetahui efektivitas program dan memperbaiki hal itu jika diperlukan.

Kehadiran dalang dalam program Praktisi Mengajar di PGSD menyoroti pentingnya pembelajaran yang berdiferensiasi. Setiap wayang memiliki karakter, peran, dan kisah yang berbeda-beda. Hal ini mengajarkan calon guru bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar dan minat yang unik. Dengan mengamati bagaimana dalang menyajikan cerita yang menarik bagi berbagai kalangan usia, calon guru dapat belajar agar menghasilkan pembelajaran yang selaras dan bermakna untuk setiap siswa. Dalang mengajarkan pentingnya persiapan yang matang, improvisasi, dan kemampuan berkomunikasi yang efektif, semua keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam profesi guru.

Bagi mahasiswa PGSD, menguasai bahasa Jawa merupakan suatu keharusan. Bahasa Jawa bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga merupakan cerminan identitas dan budaya Jawa. Dengan menguasai bahasa Jawa, calon guru dapat menyampaikan materi pelajaran dengan lebih efektif, selain itu juga dapat menanamkan rasa cinta terhadap budaya daerah pada siswanya. Tentunya bagi mahasiswa ada kendala yang sering dihadapi, seperti pelafalan kosa kata tertentu pada bahasa Jawa. Pada bahasa Jawa pasti menemui kata-kata yang jika kita ucapkan secara kurang tepat maka akan menimbulkan makna yang berbeda (Djokowidodo, 2023). Maka dari itu, mahasiswa PGSD harus mempelajarinya untuk di salurkan pada calon anak didiknya kelak. Sebagai calon guru, mahasiswa PGSD memiliki peran penting dalam melestarikan budaya Jawa. Dengan menguasai bahasa Jawa, mereka dapat ikut serta dalam upaya menjaga kelangsungan bahasa daerah yang semakin terkikis oleh pengaruh globalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Djokowidodo, A. (2023). Pemanfaatan Teknik Pembelajaran Scaffolding dalam Peningkatan Kemampuan Berbahasa Jawa: Studi Kasus Pembelajaran Kemampuan Berbahasa Jawa oleh Mahasiswa Non-Jawa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.

Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan. Elihami (2024). Praktisi Mengajar. Penerbit KBM Indonesia Group.

Peran, P., Pada, P., Pembelajaran, P., Kuliah, M., Pengolahan, P., & Statistika, D. (2024). RELEVAN: JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA.

Peraturan Presiden NO 17 TH 2018 TTG KECAMATAN. (2017). Lembaran Negara Republik. Rencana Umum Energi Nasional, 73.

Ujud. (2023). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sma Negeri 10 Kota Ternate Kelas X Pada Materi Pencemaran Lingkungan. Jurnal Bioedukasi, 6(2), 337--347.

Ulfa, M., & Afhani, L. A. (2022). Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama Menggunakan Strategi Tebak Kata Pada Siswa Kelas Iv Mima 33 Tarbiyatul Islamiyah Ambulu Jember Ayu Lutfiah Afhani. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 7(1), 32--48.a

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun