Berbagai kontroversi muncul, ada yang tidak sepakat kalau kampus kami masih menerapkan pola pendidikan semi militer (ketarunaan), lebih baik disebut mahasiswa. Alasan ini didasari ilmu dan pekerjaan- nya bersifat scientific, tidak memerlukan kegiatan fisik yang berat.
Ini juga pertanyaan yang dilontarkan oleh Prof. Rhenald Kasali (UI) ketika bertemu dengan kami (berseragam taruna) dalam sebuah acara reality show kepemimpinan, untuk apa kalian dibina dengan semi militer? Tidak nyambung dengan pekerjaan kalian nanti.
Tapi masih banyak yang setuju dengan pembinaan semi militer. Alasan ini didasari pada penanaman kedisiplinan, mentalitas serta loyalitas.
Kalau di STIP, pembinaan fisik memang sangat diperlukan. Let see, STIP adalah perguruan tinggi yang khusus mendidik calon-calon pelaut. Pekerjaan di kapal tidaklah gampang: pekerjaan fisik yang berat (menurut saya).
Kalau pendidikan semi militer masih dianggap perlu, "pembinaan fisik" harus dilakukan tanpa tanda kutip. Kalau di kampus kami, cukup dengan memberi hukuman yang sama merata pada junior-junior: push up, sit up, lari, guling-guling, merayap dan lain-lain. Ini cukup melelahkan, tapi malah menyehatkan. Kalau masih kurang, dinaikkan intensitasnya, karena taruna-taruna adalah orang-orang terpilih yang memang sudah menjalani seleksi kesehatan. Dengan begitu benar-benar tercipta fisik yang kuat dan sehat.
Inti dari kuliahnya kan menyerap ilmu dan keterampilan (skill) untuk bisa bekerja nantinya. Bukan menerima pukulan dan "bogem" dari senior-senior yang tidak jelas apa maksud dan tujuannya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H