Mohon tunggu...
Dilpina Handini Putri
Dilpina Handini Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemanfaatan Artificial Intelligence dalam Bidang Kesehatan melalui Pendekatan Health Belief Model

21 November 2024   23:33 Diperbarui: 22 November 2024   00:20 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pemanfaatan Artificial Intelligence dalam Bidang Kesehatan karya Ganis Sanhaji dan Amirul Irsyaad Hizbullah dari Universitas Islam Nusantara bertujuan untuk mengeksplorasi penerapan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di bidang kesehatan, termasuk potensinya dalam meningkatkan analisis data medis, diagnosis, personalisasi pengobatan, dan efisiensi layanan kesehatan. 

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan menganalisis berbagai literatur terkait aplikasi AI di sektor kesehatan, serta tantangan dan pertimbangan etis yang muncul dari penerapan teknologi tersebut. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa AI dapat secara signifikan meningkatkan hasil pasien, memperkuat pengambilan keputusan medis, dan mengoptimalkan pengelolaan rumah sakit. Namun, integrasi AI juga menghadirkan tantangan seperti bias algoritma, privasi data, dan kebutuhan akan kolaborasi antara tenaga medis dan sistem AI untuk memaksimalkan potensinya.

Kecerdasan Buatan dan Transformasi Layanan Kesehatan: Perspektif Health Belief Model

Kemajuan teknologi, terutama di bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), telah membawa perubahan besar dalam dunia kesehatan. Dengan berbagai manfaat yang ditawarkan, AI membuka peluang baru bagi pelayanan kesehatan yang lebih efisien dan terjangkau. 

Namun, sejauh mana masyarakat memahami dan menerima teknologi ini? Pendekatan Health Belief Model (HBM) dapat membantu menjelaskan perilaku masyarakat dalam menerima layanan kesehatan berbasis AI. Susceptibility dan Severity, Dalam perspektif HBM, susceptibility (kerentanan) dan severity (keseriusan) adalah faktor penting yang mendorong seseorang untuk mengambil tindakan preventif. 

Ketika masyarakat menyadari risiko penyakit tertentu yang membutuhkan perhatian medis, seperti diabetes atau hipertensi, mereka cenderung mencari solusi yang lebih cepat dan praktis. AI menawarkan alat untuk diagnosis dini dan pemantauan kesehatan tanpa harus mengunjungi fasilitas kesehatan secara fisik. Misalnya, aplikasi kesehatan berbasis AI mampu mendeteksi pola yang menunjukkan gangguan mental atau fisik, membantu individu memahami kondisi mereka lebih baik.

Benefits dan Costs

AI memberikan banyak keuntungan (benefits), seperti konsultasi daring, analisis data medis, dan tutorial tindakan medis yang realistis. Misalnya, tutorial berbasis AI untuk pembedahan memberikan langkah-langkah interaktif yang lebih efektif dibandingkan pendekatan tradisional (Wentink et al., 2003). 

Selain itu, aplikasi seperti Ginger.io mampu memantau kebiasaan pengguna dan memberikan intervensi personal untuk kesehatan mental. Namun, costs atau hambatan juga menjadi perhatian. Privasi data, kepercayaan pada teknologi, dan keterbatasan akses terhadap teknologi digital di daerah tertentu adalah tantangan yang perlu diatasi.

Cues to Action

Salah satu cues to action yang signifikan adalah pandemi COVID-19, di mana layanan kesehatan daring menjadi kebutuhan mendesak. AI membantu menjaga kontinuitas layanan kesehatan saat interaksi langsung dibatasi. 

Hal ini menunjukkan bagaimana situasi tertentu dapat mendorong masyarakat untuk mencoba solusi berbasis AI. Artikel Manganello et al. (2017) menyoroti bahwa teknologi digital efektif dalam meningkatkan akses pelayanan kesehatan masyarakat, membuktikan bahwa digitalisasi dapat menjadi langkah strategis dalam pelayanan publik.

Likelihood of Behavior

Dengan meningkatnya literasi digital dan kepercayaan terhadap teknologi, kemungkinan adopsi AI dalam kesehatan terus meningkat. Penelitian menunjukkan bahwa AI mampu meningkatkan efisiensi, akurasi, dan efektivitas layanan kesehatan (Habibi & Haryati, 2022).

 Namun, kolaborasi antara manusia dan teknologi tetap penting. Tenaga medis perlu didukung oleh AI, bukan digantikan, untuk memastikan layanan yang holistik dan empati.

Kesimpulan nya, Kecerdasan buatan telah merevolusi layanan kesehatan dengan memberikan solusi yang lebih cepat, personal, dan efisien. Dalam kerangka Health Belief Model, kesadaran akan manfaat dan risiko, didukung oleh dorongan situasional, dapat mempercepat adopsi AI dalam kesehatan. 

Namun, tantangan seperti privasi data dan kesenjangan digital harus segera diatasi agar manfaat maksimal dapat dirasakan oleh semua kalangan. Dengan pendekatan yang tepat, AI bukan hanya menjadi alat, tetapi juga mitra yang memperkuat kualitas hidup masyarakat.

https://www.unisayogya.ac.id/

Referensi :

Sanhaji, G., & Hizbullah, A. I. (2024). Pemanfaatan Artificial Intelligence Dalam Bidang Kesehatan. EDUSAINTEK: Jurnal Pendidikan, Sains Dan Teknologi, 11(1), 234-242.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun