Mohon tunggu...
Hendi Jo
Hendi Jo Mohon Tunggu... -

Jurnalis lepas yang lahir di Cianjur dan hidup di Jakarta hingga kini

Selanjutnya

Tutup

Politik

ALEXEI

14 November 2009   12:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:20 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

If you kill another,you kill your self…” (Immanuel Kant in The Science of Right, 1709)

Saya sedang tidak ingin bicara tentang Indonesia. Negeri yang nyaris antah berantah dan bagai dongeng:menganggap korupsi sebagai budaya. Saya pun lagi malas untuk berdiskusi tentang prilaku para polisi korup, jaksa-jaksa yang mudah disuap dan para anggota parlemen yang bekerja “tanpa hati” yang “di sanalah mereka berdiri untuk tahta dan harta (mohon maaf Pak Wage Rudolf Supratman, saya “terpaksa” memplesetkan salah satu bait lagu anda)

Di senja yang dingin ini, izinkan saya bicara tentang negara orang lain dan seorang asing bernama Alexei Dymovsky. Siapa dia? Di Rusia,negerinya tercinta, tentu saja dia bukan siapa-siapa. Dia tidak memiliki kedudukan setinggi Bambang Hendarso, Susno Duadji atau Wilardi sekalipun. Dia seorang polisi lugu yang hanya tahu bahwa tindakan penyuapan atau korupsi (bagaimanapun cara dan alasannya) sebagai salah satu kejahatan yang sangat merugikan rakyat dan patut dihukum.Begitulah keyakinannya, seperti buku-buku acuan dan deretan kalimat para instrukturnya di Akademi Polisi.

Namun dunia luar ternyata tidak sehitam putih buku-buku panduan. Begitu lulus, Alexei justru banyak menemui paradoks di mana-mana.Hitam putih seolah menyatu dan membentuk warna abu-abu. Dunia laksana terbalik: polisi menjadi jongos-jongos para mafia dan para penjahat menjadi para raja yang tak tersentuh.

Bertahun-tahun dia coba mewajarkan realitas tersebut. Dan berusaha memandang dunia laiknya para koleganya di departemen kepolisian. Tapi sayang, Alexei bukan tipe-tipe yang mudah ditaklukan, ia adalah sejenis loyalis yang lebih menyukai bicara dalam bahasa hati nurani bukan dalam bahasa kepentingan akan selera rendah.

"Saya tidak tahan karena selalu diminta untuk menutupi kejahatan. Saya capek disuruh memenjarakan orang yang tidak bersalah," katanya seperti dilansir AFP awal November lalu.

Tentu saja ia tidak memilih jalan setengah-tengah dengan gaya “selemah-lemahnya iman”. Alih-alih mundur dari kepolisian, dalam waktu berbulan-bulan Alexei malah membuat penyelidikan sendiri terhadap para bos dan kolega-koleganya yang doyan korupsi. Begitu semua bukti kejahanaman berjamaah itu didapatnya, ia merangkainya dalam sebuah cakram video dan menyebarkannya ke para pejabat termasuk para menteri dan Perdana Menteri Vladimir Putin.

Rusia geger. Sang Vladimir murka dan segera memerintahkan Menteri Dalam Negeri Rashid Nurgaliyev membuat penyelidikan menyeluruh atas laporan dari Dymovksy tersebut. Wajar Vladimir merasa terpukul karena dalam videonya, Dymovsky juga menyebut-nyebut soal rendahnya jaminan pemerintah atas kesehjateraan polisi di Rusia.

"Bagaimana kami bisa bekerja profesional dengan gaji hanya sekitar 14,000 rubles (USD 549) per bulan," ungkap Alexei. Menanggapi protes itu, PM. Vladimir Putin menyatakan ingin bicara lebih “dalam” dengan Alexei dan mengundangnya untuk menemui dia.

Apa yang bisa dipelajari Indonesia dari Rusia dengan kisah itu? Sayang, saya sedang tidak ingin bicara tentang Indonesia. Negeri yang nyaris antah berantah dan bagai dongeng:menganggap korupsi sebagai budaya. Saya pun lagi malas untuk berdiskusi tentang prilaku para polisi korup, jaksa-jaksa yang mudah disuap, para anggota parlemen yang bekerja “tanpa hati”. Dan Presiden yang tak memiliki keberanian dan memilih diam hanya karena alasan “tidak mau melakukan intervensi.” (hendijo)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun