Mohon tunggu...
Cerpen

Cerpen | Cinta Bekantan

2 Maret 2019   16:41 Diperbarui: 2 Maret 2019   16:41 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekantan (infotentanghewan.blogspot.com)

" Kejutan. Aku kira aku bermimpi" Dia mengulurkan tangannya.
 " Angin apa yang membawamu kemari ?"

" Angin rindu", aku menjawab asal.

" wow.... Setelah hampir dua puluh lima tahun  ?", aku mengangguk.
" Kemana aza selama ini ?", dia mengajakku kembali duduk lalu ia melipat celana panjangnya dan mencelupkan kedua kakinya sambil mencipratkan air dengan tangannya.

" Selepas lulus SD aku ikut Mina(4) ke Surabaya, sekolah dan kuliah disana. Ketika lulus kuliah aku merantau ke Bali dan bekerja di sana.  Itulah kenapa hampir selama duapuluh lima tahun aku tidak pernah pulang. Dan kebetulan cuti tahun ini aku memutuskan untuk pulang, melepas rindu dengan kampung kelahiran".

" O, aku pikir kau merindukan aku, karena aku setiap hari kesini menunggu seseorang di masa lalu", ia tertawa dan kedua lesung pipit itu kembali terlihat. " Ingat pantun tentang sungai Kahayan ?".
 Ia menatapku.  Ah, mata teduh itu ? Aku  sangat merindukannya.

" Bukankah itu hanya sebuah pantun  hasil jiplakan dari seorang bocah ingusan yang masih berseragam putih merah ?". Aku balik bertanya.

" Ya, itu hanya pantun jiplakan yang pasaran yang akan di temukan di akhir setiap surat watu itu. Kau tau ? Meskipun hanya pantun jiplakan tapi isinya murni mewakili perasaan".

" Tapi itukan dulu ? Hanya cinta monyet."

" Dulunya memang cinta monyet, tapi kini  monyet kecil itu sudah berevolusi menjadi  Bekantan. Cinta Bekantan itulah julukannya sekarang " Ia tersenyum.

" Ah, kamu ada-ada aza.  Airnya semakin keruh, ya tidak sebening dulu ", aku mencoba mengalihkan arah pembicaraannya.

" Penambang liar yang marak terjadi dan kebiasaan membuang sampah di sungai membuat sungai semakin kotor.  Tapi ada satu yang tetap tak berubah", mata teduhnya menatap air sungai yang mengalir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun