Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Suatu Sore di Bawah Jembatan Kahayan

5 Februari 2019   17:20 Diperbarui: 5 Februari 2019   18:14 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat sedang asyik menikmati sepiring gorengan ditemani segelas es teh manis dia datang menghampiriku. Mencomot gorengan dan mengunyahnya tanpa ekspresi.

Anak-anak berlarian di tepi pantai, sesekali melempar kerikil ke sungai Kahayan yang keruh benar-benar masa kecil yang menyenangkan. Tertawa lepas tanpa beban.

Ah, andai aku bisa seperti mereka dan lihatlah di sana beberapa pasang remaja sedang asik bercengkrama tanpa peduli sekitarnya, benar-benar membuat iri.

Jembatan Kahayan memang selalu mempesona, seakan ada magnet yang menarik para pengunjung untuk menikmati sore di tempat ini, maka tak heran ada begitu banyak cafe-cafe tenda yang menyediakan berbagai makanan di sini. Ya, ini adalah tempat favoritku tatkala gundah melanda.

Setelah beberapa saat terdiam dia mulai berkisah tentang kisah cintanya, yang entah sudah berapa kali dia mengisahkannya. Terkadang aku jenuh mendengarnya, tapi sebagai sahabat yang baik aku harus tetap mendengarkannya.

"Aku mencintainya, sangat mencintainya," dia memulai lagi kisahnya.

"Tapi kau tau kan, dia sudah punya kekasih?"

"Aku tau, tapi aku... Tapi aku tetap tak peduli. Karena aku sangat mencintainya, kamu tau itukan?" ia menatapku dengan wajah memelas.

"Hmm...bukankah sudah berulang kali kukatakan kalau itu bukanlah cinta? Itu adalah kebodohan!"

 Aku merasakan perih di hatiku mendengar kalimat yang baru saja kuucapkan itu. Aku juga bodoh sama sepertimu sobat hatiku berbisik nyeri.

"Kau tak merasa apa yang ku rasakan," wajahnya sumringah, senyumnya mengembang setengah berteriak ia melanjutkannya, "Dia membuat hidupku berwarna mengusir kelam yang selama ini bersarang di hidupku. Aku bahagia meski hanya jadi Sephianya. Kau taukan, aku tak pernah benar-benar merasa sebahagia ini."

"Itu benar-benar gila, sobat," kau pun juga gila, hatiku kembali menjerit.

"Ya, aku gila... Gila karena cinta. Kau tau? Aku tak akan pernah bisa hidup tanpanya."

"Tak akan pernah bisa hidup tanpanya? Yakin? Haha... Kau membuatku tertawa, sobat."

"Kenapa kau tertawa, adakah yang lucu?" sahabatku itu pura-pura menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tentu saja. Kau bilang tak bisa hidup tanpanya? Jadi selama ini kau mati dan setelah bertemu dengannya saja kau baru hidup? Hei, sobat jangan naif begitu. Kau akan tetap hidup, tetap bernafas dan bumi akan tetap berputar walau kau tanpanya. Bukankah selama ini juga begitu?"

Aku tak tau dari mana aku mendapatkan kalimat sok bijak itu? Karena akupun sedang merasakan hal yang sama. Bergumul dengan perasaan yang sama dan berusaha menghambat benih-benih yang mulai tumbuh dengan suburnya pada seseorang yang berstatus kekasih orang juga.

Ah, Tuhan rasa ini benar-benar menyiksa. Aku tahu itu salah, tapi logikaku seolah-olah mati. Mungkin Agnes Monica benar kalau "Cinta ini kadang-kadang tak ada logika."

"Hei, kok diam?" sahabatku kembali berkicau, aku tak terlalu menyimaknya lagi pula hatiku benar-benar kacau.

Ah, andai kau tau sobat aku tak lebih dari seorang munafik yang sedang berusaha menyadarkan diriku sendiri.

Suasana menjadi sepi, tak ada lagi anak-anak yang berlarian semua sudah dibawa orangtuanya untuk kembali ke rumah masing-masing karena mentari sudah lama lengser ke peraduannya.

Kamipun bangkit membawa piring gorengan yang kosong, menghampiri penjual gorengan yang menunggu dengan sabar di sebarang sana tak lupa pula untuk membayarnya, lalu kami, aku dan dan sahabatku, berpisah dalam bisu.

Kota Cantik, 10 April 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun