Mohon tunggu...
AK Pometia
AK Pometia Mohon Tunggu... Freelancer - Perempuan Sederhana yang berpikir kompleks. Cinta Hasil Pikir dan Pelangi Kreativitas pada Guratan Pena.

A Wife ~ Mother of 2 Teenagers and a Blogger https://www.akpometia.com/ {akpometia@gmail.com}

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Indonesia Butuh Blueprint Pendidikan Bukan Peta Jalan

27 Maret 2021   13:50 Diperbarui: 27 Maret 2021   20:28 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roadmap vs Blueprint (Sumber: dokumen pribadi & www.freepik.com)

Berselancar menelusuri portal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud) serasa memasuki rimba belantara nan luas tak berujung. Begitu banyak dan berlimpah informasi yang tersaji, mulai dari Sejarah Kemendikbud sampai dengan Penyuluhan Bahasa. Ada Delapan Menu di portal utama :

  1. Tentang Kami (ada 9 sub menu, kemudian salah satu sub menu memiliki 10 sub menu lagi dibawahnya)
  2. Siswa & Mahasiswa (14 sub menu)
  3. Guru & Dosen (8 sub menu)
  4. Orang Tua (4 sub menu)
  5. Sekolah & Kampus (12 sub menu)
  6. Budaya & Bahasa (8 sub menu)
  7. Pemerintah & Daerah (10 sub menu)
  8. Masyarakat & Mitra (8 sub menu)

Selain ke delapan menu diatas, halaman utama ini juga memuat berbagai informasi publik seperti, berita, siaran pers, pengumuman, menteri menyapa dan banyak lagi. Pastinya akan “tersesat” ketika mencoba menelusuri satu persatu informasi yang tersaji.

Misal, Menu Sekolah dan Kampus, berharap akan menemukan informasi rinci berkaitan dengan jumlah sekolah ataupun kampus negeri serta swasta seluruh Indonesia berikut alamat, kurikulum khas maupun program studi ataupun tautan ke sekolah dan kampus dimaksud, namun informasi ini tidak akan di temukan di menu tersebut, melainkan ada di:

Halaman utama, Menu Guru & Dosen --> Sub Menu: Layanan Sumber Daya Dikti --> Landing Page Dikti --> Menu: Layanan Publik --> Sub Menu: Pembelajaran dan Kemahasiswaan --> Landing Page PDDIKTI --> Menu: Statistik --> Sub Menu: Perguruan Tinggi, barulah sampai di halaman Dafar Perguruan Tinggi (Data perguruan tinggi ini bisa diakses dengan mendownload PDDikti Aplikasi Mobile)

Kalaupun di cari di mesin pencari google, daftar resmi perguruan tinggi keluaran PDDikti ini tidak bisa ditemui di halaman pertama pencarian.

Sedangkan untuk mencari informasi pendidikan menengah ke bawah, pengunjung portal harus mencari di halaman utama pada informasi publik, kemudian pilih Sub Menu Data Pendidikan dan Kebudayaan, barulah sampai pada informasi mengenai statistik pendidikan menengah kebawah.  

             Namun unik, dengan begitu kompleks dan rumitnya navigasi di portal resmi tersebut, ketika mencoba mencari Sistem serta Alur Pendidikan Indonesia dengan harapan akan terpampang bagan tahapan terstruktur tentang alur serta jenjang pendidikan secara menyeluruh-lengkap dengan keterangan singkat yang menggambarkan proses pendidikan Indonesia, mulai dari usia dini sampai dengan jenjang pendidikan tinggi, saya tidak menemukannya.

Informasi tersebut justru bertebaran di mesin pencari, dengan interpretasi masing-masing pembuatnya berdasarkan undang-undang, regulasi serta peraturan pemerintah, pengalaman pribadi juga fakta pelaksanaan di lapangan serta perubahan kebijakan dan program pendidikan Indonesia yang konstan terjadi.

Peta Pendidikan Indonesia (Sumber: http://gpseducation.oecd.org/)
Peta Pendidikan Indonesia (Sumber: http://gpseducation.oecd.org/)

Kemudian, berselancar kembali menelusuri portal kementerian pendidikan negara-negara Asean. Di antara kesepuluh negara Asean, hanya Indonesia dan Laos yang menggunakan bahasa dan aksara resmi negara, sementara Myanmar dan Kamboja memiliki opsi pilihan bahasa, walaupun secara parsial aksara resmi negara masih tertera di beberapa menu, sementara 6 negara lain telah menggunakan bahasa pengantar internasional dengan informasi yang esensial, lugas dan informatif.

Sejatinya, portal resmi kementerian memberikan gambaran dan informasi pendidikan di suatu negara, yang memandu dan memudahkan siapa pun, baik warga negara maupun dunia internasional yang mengaksesnya agar bisa mendapat gambaran jelas tentang sistem pendidikan suatu negara untuk berbagai kepentingan.

Walaupun portal Kemendikbud tidak serta merta merepresentasikan wajah pendidikan Indonesia, paling tidak gambaran besarnya bisa terlihat disitu.

Selayang Pandang Sistem Pendidikan di Malaysia

Hati tertarik “mengintip” sistem pendidikan Malaysia, selain karena negara tetangga dan anggota Asean, tahapan kemajuan dan perbaikan institusi pendidikan Malaysia di tingkat Asia dan dunia sangat signifikan.  

Sebagai orang awam, “melihat-lihat” 2 Blueprint Pendidikan Malaysia terasa mengasyikkan, setiap lembar halamannya informatif, tidak sukar dipahami (self-explanatory), RUNUT - Jelas tergambar rangkaian alur yang bermuara pada VISI BESAR kemajuan bangsa di kancah global. FOKUS, dengan target antara dan target akhir yang terukur, transparan dan akuntabel. Terpampang nyata secara harfiah Peta Jalan Pendidikan Malaysia mulai dari garis start sampai finish di tahun 2025 sebelum memulai kembali estafet blueprint berikutnya.

Penyajian blueprint pun sangat menarik dan interaktif, dengan tata letak profesional, komposisi warna yang dinamis serta desain grafis yang matang terencana, membuat siapa saja yang membacanya tidak akan cepat jenuh.

Malaysia mempunyai 2 Blueprint pendidikan (Malaysia Education Blueprint/MEB):

  1. Blueprint Pendidikan Malaysia 2013-2025 (untuk Pendidikan Pra Sekolah–Pendidikan Paska Menengah)
  2. Blueprint Pendidikan Malaysia 2015-2025 (untuk Pendidikan Tinggi)

Yaa, Malaysia membuat 2 Cetak Biru pendidikan yang saling berkaitan dan berkeseinambungan, karena memahami betapa krusialnya pendidikan dalam menyediakan fundamen untuk pembangunan bangsa dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan selaras dengan pencapaian tujuan negara yang hendak bertransformasi dari negara berkembang menjadi negara maju.

            Kementerian juga mengetahui, untuk menuju kesana, sistem pendidikan harus berubah secara masif dan sistematik jika negara berkemauan kuat untuk mencetak individu-individu yang berkembang dan terdepan dalam menghadapi kompetensi global sehingga akhirnya Malaysia mampu menyediakan pendidikan kelas dunia terbaik bagi rakyatnya.

                                                                   ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pembuatan blueprint pun menjadi agenda terpenting negara, digarap serius-profesional dan transparan serta melibatkan seluruh perwakilan komponen bangsa. Kerangka waktunya jelas, teknis perumusan dan metodologi pembuatan pun terperinci dan taktis. Mulai dari tahap awal penyusunan untuk menghasilkan rumusan sampai dengan review pendahuluan draf blueprint sudah terencana dan terjadwal.

Komponen bangsa yang dilibatkan sebagai sumber dalam perumusan blueprint pun sangat masif dan sungguh luar biasa. Melibatkan antara lain, pimpinan-pimpinan sekolah dan guru-guru, murid-murid, orangtua murid, ribuan artikel dan blog post. Pengkoleksian data dilakukan melalui interview, seminar dan diskusi independen yang terorganisir, fokus grup, workshop serta penelitian yang melibatkan universitas-universitas di Malaysia, dialog nasional, survey-survey, dan lain sebaginya, termasuk juga review dari lembaga-lembaga internasional.  

                Kemudian terbukti, sejak tahun pertama diluncurkannya kedua blueprint tersebut, sampai dengan tahun 2020 lalu, grafik posisi pendidikan Malaysia mulai dari pendidikan pra sekolah sampai dengan pendidikan tingginya naik signifikan, berdasarkan PISA dan TIMSS sebagai salah satu benchmark eksternal bagi output sistem pendidikan menengah mereka ditambah dengan prestasi siswa di tingkat internasional.  

Sedangkan untuk pendidikan tinggi, di tahun 2020, lima universitas di Malaysia termasuk kedalam peringkat Top 1000 ARWU, padahal 3 tahun sebelumnya hanya dua universitas Malaysia yang masuk peringkat ini. Sebagai informasi tambahan, empat universitas di Thailand dan satu universitas di Vietnam juga masuk kedalam peringkat ARWU. Sementara Indonesia, sayangnya masih diluar top 1000 dunia, sehingga nama Indonesia tidak ada di dalam daftar ARWU.

Proforma pendidikan tinggi ditingkat dunia secara garis besar diukur menggunakan 3 tolok ukur:

  1. QS World University Rankings
  2. The Times Higher Education World University Rankings 
  3. The Shanghai Academic Ranking of World Universities (ARWU) 

Ketiga standar tersebut biasa digunakan banyak negara sebagai referensi yang mampu memberikan perspektif luas terhadap spektrum standar pendidikan tinggi global.

Salah satu faktor kesuksesan sistem pendidikan Malaysia adalah asesmen untuk mengetahui fakta sebenarnya dari proforma pendidikan mereka, dilaksanakan dengan profesional, jujur, cermat, teliti dan komprehensif begitupun dengan penentuan target dan output yang ingin dicapai, serta adanya riset khusus yang dilakukan universitas-universitas di Malaysia terhadap kualitas dari delapan area utama yang berpengaruh langsung terhadap sistem pendidikan.

Proforma Pendidikan Indonesia saat ini 

Lalu, bagaimana fakta sebenarnya proforma pendidikan Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain?  Sudahkah draf peta jalan pendidikan Indonesia yang ada, mampu memposisikan fakta dan kenyataan yang jujur, detail, akurat dan sebenarnya? Mampukah mendesain rencana besar sistem pendidikan terbaik dan bukan sekedar memetakan kelok jalan yang ada?

Kita tidak akan bisa mengambil kebijakan dan langkah strategis yang tepat dengan tingkat keberhasilan tinggi jika tidak mengetahui situasi dan kondisi real saat ini.

           Lebih tiga perempat abad lamanya, Indonesia tidak mempunyai Cetak Biru Pendidikan. Kemendibud membuat Rencana Strategis per lima tahun, yang selama ini selalu berubah visi tergantung dari menteri pendidikan terpilih di setiap periode. Tidak pernah mengetahui bangunan apa yang sesungguhnya sedang dibangun.

Visi Pendidikan Indonesia berdasarkan Renstra Kemendikbud per lima tahunan (Sumber: www.kemdikbud.go.id)
Visi Pendidikan Indonesia berdasarkan Renstra Kemendikbud per lima tahunan (Sumber: www.kemdikbud.go.id)

Tiga perempat abad bukan waktu yang singkat. Terlalu banyak permasalahan yang menggunung, target ideal yang terasa semakin jauh, belum lagi organisasi dan birokrasi yang terlanjur membengkak. Bayangkan, sistem pendidikan negara “berjalan” tanpa punya cetak biru, entah bangunan apa yang sedang dibentuk. Bangunan megah dan kokoh bertingkat-tingkat, bangunan standar satu tingkat atau sekedar tembok dan atap sederhana untuk berlindung dari cuaca?

Entahlah, selama lebih dari 75 tahun pondasi yang dibangun, batu bata yang disusun belum mampu menjulang tinggi, karena bongkar pasang batu bata lebih sering dilakukan daripada memfokuskan sumber daya untuk terus membangun.

Lagipula, tanpa cetak biru di tangan (sepertinya) Indonesia baik-baik saja, mungkin ada yang punya pemikiran seperti itu.

Catatan:

Setiap tahunnya ARWU menilai 1800 universitas di seluruh dunia, namun hanya 1000 universitas terbaik berdasarkan  pemeringkatan mereka yang dipublikasikan. 6 Indikator utama yang menjadi penilaian adalah:  

  1. Total jumlah alumni yang mendapatkan penghargaan nobel di bidang fisika, kimia, ekonomi dan kedokteran serta memperoleh Field Medal di bidang matematika. 
  2. Total jumlah staff yang mendapatkan penghargaan nobel (Nobel Prize) di bidang fisika, kimia, ekonomi dan kedokteran serta meraih Field Medal di bidang matematika.
  3. Jumlah peneliti yang mendapatkan nilai sitasi tinggi, atau dengan kata lain penelitiannya banyak dikutip oleh peneliti lain (highly cited researchers) berdasarkan seleksi dari Clarivate Analytics.
  4. Prosentase artikel yang dipublikasikan dalam jurnal internasional dari berbagai bidang ilmu.
  5. Jumlah artikel yang diindeks oleh Science Citation Index-Expanded dan Social Sciences Citation.
  6. Jumlah total anggaran biaya penelitian dari sebuah universitas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun