Di sana kau hidup, dalam angan yang tak menemui batasan.
Satu ruang yang kau bangun dari waktu ke waktu.
Berhiaskan mutiara dari mimpi yang kita rajut.
Sepi ketika malam telah tertidur, kembali kubisikkan harapku untuk menemuimu.
Benarkah pertemuan untuk menjadi satu insan akan menjadi nyata.
Atau hanya janji yang kau bisikkan tanpa jeda.
Setiap detik, hembus nafasku tersimpan namamu.Â
Setiap denyut nadi mengharap temu.
Kau di mana, ketika kutanyakan kapan.
Dari awal hingga hitungan hari tak lagi terbaca oleh jari-jariku.
Dari sanalah, hati menuntunku untuk menunggu?
Kau tahu, ada berapa hari kah dalam satu tahun itu?
Kau tahu, sudah berapa ribuan menit kah yang terlewati hanya untukku menunggu bersemuka denganmu.
Apa kau tahu, seberapa sering hati tergoda untuk melepaskan?
Hari ini kau katakan akan menunaikan janji.
Esok kau katakan, janji tak akan kutunaikan, aku tergadai pada pekerjaan.
Benarkah? Haruskah kusepakati meski hati meramu kecewa?
Kau memelas dan membeberkan alasanmu...
Logis kah?
Dan kau memintaku untuk baik-baik saja.
Kau tahu, ini hati bukan kotak nasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H