Aku tidak bisa memaksakan, dan tidak bisa pula melawan.
Aku terikat, Mey! Aku terikat pada sebuah bakti sebagai seorang anak.Â
Tenanglah, Mey! Tenangkan hatimu...mintalah dia untuk melupakan aku.
Maaf beribu maaf, hanya itu yang bisa kuucapkan terakhir kalinya.
Salam.
Pras.
Kau curang, Pras. Aku kembali menahan isak. Ini bukan genderang perang seperti yang kuharapkan. Ini penyerahan diri tanpa perlawanan. Ini tidak adil, Pras! jeritku.
[to be continue]
*Cilacap, 23 Nov 2018*
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI