Indonesia mendapatkan istilah sebagai negara dengan seribu candi ketika UNESCO menetapkan Candi Borobudur menjadi situs warisan dunia pada tanggal 13 Desember 1991. Candi yang terletak di Magelang, Jawa Timur ini memiliki luas mencapai 2.500 m2. Candi Borobudur merupakan sebuah bangunan keagaman yang di bangun oleh umat Buddha Mahayana pada masa pemerintahan wangsa Syailendra sekitar abad 8-9 masehi.
Berbeda dengan candi-candi lainnya di pulau Jawa, Candi Borubudur berada di sebuah bukit yang dikelilingi oleh beberapa pegunungan, dan sungai. Bukit tersebut memiliki ketingian 265 m di atas permukaan laut, dan 15 m di atas danau purba (Murwanto.H; Gunnell.Y; Suharsono.S; S.Sutikno; Lavigne.F, 2004). Keberadaan danau purba dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 oleh ahli geologi yang menemukan endapan sedimen lumpur di sekitar candi.
Mahakarya umat Buddha terbesar di dunia ini menerapkan konsep dengan memadukan antara estetika seni rupa dengan arsitektur. Konsep ini berupa stupa dan mandala yang berasal dari India dengan struktur berundak atau piramida yang berasal dari Indonesia. Konsep ini di pakai sebagai bentuk kepercayaan dalam ajaran umat Buddha untuk menghormati para leluhur sehingga mencapai nirwarna.
Bedasarkan ajaran Wajrayana-Mahayana, mandala merupakan sebuah pola tersusun yang ada pada denah lantai berbentuk bujur sangkar dan lingkaran. Pola tersebut dalam ajaran Buddha memiliki makna alam semesta. Makna ini terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu Kamadhatu menggambarkan perilaku dan hawa nafsu seseorang akan duniawi, Rupadhatu menggambarkan seseorang yang sudah meninggalkan keinginan duniawi, dan Arupadhatu menggambarkan tuhan atau para dewa.
Kamadhtu terletak dibagian bawah Candi Borobudur yang berfungsi untuk mengkuatkan struktur konstruksi. Rupadhatu merupakan empat denah berbentuk persegi dengan lorong yang dihiasi relief sebanyak 1.300 dan ukiran panel dekoratif sebanyak 1.212, serta 432 arca Buddha pada setiap dindingnya. Arupadhatu merupakan denah lantai lima hingga tujuh yang berbentuk lingkaran dan tidak dihiasi relief.
Candi Borobudur memiliki sembilan denah, yang mana enam denah terbawah berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 123 m dan tiga denah berbentuk lingkaran. Dinding-dinding pada candi dihiasi oleh 2.672 panel relief dan terdapat 504 archa Buddha. Archa Buddha terletak di dalam 72 stupa berlubang yang membukit sampai tiga baris dan stupa utama berada di tengah yang seakan-akan memahkotai candi.
Pintu utama candi terletak disisi timur dengan terdapat ukiran kala di tengah gapura dan ukiran makala di kedua sisi. Sistem sirkulasinya menggunakan sebuah tangga yang terletak di tengah-tengah ke empat mata angin dengan gapura berukiran arca berbentuk singa sebanyak 32. Sistem sirkulasi ini dapat menghubungkan candi secara langsung dengan lingkungan sekitar.
Sistem struktur candi menggunakan sistem struktur interlock (saling kunci). Sistem ini seperti sebuah permainan balok lego yang dapat menyatu tanpa menggunakan perekat. Strukturnya menggunakan material batu andesit sekitar 55.000 m3 yang dipotong dan dipahat menjadi ukuran tertentu (Soekomono, 1976). Kemudian batu tersebut di tata dan di satukan dengan sedikit tonjolan dan space sehingga berbentuk seperti ekor merpati yang dapat mengunci dua balok batu.
Selain itu, pada tahun 1885 telah ditemukan struktur tersembunyi pada bagian kaki candi. Struktur tersembunyi mempunyai relief dengan ukiran aksara sebanyak 160 yang terinspirasi dari sebuah kisah tentang Karmawibhangga. Berdasarkan buku tentang arsitektur dan tata kota, Wastu Sastra, penambahan struktur tersembunyi ini terjadi akibat kesalahan dalam perancangan. Sistem drainase candi menggunakan pancuran berbentuk kepala raksasa kala atau makara pada setiap sudut agar memudahkan sirkulasi air hujan.
Teknik perancangan Candi Borobudur memiliki sedikit perbedaan dengan candi-candi pada umumnya yaitu tidak terdapat ruang untuk pemujaan. Lorong bertingkat terbentuk dari dinding-dinding yang telah di ukir, diperkirakan menjadi upacara bagi umat Buddha. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk penghormataan kepada tuhan dengan cara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Perancangan Candi Borobudur menggunakan satuan ukuran tala, yang memiliki sifat relatif karena setiap individu mempunyai perbedaann. Satuan tala mempunyai makna sebagai kosmologi, astronomi, dan penanggalan. Teknik pengukuran satuan ini terdapat dua acara, yaitu panjang wajah antara alis sampai dagu dan tangan seseorang antara ibu jari atau jempol sampai jari kelingking ketika tangan di buka (Atmadi, 1998). Sehingga para arsitek menggunakan rasio 4:6:9 untuk menentukan dimensi dari sebuah fractal geometri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H