Mohon tunggu...
Dillah Aprillia Rahmayanti
Dillah Aprillia Rahmayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Life is Journey to Learn n Give

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Self Reminder: Nyenengin Orang Lain Enggak Perlu Sampe Nyusahin Diri Sendiri

7 April 2021   13:55 Diperbarui: 7 April 2021   14:25 2357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sadar nggak sadar, bisa jadi selama ini kamu terlalu fokus nyenengin orang lain sampai lupa nyenengin diri sendiri. Bahkan sampai kamu nggak sadar kalau itu terkadang menyusahkan dirimu sendiri. Padahal seharusnya kebahagiaan diri sendirilah yang lebih utama. Membuat orang lain bahagia itu tidak ada salahnya, tapi jangan sampai melupakan kebahagiaan untuk diri sendiri. 

Selain itu, sebagai seorang muslim kita juga dianjurkan untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain, karena hal tersebut dapat memberikan manfaat yang baik. Dalam islam, kebahagiaan menjadi elemen penting yang patut diraih dan dipertahankan oleh setiap insan. Tak hanya semata kebahagiaan dunia, melainkan juga kebahagiaan untuk kehidupan selanjutnya yang abadi (akhirat).

Terkadang kamu sendiri selalu ingin membuat orang lain senang dengan berbagai macam cara dan segala pengorbanan yang dilakukan. Entah itu buat teman atau bahkan pacar dan untuk urusan-urusan yang lain, janganlah sampai itu menyusahkan dirimu sendiri. Kamu harus tahu dan ingat bahwa itu semua ada batasannya masing-masing. Pengorbanan memang bagus, itu berarti kamu punya sesuatu yang bisa diberikan kepada orang lain, terlebih orang itu yang kamu anggap istimewa.

Semua itu bisa hadir dari mana saja, mulai dari dunia studi dan pekerjaan, kemudian keluarga, hingga urusan cinta yang kita tidak akan terlepas darinya. Terlalu fokus mewujudkan keinginan orang lain sampai susah buat nolak, terus giliran mau ngurusin diri sendiri udah capek karena semuanya terlalu didedikasikan untuk orang lain. Terlihat berkorban di depan orang lain sampai nggak ada waktu buat diri sendiri, untuk apa? Segala hal dilakukan demi orang lain merasa dihargai, tapi terkadang hal tersebut malah menyusahkan diri sendiri.

Belum lagi ketika sampai pada, semua pengorbanan sudah kamu lakukan, tapi malah nggak dihargai, gimana tuh? Udahlah, itu kamu rugi waktu, rugi pikiran, rugi emosi bahkan tenaga, yang ada jadi susah sendiri kan? Memang nggak ada salahnya kamu mau berkorban buat orang lain, tapi yang jadi masalah kamu sering dibutakan oleh definisi pengorbanan. Membuat bahagia orang lain memang baik, tapi ketika kamu mengorbankan semua kepentinganmu untuk orang lain itu adalah kesalahan.

Pernah merasa kecewa? Rasa kecewa itu bisa hadir karena kamu terlalu sibuk memperhatikan perasaan orang lain. Kamu sibuk memikirkan kebahagiaannya dengan mengorbankan perasaan dan keinginanmu sendiri. Ketika semua pengorbanan yang sudah kamu lakukan, namun kenyataan yang kamu dapatkan tidak sesuai dengan pengorbananmu, disitulah kekecewaan muncul. Sejatinya perlu diingat, terlalu berharap lebih pada manusia itu juga membuat tingkat kekecewaanmu semakin tinggi.

Seperti kata-kata Ali bin Abi Thalib, "Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia"

Lagi-lagi kebahagiaan dirimu sendiri menjadi yang utama. Bahagaiakan dirimu sendiri, sebelum orang lain. Pastikan apa yang akan kamu lakukan untuk membuat orang lain bahagia itu nantinya tidak menyakiti dirimu sendiri. Jangan membohongi dirimu sendiri jika tidak ingin kecewa.

Sebelumnya juga kamu harus mengetahui dulu, apa alasanmu membahagiakan orang lain. Pastikan juga kamu mengetahui tujuan dari hal tersebut. Ini nantinya dapat membantu menyinkronkan langkah selanjutnya yang akan kamu tempuh. Jika langkah yang kamu yakini sudah tepat, dalam menjalaninya nanti akan merasa lebih ikhlas dan tidak mengharap untuk mendapat imbalan. Apabila hasilnya tidak sesuai, maka kamu juga sudah dapat mengontrol kekecewaanmu dan tidak lagi menyalahkan keadaan.

Tidak perlu memaksakan diri, bahwa setiap keputusan yang kamu ambil harus membahagiakan orang lain. Hei, kebahagiaan orang lain itu bukan tanggungjawabmu, karena itu merupakan kewajiban masing-masing individu. Mereka juga seharusnya paham bagaimana cara untuk membahagiakan dirinya tanpa harus menyusahkan orang lain.

Jadilah yang terbaik untuk dirimu sendiri, karena tidak semua orang bisa selalu ada untukmu, menyempatkan waktunya untukmu, apalagi hanya untuk sekedar membuatmu tersenyum. Itu semua hanya kamu yang bisa, maka mulailah untuk dirimu sendiri. Hanya kamu yang selalu ada waktu untuk menemani, menyemangati, membuat dirimu tersenyum, bahkan menyelamatkan dirimu sendiri.

Namun harus diingat bahwa, tetaplah menjadi orang baik, meskipun kau tak diperlakukan baik oleh orang lain. Bagaimanapun kebaikan yang sudah kamu lakukan itu, mungkin secara kasat mata tidak ada harganya dan sia-sia di mata orang lain, tetapi tetap bernilai pahala yang baik dan sempurna di mata Allah SWT.

Sebenarnya sesuatu yang sepele bagimu, bisa jadi itu berarti segalanya bagi orang lain. Maka dari itu seharusnya setiap orang bisa mulai saling menghargai perbedaan sudut pandang. Jangan sampai kamu termasuk orang yang terlalu memaksa kehendak sampai lupa cara menghargai. Cobalah sesekali melihat cara pandang orang lain, juga jangan sampai meninggikan ego dengan merendahkan orang lain.

Bisa jadi juga, apa yang tidak kita sukai dalam hidup kita, itu merupakan impian banyak orang diluar sana. Belajarlah menikmati, menjalani, menghargai, dan mensyukuri apa yang kamu miliki dan yang terjadi padamu. Memang terkadang melihat kebawah itu penting, tujuannya sebagai pengingat diri. Jangan pernah merasa diri kita lebih baik dari orang lain. Karena kita tidak pernah tahu amal ibadah mana yang bakal diterima oleh Allah SWT, karena Allah hanya memandang tepat pada hati hambanya.

Berusahalah menjadi baik untuk Allah SWT, karena kalau kamu mengikuti standar manusia, sebaik apapun dirimu mereka akan selalu menemukan celah untuk mencela. Terakhir, untuk diri sendiri, jangan membenci siapapun, tak peduli seberapa banyak kesalahan yang mereka lakukan terhadapmu. 

Berpikirlah positif, tanpa peduli seberapa keras kehidupan yang kamu jalani. Maafkanlah orang yang berbuat salah padamu, dan jangan berhenti mendoakan yang terbaik untuk orang yang kamu sayangi. Di samping itu, kita bisa senantiasa memperbaiki diri sendiri serta orang lain dengan kelembutan dan kasih sayang. Berproses bersama dalam kebaikan dan ketaatan bukankah sesuatu yang jauh lebih indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun