Sungai Brantas adalah Pusat Peradaban Kediri
Sungai Brantas merupakan sungai terbesar di Jawa yang menjadi pusat peradaban masyarakat. Di masa kerajaan Kediri, Majapahit, sampai pendudukan Hindia-Belanda.
Sungai Brantas disulap menjadi jalan raya yang penuh sesak dengan kapal-kapal sungai yang berlayar. Â Berbagai kapal tersebut mengangkut hasil bumi maupun komoditi lain yang dibutuhkan masyarakat.
Peradaban Kediri yang sangat maju di masa lampau dapat diketahui dari macam-macam prasasti yang ditemukan di kawasan Jawa.
Ada tiga prasasti yang ditemukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, yakni mencakup Prasasti Pinggir Sari (Ngantru-Tulungagung), Prasasti Hantang (Ngunut-Tulungagung), dan Prasasti Ceker (Ploso, Kediri).
Zaman kerajaan dahulu, pemanfaatan sungai Brantas sangat maksimal untuk menunjang kehidupan masyarakat di sekitarnya.
"Pengertian maritim di masa lampau tidak hanya laut, tapi juga maritim sungai. Tempat terjauh yang dapat dilalui oleh kapal sungai juga berusaha dikuasai oleh raja-raja Kediri (ekspansi)." ujar Dwi.
Transformasi Kemiliteran
Peradaban di Kediri tidak hanya maju dari segi maritim dan ekonomi, tetapi juga dari segi kemiliteran. Hal ini dapat diketahui dari penciptaan jabatan, pangkat, atau bagian yang lebih spesifik dari berbagai unit kesatuan.
Jadi, militer di masa kerajaan Kediri tidak hanya terbatas pada satuan besar, tetapi juga ada spesialisasi tugas. Contohnya yakni pengelompokan prajurit berdasarkan senjata, yakni seperti pemanah, ahli tombak panjang, ahli kapak. Selain itu, ada pula spesialisasi kemiliteran berdasarkan kendaraannya, seperti ahli penunggang gajah, penunggang kuda, dan lain sebagainya.
KESUSASTERAAN DI KEDIRI BERKEMBANG PESAT