Akhir-akhir ini, jagat maya dihebohkan dengan cuitan akun Netflix Indonesia dan WeTV yang saling "mencolek" satu sama lain. Hal ini diawali karena seorang followers Netflix yang bertanya, apakah episode Layangan Putus yang ke sekian sudah tayang. Padahal, Layangan Putus adalah series yang tayang hanya di WeTV.
Merespon cuitan tersebut, Netflix Indonesia membalasnya dengan santai dan menginformasikan bahwa Layangan Putus bisa ditonton di WeTV.
WeTV pun ikut menyambut cuitan tersebut dengan ramah dan menyebut salah satu series di Netflix yang alurnya sangat mirip dengan Layangan Putus, dengan tokoh pelakor yang tidak kalah menggemaskan dari Lidya yang bernama Emily.
Tanpa disadari, postingan kedua akun ini mengundang banyak perhatian pengguna Twitter. Mengingat, Netflix dan WeTV adalah dua brand yang bergerak di market yang sama.
Dalam benak publik, kedua brand ini seakan memiliki relationship yang baik dan tidak bersikap layaknya rival. Hal ini tentu menimbulkan decak kagum bagi pengguna media sosial yang membaca cuitan kolaboratif dari brand yang kompetitif tersebut.
Harus diakui bahwa Netflix dan We TV merupakan layanan streaming video paling populer di Indonesia hingga saat ini. Keduanya sama-sama memiliki branding yang kuat dengan kumpulan film dan series berkualitas.
Netflix dan We TV yang beberapa waktu lalu saling colek mencolek di Twitter secara tidak langsung telah menerapkan collaborative story.
Apa Itu Collaborative Story?
Di zaman yang serba digital ini, berkolaborasi adalah salah satu cara meningkatkan branding yang sangat efektif untuk dilakukan. Collaborative story merupakan sebuah cerita yang dibangun antar dua atau lebih brand yang dapat menimbulkan dampak pada masing-masing brand.
Pada dasarnya, collaborative story dapat menjadi alternatif simbolis mutualisme untuk kedua brand yang bekerja sama. Keduanya bisa saling mempromosikan diri pada masing-masing followers. Seperti halnya WeTV yang mempromosikan diri kepada pengikut Netflix, begitu juga sebaliknya.
Dampaknya, maka kedua brand ini akan meningkatkan masing-masing engagement-nya. Engagement memiliki sifat yang sangat penting dalam dunia digital marketing.
Collaborative Story untuk Meningkatkan Engagement
Engagement dapat dijadikan sebagai indikator dalam meningkatkan jangkauan maupun relevansi perusahaan di dalam dunia digital. Engagement ini sangat berguna dalam memfasilitasi hubungan antar konsumen dan perusahaan, sehingga interaksi antarkeduanya dapat lebih terjaga.
Dalam kasus cuitan Netflix dan WeTV, kita dapat mengetahui bahwa kedua brand ini menjalin interaksi yang intens dengan followersnya. Setiap postingan yang dibuat di masing-masing akun media sosialnya adalah bentuk konten yang menarik dan kolaboratif.
Sehingga, tidak heran jika postingan dari Netflix maupun WeTV selalu mendapatkan komentar dari para followers.
Membangun konten yang interaktif merupakan tips yang dapat aplikasikan untuk meningkatkan engagement media sosial.
Lalu, apa itu konten interaktif?
Konten interaktif adalah suatu konten yang tidak hanya berfokus pada konten promosi produk saja, tetapi juga konten yang dapat membuat followers turut berpartisipasi dalam konten tersebut.
Seiring dengan berjalannya waktu, para konsumen tidak hanya puas dengan konten yang sifatnya hanya informatif saja. Menurut laman resmi Buffer, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk membuat konsumen tertarik adalah dengan membuat konten yang interaktif, yang memungkinkan followers dapat ikut terlibat dalam proses tersebut.
Collaborative story yang interaktif dapat dianalogikan layaknya orang berkelahi di dunia nyata. Dampak yang ditimbulkan juga tidak jauh berbeda dengan dampak orang yang berkelahi. Beberapa dampak tersebut yaitu sebagai berikut:
- Orang yang berkelahi pasti akan menarik perhatian orang-orang yang ada di sekitarnya.
- Orang-orang yang sebelumnya tidak mengenal mereka menjadi kenal.
- Orang-orang yang semula tidak peduli atau cuek menjadi penasaran dan ingin tahu tentang apa yang terjadi.
Sekarang, Anda dapat mengetahui bahwa strategi digital marketing di masa kini tidak harus selalu berapi-api untuk mengakui diri sebagai brand nomor 1.
Justru, dengan bekerja sama dengan kompetitor, hal itu dapat membuat branding produk Anda semakin meningkat. Hasilnya? Tentu saja profit Anda bisa lebih meningkat dari biasanya. (DLA)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI