Mohon tunggu...
Dilla Hardina
Dilla Hardina Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Kelilingilah dirimu dengan orang-orang yang pantas mendapatkan keajaibanmu🌻

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoroti Peran Mahasiswa Sebagai Agent of Social Control

10 Oktober 2020   20:41 Diperbarui: 10 Oktober 2020   22:24 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mbak Nabila memang sosok aktivis sejati. Aku merasa bahwa masa mudanya begitu indah karena digunakan untuk menjadi penegak keadilan melalui jalan ninjanya. Mungkin, beberapa orang akan berpendapat bahwa menjadi orang yang berguna tidak harus turun ke jalan dan membuat keributan. Beberapa orang juga pasti akan nyinyir bahwa orang yang suka demo adalah orang-orang yang suka mencari perhatian dan hanya pansos.

Namun, sudah mau turun ke jalan saja bagiku itu merupakan suatu hal yang mengagumkan. Karena tidak semua orang mempunyai keberanian untuk mengikutsertakan diri dalam lingkar demonstrasi. Pastinya, para aktivis mahasiswa paham bahwa ada banyak rintangan yang bisa saja menghadangnya selama melakukan aksi mulai dari kemungkinan adanya penyusup, disalahkan akibat rusaknya fasilitas umum, baku hantam dengan polisi dan lain sebagainya. Namun, segala ancaman itu sama sekali tidak menyurutkan niat para aktivis untuk melantangkan suaranya.

Kupikir, begitulah seharusnya mahasiswa memainkan perannya. Mahasiswa memiliki peran yang strategis dalam mengontrol serta menyoroti kinerja pemerintah. Sebab, mahasiswa tidak mempunyai keterikatan terhadap profesi tertentu. Sehingga, mereka bebas menyuarakan pendapat dan keadilan tanpa harus takut dikekang atau dimonopoli pihak manapun.

Contohnya saja seperti jurnalis yang bekerja di stasiun televisi. Aku menyoroti bahwa ada program berita di televisi yang mencondongkan diri pada suatu kubu tertentu hingga memberikan suguhan informasi yang tidak seimbang alias berat sebelah. Aku sudah tidak heran lagi ketika menonton berita di salah satu stasiun televisi yang memberitakan hanya melalui satu sudut pandang saja, seakan berita di tv tersebut lebih berpihak pada satu golongan.

Aku sudah tidak heran dengan fenomena tersebut karena aku mengetahui bahwa media juga sudah dikuasai oleh politik (pemerintah). Banyak orang besar dari kalangan media yang menjadi pemuka di pemerintahan, sehingga seakan-akan tayangan yang disuguhkan di tv pun juga tidak bisa leluasa dalam memberikan informasi. Singkatnya, mereka hanya menampilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka saja.

Hal ini sangat disayangkan karena seharusnya media tidak berpihak kepada golongan manapun. Seharusnya media bisa netral dalam menyajikan informasi yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Kemarin-kemarin waktu isu demo masih memanas, media-media di tv lebih menyoroti hal-hal negatif dari adanya demonstrasi.

Narasi-narasi yang dibangun oleh media lebih menempatkan diri di kubu pemerintah. Rata-rata jika mengadakan sesi wawancara terkait klarifikasi tentang demonstrasi, yang dimintai pendapat atau opini pastilah dari golongan petinggi-petinggi negara. Tidak ada jurnalis tv yang melakukan wawancara dan peliputan pada pendemo secara personal.

Paling tidak, orator yang ikut aksi unjuk rasa juga perlu mengutarakan gagasannya lewat media tv. Sayangnya, media lebih menyoroti hal-hal negatif terkait kejadian demo tersebut.

Intinya, mahasiswa adalah golongan yang selalu memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan rakyat, utamanya untuk rakyat menengah ke bawah. Salut untuk mahasiswa yang ikut demo yang tujuannya murni untuk menentang kebijakan ruu cipta kerja yang berpotensi menyengsarakan rakyat. Hidup mahasiswa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun