"Aku juga tidak memberikan nasehat apapun pada adik tingkatku tersebut. Aku takut dikira menggurui, padahal ia tak terlalu menginginkan nasehat atau wejangan."
Hari ini aku mendapat beberapa pertanyaan dari adik tingkatku mengenai pekerjaanku sebagai penulis. Ia ingin tahu bagaimana cara kerjaku di bidang ini. Aku pun menceritakan sedikit pengalamanku.
Aku tidak berbicara panjang lebar, takut dikira pamer atau unjuk kebolehan. Aku berbicara dan menjawab pertanyaan tersebut hanya seperlunya saja. Bukan berarti aku cuek, hanya saja aku tidak ingin menjelaskan sesuatu yang tidak ditanyakan.
Aku takut kebablasan bercerita tentang pengalamanku---yang padahal ia tak ingin mengetahui bagian itu. aku mengatakan sesuatu yang sudah jelas ada pertanyaannya. jadi, aku tidak akan dikira pamer.
Baca juga : Nasehat Kehidupan Masa Kini
Aku juga tidak memberikan nasehat apapun pada adik tingkatku tersebut. Aku takut dikira menggurui, padahal ia tak terlalu menginginkan nasehat atau wejangan. Aku sangat tahu bagaimana rasanya memperoleh nasehat, padahal aku sama sekali tidak memintanya. Rasanya aku ingin bilang kepada orang itu, "hei, aku sedang tidak membutuhkan nasehatmu. Kenapa kau mengatakan hal itu padaku?"
Ada satu temanku yang sangat suka memberi orang lain nasehat. Mungkin maksudnya baik, bahwa dia ingin memberikan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. Seperti pada suatu ayat atau hadis yang menerangkan bahwa sekecil apapun ilmu yang kita miliki, kita harus membagikannya pada orang lain.
Ya, aku paham mengenai ayat atau hadis tersebut. Namun, memberi nasehat harus tahu aturannya. Jangan sembarangan memberi nasehat kalau tidak diminta. Itu malah terkesan menggurui, dan ada beberapa orang yang tidak suka digurui pun menggurui.
Jadi, memberi nasehat itu harus dilakukan di momen yang tepat kepada orang yang membutuhkan. Jika nasehat diberikan pada orang yang sedang tidak membutuhkannya, kamu akan dianggap sok tahu dan mengguruinya.
Baca juga : Perhatikan Nasehat Dari Dua Nara Sumber Penting