Dulu waktu SD sampai SMP, pelajaran faforitku adalah bahasa inggris. Kenapa? Karena dulu aku punya guru les yang khusus mengajariku pelajaran bahasa inggris. Ia membantuku untuk menghafal kosa kata berbagai jenis benda, tempat, bunga. Apapun. Entah kenapa aku bisa les di sana, yang jelas seingatku, waktu itu aku kelas 3.
Kala itu hari Minggu, ketika aku tadarus di masjid bersama teman-temanku, setelah beberapa jam Mbak Azrina, temanku pamit pulang untuk bersiap pergi les. Aku pun bilang padanya untuk ikut, dan dia memyetujuinya. Tapi, aku tidak langsung pergi ke tempat les. Aku pulang dulu untuk mengambil buku dan minta ijin ke orangtua, berharap mereka mengijinkanku untuk belajar bersama mbak azrina di tempat les itu.
Akhirnya orangtuaku mengijinkanku. Segeralah aku pergi ke tempat les. Di sana aku hanya belajar bahasa inggris, dan dibimbing oleh mbak leni. Waktu itu mbak leni masih kuliah. Disana aku banyak belajar tentang bahasa inggris, menyelami konsentrasi ilmu itu lebih dalam, hingga akhirnya aku jatuh hati pada pelajaran tersebut.
Sebab, dengan belajar bahasa inggris di tempatnya mbak leni, hal iu sangat membantuku memperoleh nilai yang sangat baik dibangku sekolah. Tak jarang nilaiku lebih unggul dari teman-temanku, karena aku mudah paham apa yang dijelaskan oleh guru. Belajar bahasa inggris di tempat mbak leni benar-benar menyenangkan, kami banyak menghafal kosakata, menghafal percakapan bahasa inggris, menghafal nyanyian bahasa inggris dan masih banyak lagi hal seru lain yang kami lakukan disana. Bahkan, menurutku biaya les disana cukup murah. Yakni 5000 rupiah per bulan.
Singkat cerita, kecintaanku terhadap bahasa inggris berlanjut pada jenjang SMP. Waktu itu aku juga sempat ikut ekskul story telling, dimana kita bercerita atau mendongeng menggunakan bahasa ingris. Ini sangat menyenangkan. Bukankah kita akan lebih bersemamgat jika melakukan sesuatu yang kita sukai?
Namun, ketika SMA, semua berubah. Aku tak lagi menempatkan pelajaran bhs inggris sebagai sesuatu yang istimewa. Waktu aku kelas 11, aku memilih konsentrasi ilmu sosial. Berangka dari sana, aku mendapat pelajaran muatan lokal, yang salah satunya adalah bahasa jerman. Aku sangat menyukai pelajaran ini.
Menurutku sangat menarik. Aku juga senang menghafal kosakatanya dan menghafal bagaimana susunan kalimat yang benar. Kecintaaanku terhadap bahasa jerman membantuku untuk mendapat nilai diatas 90 setiap kali ulangan. Kenapa? ya karena aku suka. Ketika kita mengerjakan atau mendalami sesuatu yang kita sukai, bukankah iu memberikan banyak energi untuk kita sehingga membuat kita lebih produktif?
Faktor lain yang membuatku senang pelajaran bahasa jerman adalah gurunya, Pak Haris. Dibalik tubuh kurusnya, Pak Haris banyak menyimpan motivasi dalam dirinya yang sering dibagikan dalam setiap mengajar di kelas. Beliau sering memberi petuah, nasehat bahkan ceramah untuk kami, murid-muridnya.
Bahkan aku merasa Pak Haris juga cocok jika menjadi guru agama karena beliau sering menyisipkan dalil-dalil dalam setiap nasehatnya. Juga, beliau sering mengajak kami untuk ikut pengajian bersamanya.
Selain guru bahasa jerman, beliau juga seorang pelatih sepak bola. Beliau sangat energik dan penuh semangat. Tak pernah terlihat lesu. Selain itu, beliau juga punya aktifitas lain selain kedua profesi tersebut. Aku kurang tau apa aktifitas detailnya, yang jelas dalam pekerjaan itu beliau menggunakan bahasa jerman sebagai amunisinya. Sungguh, Pak Haris adalah sosok guru yang sebaik-baiknya pantas untuk digugu dan ditiru.
Aku masih suka pelajaran bahasa inggris, tapi tak sesuka ketika aku belajar bahasa jerman. Perjalanan mengarungi bahtera kebahasaan berlanjut, hingga aku kuliah. Di bangku kuliah memang tidak diajarkan bahasa secara khusus, tapi aku belajar secaa mandiri. Aku belajar bahasa jepang dari menonton anime dan film jepang. Hal ini sangat membantu dalam menguasai kosakata jepang, karena aku menjadi tidak asing dengan percakapan yang sering digunakan dalam bahasa jepang.