Stephen King pernah berkata bahwa menulis adalah mencipta, dalam suatu penciptaan seseorang mengarahkan tidak hanya semua pengetahuan, daya dan kemampuannya saja, tetapi ia sertakan seluruh jiwa dan napas hidupnya. Ini berarti, di dalam proses menulis tidak dianjurkan untuk melakukannya dengan setengah-setengah.Â
Sebab, seperti yang dikatakan Stephen, bahwa dalam proses penciptaan sebuah karya, diperlukan seluruh kemampuan yang kita miliki. Entah itu ide, wawasan, kreatifitas, kemampuan riset, kemampuan menulis, semuanya terangkum menjadi satu hingga dapat menghasilkan karya yang patut untuk dibaca.
Hambatan menulis lainnya yang sering aku alami adalah tidak bisa memberikan seutuhnya "rasa" pada tulisanku ketika sedang terikat oleh sebuah aturan atau kewajiban.Â
Misal, pada waktu satu bulan ini aku harus bisa menyelesaikan sebuah program kerja di organisasi, di mana itu sangat menguras pikiran, waktu dan tenagaku. Maka dalam waktu satu bulan tersebut aku akan merasa sulit sekali dalam menulis.Â
Ketertekanan itu seakan mematikan kebebasan imajinasiku dalam merangkai kata. Hingga mampu membungkam ekspresi melankolisku seutuhnya.
Mungkin saja aku masih bisa menulis di sela-sela kesibukanku, akan tetapi tulisan itu hadir semata-mata dari rahim pemerasan otak, bukan dari otak dan perasaan. Sebab, seringkali dalam menulis aku juga melibatkan rasa. Dengan begitu, menulis akan lebih mudah mengalir dan ide tidak akan terbendung.
Namun, jika aku masih mempunyai suatu tanggungan atau hal-hal yang perlu aku tuntaskan, tentu aku tidak akan bisa memiliki hati yang tenang. Aku sangat memerlukan ketenangan baik suasana hati maupun keadaan.Â
Jika pikiranku masih berlalu lalang dari satu tugas ke tugas lain, dari tanggungjawab satu ke tanggungjawab lain, maka aku tidak yakin bisa menumpahkan tintaku dengan cemerlang.
Menuruku, menulis itu merupakan suatu hal yang sangat memerlukan kebebasan dalam pengaplikasian kegiatannya. Tanpa kebebasan dan tanpa waktu luang, akan sulit menjadikan kegiatan menulis semakin produktif.
Menulis itu bukan hanya sekadar menumpahkan unek-unek, bukan pula sekadar membubuhkan pengalaman ke dalam tulisan. Untuk dapat menghasilkan tulisan yang layak baca, kita perlu membaca karya orang lain.
Bukankah membaca juga memerlukan waktu luang? Intinya, aku sangat butuh metime ketika ingin menulis. Aku berusaha sesegera mungkin menuntaskan segala tanggungjawabku agar aku bisa  secepatnya menumpahkan segala ide dan gagasanku lewat karya tulis.