Mohon tunggu...
D.A. Dartono
D.A. Dartono Mohon Tunggu... Administrasi - Penggemar bacaan dan pegiat literasi.

Senang berdiskusi, berdialog dan sharing ide. Curah gagasan, menulis dan tukar-menukar pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Xi, Khonghucu dan Ide Spiritualitas yang Tak Mati

25 Juli 2015   19:06 Diperbarui: 25 Juli 2015   19:06 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Aisyah Ra, ia berkata, “Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi saw mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum beliau juga makan daging yang telah kugigit.”

[5] Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (no. 4032), Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman (9556). Di dalam sebuah hadits dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqqosh ra, Rasulullah saw bersabda, أربعٌ مِنَ السعادةِ : المرأةُ الصالحةُ والمسكنُ الواسعُ والجارُ الصالِحُ والمركبُ الهِنِيْءُ، وأربعٌ من الشقاوةِ : الجارُ السوءُ والمرأةُ السوْءُ وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ وَالْمَرْكَبُ السُّوْءُ “Ada empat diantara kebahagiaan: istri yang sholihah (baik), tempat tinggal yang luas, tetangga yang sholih (baik), dan kendaraan yang nyaman. Ada empat kesengsaraan: tetangga yang buruk, istri yang buruk, rumah yang sempit, dan kendaraan yang buruk”.

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw pernah berdoa di suatu malam seraya berkata, (اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي، وَوَسِّعْ لِي فِي دَارِي ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا رَزَقْتَنِي) “Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, berilah keluasan bagiku dalam rumahku dan berkahilah bagiku dalam sesuatu yang Engkau berikan kepadaku”. [At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (3500).

[6] Shahih Muslim, Kitab al-Fadhail (keutamaan), no. 2363. Dari Thalhah Bin ‘Ubaidillah ra, ia berkata “Aku bersama Rasulullah berjalan melewati beberapa kebun kurma, Kemudian Rasulullah bertanya “Apa yang mereka lakukan?” Orang-orang sekitar pun menjawab “Mereka menyerbukkan dengan menjadikan benih pejantan masuk kedalam benih betinanya, hingga jadilah penyerbukan”. Rasulullah bersabda “Aku menduga, Andai mereka meninggalkannya, mungkin lebih baik”, Lalu mereka membiarkannya, dan hasil panen kurmanya berkurang. Mereka bertanya kepada Nabi, dan Rasulullah pun bersabda “Apabila penyerbukan tersebut memang bermanfaat bagi mereka, maka lakukanlah! Sesungguhnya aku hanya menduga saja, janganlah kalian mengambil dugaan yang kubuat, Namun apabila aku mengabarkan pada kalian sesuatu yang datangnya dari Allah, maka ambillah, sesungguhnya aku tidak akan pernah berbohong atas apa yang datang dari Allah.”

Dalam riwayat no. 2362 beliau bersabda, "‏ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ إِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَىْءٍ مِنْ دِينِكُمْ فَخُذُوا بِهِ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَىْءٍ مِنْ رَأْىٍ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ ‏" “Sesungguhnnya aku adalah manusia. Jika aku memerintahkan kalian sesuatu perkara agama, maka ambillah. Jika aku memerintahkan sesuatu dari pendapatku sendiri, sesungguhnya aku juga manusia.”

 

[7] Nasehat Nabi saw dan seorang Sahabat terhadap sahabat Nabi saw lainnya yang terlalu keras dalam ibadah shalat nafal dan puasa sampai-sampai mengabaikan istri, keluarga dan bahkan badannya sendiri. Tercantum dalam berbagai kitab hadits. Para sahabat yang mendapat nasehat tersebut ialah Abu Darda ra, Abdullah ibn Amr ibn Ash ra dan Utsman ibn Mazh’un ra. Dalam Shahih al-Bukhari, Kitab tentang Nikah, bab tentang hak istri, Rasulullah saw bersabda kepada Abdullah ibn Amr ibn Ash: "Wahai Abdullah, bukankah telah tersebar berita bahwa kamu berpuasa sepanjang siang hari dan qiyamullail/tahajjud semalam suntuk?" aku menjawab, "Benar wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Janganlah kamu melakukan hal itu. Berpuasalah dan juga berbukalah. Tunaikanlah qiyamullail namun sisihkan pula waktu untuk tidur. Sebab bagi jasadmu juga punya hak atas dirimu, kedua matamu juga punya hak atasmu dan bagi isterimu juga punya hak atas dirimu."

[8] Khuthubaat-e-Mahmud, jilid 17, h. 466-467.

[9] Khuthubaat-e-Mahmud, jilid 17, h. 467-470

[10] Khuthubaat-e-Mahmud, jilid 17, h. 470-471

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun