Mohon tunggu...
D.A. Dartono
D.A. Dartono Mohon Tunggu... Administrasi - Penggemar bacaan dan pegiat literasi.

Senang berdiskusi, berdialog dan sharing ide. Curah gagasan, menulis dan tukar-menukar pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kasus Memaksakan Jilbab

30 Maret 2015   09:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:48 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam khotbah Jumat 5 September 2014, Khalifah Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba menyampaikan kesan-kesan para tamu Jalsah Salanah (Pertemuan Tahunan) yang diselenggarakan bulan sebelumnya. Diantara banyak kesan tersebut, saya pilihkan dua saja karena terkait dengan tema yang sedang cukup hangat dibahas di kompasiana. Tema itu ialah tentang Jilbab. Jilbab adalah sistem berpakaian Islami. Istilah lain yang lebih umum dan luas maknanya ialah Hijab atau Pardah dalam bahasa Urdunya.

Dua bahasan dalam artikel ini pertama ialah tentang Ny. Maryam Abdel, seorang yang lahir di keluarga Ahlus Sunnah yang keras. Sementara bahasan kedua ialah mengenai teguran Khalifah Ahmadiyah terhadap anggota Ahmadiyah yang terkesan memaksakan Jilbab kepada tamu non Muslim yang berkunjung.

Ny. Maryam Abdel, seorang wartawati dari Belize, tempat Jemaat/Jamaah Ahmadiyah baru berdiri pada tahun ini, datang menghadiri Jalsah. Beliau juga seorang anchor (pemandu acara) terkenal di TV Krem di sana. Beliau mengatakan, ”Pengalaman menghadiri Jalsah ini saya rasakan lebih banyak dari yang saya bayangkan sebelumnya. Orang-orang yang melaksanakan tugas berlaku sangat hormat dan perangai mereka sangat lemah lembut. Motto Jemaat ‘Love for all hatred for none’ setelah saya renungkan betul-betul, sungguh memberi kesan sangat indah di dalam lubuk hati saya dan saya meni’mati suasana kecintaan satu sama lain selama menghadiri Jalsah. Jemaat telah memberi segala sesuatu kepada saya. Untuk itu saya sangat berterima kasih dan hal itu semua akan selalu saya ingat, dan kepada semua panitia juga saya mengucapkan banyak terima kasih.

Saya lahir di tengah-tengah keluarga Muslim Sunni (ahli sunnah wal jama’ah) yang fanatik. Bapak saya seorang Muslim garis keras. Dengan keras menyuruh saya harus memakai hijab (pardah) seperti orang-orang Muslimah lainnya. Akibatnya setelah dewasa saya tinggalkan hukum-hukum Islam dan lemparkan semua pardah dan kudungan itu, tetapi saya tetap percaya kepada Tuhan. Tetapi, setelah datang menghadiri Jalsah ini saya mendapat pengalaman yang sangat aneh sekali. Saya tidak melihat seorang gadis atau wanita pun yang terkurung, melainkan bebas dan merdeka. Saya lihat mereka pergi kesana-kemari dengan bebas, ada yang membaca nazam, ada yang pergi ke Bazar, bertemu satu sama lain dengan cinta kasih. Saya berpikir di dalam hati seandainya saya lahir di kalangan keluarga Ahmadi tentu saya tidak menjadi pembangkang seperti saya lakukan di dalam keluarga saya di waktu yang lalu. Di dalam Jalsah saya berkenalan dengan banyak sekali kawan-kawan wanita Ahmadi.”

Para Muslim Ahmadi sungguh bernasib baik sekali, mereka harus bersyukur kepada Allah Ta’ala, bagi mereka yang telah lahir di tengah-tengah keluarga Ahmadi dan banyak dari mereka yang Allah Ta’ala berikan taufiq untuk menjadi Ahmadi. Mereka harus menjaga diri dari perilaku pembangkang. Ada juga gadis-gadis Ahmadi yang bersifat membangkang. Mereka harus ingat bahwa orang-orang lain yang datang ke sini terkesan oleh perilaku kita. Oleh karena itu, jangan sampai terperosok dalam sikap mental rendah diri [rendah diri karena mengamalkan ajaran Islami dan mengagumi tradisi budaya non Islami]. Ajaran Islam adalah suatu ajaran yang sangat bersesuaian dengan tuntutan tabiat manusia, dan kita harus berusaha untuk mengamalkannya.

Dengan karunia Allah Ta’ala, pada tahun ini Tim dari Central Press (Pers Pusat) bersama Tim Pers UK, keduanya bekerja sama dengan baik sekali. Pada tahun ini untuk pertama kali liputan Jalsah Salanah dilakukan dengan baik sehingga amanat Ahmadiyah, Islam Hakiki sampai ke seluruh pelosok dunia. Berkat usaha rabtah Tim dari Central Press (Pers Pusat), datang beberapa orang Pers dan Media dari Negara-negara lain juga dan mereka sangat terkesan sehingga memberikan komentar yang sangat positif. Melalui Pers, amanat Jemaat Ahmadiyah sampai kepada lebih kurang 13 juta orang penduduk UK. Sekarang tentang artikel yang sedang disusun dan berita-berita yang masih dalam proses setting belum diterima kabar. Dapat diperkirakan kurang lebih 12 atau 13 juta orang di negara-negara luar UK akan menerima pesan ini. Amanat perkenalan mengenai Islam dan ajarannya.

Sehubungan dengan kegiatan Pers dan Media saya akan menjelaskan juga bahwa orang-orang yang terdiri dari berbagai jenis kepercayaan, yang mempunyai kepercayaan kepada suatu Agama ataupun orang-orang yang tidak mempunyai kepercayaan suatu Agama, atau yang percaya kepada Tuhan ataupun tidak percaya kepada Tuhan, setelah datang menghadiri Jalsah dan menyaksikan suasananya, mereka sangat terkesan. Biasanya banyak juga tamu yang terdiri dari berbagai macam kepercayaan datang untuk menghadiri Jalsah. Mereka mengenakan pakaian model mereka masing-masing. Mereka mempunyai kebiasaan sendiri. Banyak perempuan berpakaian sederhana dan anggun namun sopan. Pada umumnya apabila datang ke ijtima kita mereka membawa kerudung namun mereka tidak mengenakannya di atas kepala mereka, walaupun beberapa orang diantara mereka membawa kerudung juga. Tetapi, jika tidak membawa pun tidak apa-apa. Kita tidak bisa menerapkan peraturan kita kepada mereka. Namun, orang-orang lelaki kita berlaku keras yang menimbulkan perasaan kaku.

Seorang wanita perwakilan dari BBC datang ke Jalsah tanpa memakai tutup kepala (kerudung). Tetapi ada seorang laki-laki datang dari belakangnya kemudian menutupkan kudungan wanita diatas kepalanya. Wanita itu sangat dikenal oleh laki-laki kita itu dan beliau juga sudah tahu Jemaat kita. Beliau sudah pernah mewawancarai saya, duduk sambil mengenakan pakaian yang sopan dan anggun dengan kerudung di atas kepalanya. Tapi pada waktu itu beliau tidak mengenakan kudungan. Beliau tertawa terhadap perlakuan laki-laki itu, namun beliau berkata, “Andai orang lain diperlakukan seperti ini, boleh jadi ia tidak akan senang dan akan marah. Atau akan mendapat kesan yang salah.

Maka, laki-laki dari kalangan kita harus sadar betul, mereka tidak diberi kekuasaan untuk memaksa orang lain berbuat demikian. Mereka harus menjaga diri, bukan kewajiban mereka untuk menutupkan kepala perempuan dari luar keluarga sendiri.

Laki-laki diperintah untuk menjaga pandangan mata, mereka harus menepati kewajiban mereka sendiri. Tidak ada perintah untuk memaksa menutup kepala sekalipun terhadap orang perempuan Muslim sendiri apa lagi terhadap perempuan non Muslim. Laki-laki seperti itulah barang kali ada dua tiga orang di dalam Jemaat kita yang bersifat ekstrim yang mencemarkan nama baik Islam. Jangan sekali-kali ada yang mengira bahwa mereka itulah yang menjadi petugas reformasi dunia.

Begitu juga ada seorang Ahmadi yang menemani seorang wartawan wanita lain lagi. Telah terjadi dua kali peristiwa seperti itu. Seorang Ahmadi berkata kepada teman Ahmadi lainnya untuk memberi tahu wartawan wanita itu harus menutup kepalanya di dalam lingkungan mereka [internal Jemaat Ahmadiyah]. Saya hendak berkata kepada laki-laki Ahmadi yang semacam itu, “Pertama, jagalah keluarga kalian sendiri, insya Allah dunia akan baik dengan sendirinya. Perlakuan seperti itulah yang membuat orang-orang benci terhadap Islam. Peristiwa mengenai seorang wartawan wanita ini mengingatkan kita kembali kepada kisah sebelumnya, seorang wartawan wanita yang meninggalkan ajaran Islam disebabkan bapaknya sendiri berlaku keras terhadapnya. Akhirnya ia menjadi seorang wanita yang membangkang. Namun ketika ia menyaksikan perilaku dan kebebasan para wanita Ahmadi pada waktu Jalsah, terbetik keinginan di dalam hatinya, ‘Alangkah bahagianya saya jika saya lahir di dalam keluarga Ahmadi.’”

Jadi, mengenai usaha perbaikan di dalam Jemaat, seharusnya perbaikan terhadap kaum perempuan dilakukan oleh perempuan lagi. Khususnya di Eropa telah terjadi kehebohan bahwa laki-laki Muslim berlaku kasar, tidak adil dan kejam terhadap sesama Muslim dan pelampau batas terhadap kaum wanita. Perbuatan laki-laki seperti itu merusak segala masalah. Jika timbul suatu masalah demikian di kalangan kaum perempuan, kewajiban kaum perempuan-lah untuk mengambil alih dan memberi pengertian dengan rasa hormat dan penuh kasih sayang. Jelaskanlah juga bahwa di lingkungan ini harus begitu keadaannya. Biarkan Lajnah (lembaga internal Wanita Ahmadi) yang melakukan tugas pekerjaan mereka sendiri, bagaimanapun tidak akan menjadi halangan, apalagi seorang wartawan perempuan yang datang berkunjung itu berpakaian rapi dan sopan menurut standar mereka sendiri.

Begitu juga, dengan karunia Allah Ta’ala, MTA (Muslim Television Ahmadiyya) melakukan peranan yang sangat besar dalam menyiarkan semua Program Jalsah yang dilakukan tahun ini, seperti yang biasa dilakukan di tahun-tahun yang lalu. Di belahan dunia manapun orang-orang Ahmadi yang menyaksikan siaran langsung program-program Jalsah melalui MTA menyatakan rasa syukur dan gembira sekali. Di sana orang-orang Non Ahmadi juga terutama orang-orang Arab non Ahmadi  telah mengirimkan kesan-kesan yang sangat baik. Bahkan mereka mengatakan bahwa inilah Islam Hakiki yang yang sangat dibutuhkan oleh umat Islam saat ini. Kebanyakan dari mereka juga mengatakan bahwa inilah Khilafat Hakiki yang sekarang sangat diperlukan oleh umat Islam di seluruh dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun