Sore itu di ruang tengah keluarga. Kami berempat bersama-sama duduk menghadapi televisi. Sebuah acara anak. Kartun Jepang bercerita mengenai penduduk sebuah desa yang tenang tenteram.
Nun, di sebuah pulau hiduplah dua monster. Salah satu monster ingin berteman dengan manusia. Ia diam-diam berteman dengan anak kecil dari sebuah keluarga...dst..
Monster yang satu tak mau ia melakukan hal itu. Terjadi perdebatan dan pertengkaran.
Dari kalangan manusia pun ada yang berprasangka buruk kepada monster.
Monster baik yang ingin memberi hadiah kepada teman kecilnya malah dihadang oleh 3 orang penjaga menara desa. Ia ditembaki dengan anak panah...monster luka dan melarikan diri.
Monster yang jahat (emosian) menolongnya dan menyembunyikannya di dalam gua.
Keesokan harinya, melihat luka-luka temannya...ia kembali emosi ingin menyerbu desa..
terjadi perdebatan dst...
Akhirnya ia bergerak sendiri...menyerbu desa...
Menara desa dihancurkan...orang-orang berlarian menuju tempat yang salah..tebing jurang...
Monster yang sudah membesar (menjadi raksasa) karena marah ingin menghancurkan mereka sekaligus..
Di saat detik-detik penghancuran...
Datanglah monster yang baik...
Ia menasehati kawannya...
Tidak digubris...
Ia malah diserang habis2an...
Kawan monsternya cape...menjadi kecil lagi...lalu pergi..
Monster yang baik...penuh luka...
Warga desa bertepuk tangan penuh penghargaan..
Monster yang baik...tinggal di tengah2 warga desa dan banyak bermain dengan anak-anak..
Saat ia pulang mengunjungi pulau kecilnya...
Tempat ia tinggal bersama kawan monsternya...
Ternyata kawannya telah pergi...
meninggalkan sebuah pesan surat...
Penuh keharuan...
Musik begitu menyentuh...
Dan putriku pun yang khusyuk dari tadi menonton..
Menangis...
"Kenapa...?"
"Kamu kenapa?"
Istriku bertanya penuh keheranan..
Aku ambil putriku ke pangkuanku...dan bertanya halus, "Kaka Nashira (karena dia dah punya adik) menangis karena melihat kisah di televisi tadi..?"
Ia mengangguk..
Aku pun memeluknya..sembari bertanya-tanya...luar biasa ia sudah merasakan hawa emosi penuh kesedihan...
Aku pun menyerahkannya ke mamanya...menyuruhnya memeluk mamanya biar kesedihannya berkurang..
Dan putriku pun masih menangis dan berangsur-angsur..tenang kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H