Mohon tunggu...
Dilbar Sarasvati
Dilbar Sarasvati Mohon Tunggu... PNS Direktorat Jenderal Bea dan Cukai -

Anak keturunan Manu yang sedang mencari siapa saya dan saya siapa http://kirakirademikian.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dukun: Sebuah Peyorasi

22 Agustus 2016   15:03 Diperbarui: 22 Agustus 2016   15:17 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa yang ada di benak kalian ketika mendengar kata “dukun”? Mungkin tentang orang yang sehari-hari tak jauh-jauh dari ilmu hitam, santet, klenik, kemenyan, jampi-jampi, sesaji, bunga tujuh rupa, juga sepotong berita kriminal di media masa yang terkadang menjeratnya. 

Bagi masyarakat modern saat ini, memang dukun kurang lebih didefinisikan sebagai orang yang menguasai ilmu hitam untuk mencelakai orang lain yang identik dengan pakaian serba hitam, rambut gondrong tak karuan dan kadang melakukan hal-hal yang diluar nalar manusia.

Dukun’ sesungguhnya merupakan sebuah kata yang mengalami peyorasi lumayan keji. Ia mengalami pergeseran makna menjadi lebih buruk dari makna aslinya.

Makna Dukun Menurut KBBI

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dukun didefinisikan sebagai berikut :

“dukun/du·kun/ n orang yang mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi-jampi (mantra, guna-guna, dan sebagainya)”

Dukun tidak didefinisikan sedemikian negatif seperti persepsi kita pada umumnya. Dukun dalam KBBI sendiri ada macam-macam, antara lain :

  • Dukun beranak dukun yang pekerjaannya menolong perempuan melahirkan;
  • Dukun calak bengkong;
  • Dukun jampi dukun yang menggunakan tumbuhan dan berbagai ramuan alami untuk menyembuhkan penyakit;
  • Dukun japa dukun yang mengandalkan mantra sebagai sarana pengobatan;
  • Dukun klenik dukun yang membuat dan memberi guna-guna atau kekuatan gaib lainnya;
  • Dukun santet dukun yang memiliki kemampuan menggunakan kekuatan sihir terhadap manusia;
  • Dukun siwer dukun yang mempunyai kekhususan mencegah terjadinya kesialan yang diakibatkan oleh peristiwa alami (hujan dan sebagainya);
  • Dukun susuk dukun yang mempunyai keahlian khusus mengobati penyakit dengan menusukkan jarum emas pada bagian bawah kulit;
  • Dukun tenung dukun yang memiliki atau mampu menggunakan kekuatan gaib terhadap manusia;
  • Dukun tiban orang yang dalam waktu terbatas mempunyai kemampuan mengobati suatu penyakit karena adanya kekuatan gaib akibat kerasukan roh;

Jadi, dukun dalam pandangan KBBI tidaklah seburuk itu. Penyebab peyok-nya makna dukun disebabkan oleh pengaruh beredarnya film-film maupun cerita yang meng-antagonis-kannya. Ditambah, adanya beberapa oknum yang mengaku dukun tetapi kemudian melakukan tindakan kriminal atau asusila dan kemudian beritanya terpampang di media masa.

Mengenal dan Membangun Ulang Citra Dukun

Lalu apa sih sebenarnya ‘Dukun’ itu?

Dukun sebenarnya adalah sebuah profesi dimana ia ahli di bidang-bidang tertentu, mudahnya ia adalah pengganti yang sepadan dengan kata 'tukang' atau 'specialist'. Dan profesi dukun tidak melulu berhubungan dengan semburat ilmu hitam, apalagi tersangkut sepotong berita kriminal. Mari kita lihat beberapa macam spesialiasi dari dukun untuk membangun ulang citra dukun dalam pikiran kita...

1. Dukun Pijat

Dukun pijat adalah orang yang ahli dalam menolong orang dengan melakukan suatu teknik pemijatan. Dukun pijat ini salah satu jenis dukun yang lumayan mengalami peyorasi dalam persepsi masyarakat pada umumnya. Ke-peyokan-nya sekaliber dengan dukun klenik, dukun santet, dukun susuk, dan dukun tenung. Buruknya citra dukun pijat ini salah satunya karena seringnya kita mendengar atau melihat dukun pijat dalam berbagai berita kriminal tanah air. Entah karena tindakan amoral seperti pencabulan, aborsi, atau prostitusi.

Sudah hampir hilang image dukun pijat sebagai sesosok simbok yang dengan penuh kasih keibuan memijat dan membetulkan posisi rahim dari pasien perempuannya yang kesulitan mempunyai momongan. Padahal kemampuan memijat mereka bukan sembarangan dan asal di dapat. Mereka belajar secara tradisional dan turun-temurun dari leluhur.

2. Dukun Beranak

Dukun beranak adalah orang yang ahli menolong perempuan melahirkan (beranak). Dukun ini masih mempunyai citra lumayan positif di masyarakat. Meski positifnya masih juga dipandang negatif jika ia disandingkan dengan Bidan atau Dokter Kandungan. Apalagi di Zaman Ultra Modern ini, melahirkan dengan bantuan dukun beranak biasanya hanya dilakukan oleh orang-orang pedesaan yang terisolasi dari gemerlapnya dunia.

Dan profesi dukun beranak kian tersudut dengan hadirnya kampanye yang menghimbau para wanita agar melakukan persalinan sehat di tenaga medis masa kini. Ketika ada kasus kematian bayi atau ibu karena persalinan ‘tidak sehat’ yang dilakukan dengan bantuan dukun beranak, hal itu dibuat menjadi sebuah sensasi seolah dukun beranak itu tidak kompeten dalam bidangnya karena tidak mempunnyai mempunyai lisensi maupun pernah mengenyam pendidikan medis masa kini.

Kemampuan dukun beranak tidaklah seburuk itu. Di daerah pedalaman dengan keterbatasan alat medis yang ultra modern, kehadirannya dan kemampuannya cukup mumpuni untuk disegani. Apalagi dia tidak hanya membantu wanita melahirkan, tetapi merawat wanita pasca persalinan.

Jika melihat lagi ke masa lalu, sudah berapa bayi yang telah lahir dari tangan-tangan dukun beranak itu. Mungkin ayah, ibu, kakek, nenek, buyut, canggah, gantung siwur kita lahir dari pengabdian para dukun beranak tadi.

Dunia boleh berubah sedemikian cepatnya, tetapi menghargai (minimal tidak berburuk sangka) terhadap apa yang pernah ada dan masih ada harus tetap kita lakukan.

3. Dukun Manten

Apakah dukun manten itu? Dalam bukunya yang berjudul Mozaik Kehidupan Orang Jawa : Wanita Dan Pria Dalam Masyarakat Indonesia Modern (Javanese Lives: Women and Men in Modern Indonesian Society), Walter L. Williams mendeskripsikan Dukun Manten (dukun pengantin) sebagai seseorang yang ‘berilmu’ sekaligus seorang perias, membantu pengantin wanita menyiapkan dirinya menerima kehidupan perkawinan. Kewajiban pertama seorang dukun manten adalah membuat calon pengantin wanita secantik mungkin. Tidak hanya dalam penampilannya saja, tetapi dukun manten juga harus membuat pengantin wanita memancarkan kecantikan batinnya. Semua dukun manten harus menyiapkan mentalnya agar berhasil dalam melaksanakan kewajibannya. Persiapan itu disebut dengan ‘masa prihatin’.

Dukun manten adalah versi tradisional dari Make Up Artist (MUA). Perbedaannya, dalam merias dukun manten tidak hanya mengandalkan apa kosmetik yang digunakan, juga apa teknik merias yang digunakan. Ia juga memberikan tuntunan ‘laku’ bagi calon pengantin agar dapat memahami dan menghayati arti pernikahan yang sesungguhnya menurut tradisi.

Dukun manten di era sekarang ini masih sangat dipandang dan dihormati. Salah satu dukun manten yang terkenal adalah Ibu Mamie Hardo. Jangan remehkan penghasilan dari profesi ini di Zaman Edan ini, ya!


4. Dukun Adat dalam Tradisi Masyarakat Tengger

Dukun dalam masyarakat tengger mempunyai makna yang lain, yang bahkan tidak tercangkup dalam definisi yang dirumuskan dalam KBBI. Dukun dalam tradisi masyarakat Tengger berbeda dengan dukun dalam tradisi masyarakat Jawa lainnya, mereka mempunyai tujuan menjaga kebudayaan dan melakukan upacara-upacara tradisional. Mengutip dari tulisan Slamet Subekti dalam Pemaknaan Ritual Kasada pada Komunitas Tengger, Jawa Timur diuraikan :

"Dukun di Tengger merupakan pimpinan masyarakat yang berperan memimpin upacara adat. Kedudukan dukun adat ini lebih tinggi daripada Modin dalam agama Islam, tetapi lebih rendah dari Pedanda dalam masyarakat Bali. Di Tengger dahulu terdapat 36 dukun adat, salah satu di antaranya menjadi Kepala Dukun Pandita yang member arahan, petunjuk maupun nasihat bagi para dukunlainnya. Dukun adat dipilih melalui musyawarah desa, desleksi melalui ujian sertadiangkat oleh pemerintah. Dukun adat berfungsi memimpin upacara adat dandibaantu oleh pembantu dukun (Legen). Pada saat memimpin upacara adat, dukunmengenakan baju Antakusuma dengan ikat kepala dan selempang serta dilengkapidengan peralatan upacara seperti: pasren, genta, dan talam (Widyaprakosa, 2006).

Persyaratan menjadi dukun adat antara lain:

  • Berkemampuan, tekun, mampu menggali legenda, memiliki kedalaman ilmu, dan bertempat tinggal dekat lokasi
  • Disetujui oleh masyarakat melalui musyawarah
  • Diangkat oleh pemerintah

Untuk memperkuat kharisma dan wibawa, seorang dukun diwajibkan menjalankan laku tertentu. Pada segtiap bulan ketujuh dukun diharuskan melakukan mutih, yaitu selama satu bulan tidak makan garam, gula dan tidak kumpul dengan istri. Kerja sehari-hari sebagai petani misalnya tetap dilaksanakan, hanya dibatasi waktunya supaya tidak terlalu lelah. Laku mutih ini dimaksudkan sebagai pengasah kemampuan batinah yang bersifat spiritual. Untuk menjadi dukun adat disyaratkan menguasai adat istiadat dan mantra-mantra yang dituturkan pada berbagai upacara adat. Pada umumnya seseorang dipandang siap menjadi dukun adat setelah mencapai usia 40 tahun."

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukun adat bagi masyarakat tengger adalah orang yang ahli (spesialis) dalam bidang kebudayaan, adat, serta mampu memimpin upacara adat/ tradisionalnya.

Jadi, seperti apa dukun dalam persepsi anda sekarang?

Salam,

Dilbar Sarasvati

kirakirademikian.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun