Masa kanak-kanak merupakan periode penting dalam perkembangan sosial emosional anak. Di masa ini, anak belajar bagaimana memahami dan mengelola emosinya sendiri, serta bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan sosial emosional anak adalah pola asuh orang tua. Lantas bagaimanakah pola asuh yang benar agar semua aspek perkembangan anak dapat berkembang dengan baik?
Tepat pada hari selasa,23 april 2024, telah dilaksanakan pertemuan antara pihak sekolah dengan wali murid di TK Islam Al-Maarif Singosari dalam rangka memeriahkan acara halal bi halal dan  webinar parenting yang di Narasumberi oleh Dosen PIAUD UIN Malang yaitu Ibu Dessy Putri Wahyuningtyas,M.Pd.Â
Pertemuan ini dihadiri oleh Kepala Sekolah TK Islam Al Maarif Ibu Indah Subekti,M.Pd, Wakil Kepala Sekolah, Guru Kelas,Dosen dan beberapa mahasiswi PIAUD UIN Malang serta sejumlah wali murid yang juga turut ikut dalam memeriahkan acara tersebut. Adapun tujuan dari pertemuan ini adalah untuk membahas berbagai hal terkait dengan pentingnya pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak,halal bi halal serta beberapa penyampaian informasi penting dari pihak sekolah.
Ibu Dessy Putri Wahyuningtyas,M.Pd, dalam penyampaian materinya yang bertemakan: "Pentingnya pola asuh orang tua tarhadap perkembangan sosial emosional anak" mengatakan bahwa pola asuh adalah cara orang tua membimbing dan mendidik anak. Ada berbagai macam pola asuh, namun beberapa yang paling umum adalah:
- Otoriter: Orang tua menetapkan aturan yang ketat dan mengharapkan anak untuk mematuhinya tanpa pertanyaan. Orang tua otoriter mungkin menggunakan hukuman untuk mendisiplinkan anak.
- Demokratis: Orang tua menetapkan aturan yang jelas, tetapi mereka juga mendengarkan masukan anak dan melibatkan anak dalam pengambilan keputusan. Orang tua demokratis menggunakan disiplin yang positif, seperti pujian dan penghargaan.
- Permisif: Orang tua memberikan sedikit arahan dan aturan kepada anak. Orang tua permisif mungkin tidak terlibat dalam pengasuhan anak secara aktif.
Penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan sosial emosional anak. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter cenderung memiliki masalah dengan regulasi emosi, agresivitas, dan kecemasan.Â
Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh demokratis cenderung memiliki harga diri yang tinggi, keterampilan sosial yang baik, dan mampu menghadapi stres dengan baik. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif cenderung memiliki masalah dengan kontrol diri, tanggung jawab, dan disiplin.
Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak ada satu pola asuh yang "benar" untuk semua anak. Setiap anak berbeda dan memiliki kebutuhan yang berbeda. Orang tua perlu menemukan pola asuh yang paling sesuai dengan anak mereka dan gaya hidup keluarga mereka.
Berikut adalah beberapa tips untuk orang tua yang ingin membantu anak mereka mengembangkan sosial emosional yang sehat:
- Tetapkan aturan dan batasan yang jelas. Anak-anak membutuhkan struktur dan panduan untuk merasa aman dan terjamin.
- Gunakan disiplin yang positif. Hindari hukuman fisik dan penghinaan. Sebaliknya, fokuslah pada penguatan perilaku yang baik.
- Berikan cinta dan kasih sayang kepada anak Anda. Anak-anak perlu merasa dicintai dan diterima tanpa syarat.
- Luangkan waktu untuk anak Anda. Bermainlah bersama mereka, bacakan buku untuk mereka, dan bicaralah dengan mereka tentang hari mereka.
- Ajarkan anak Anda tentang emosi. Bantu mereka untuk memahami dan mengelola emosinya dengan cara yang sehat.
- Jadilah contoh yang baik bagi anak Anda. Anak-anak belajar dengan meniru orang tua mereka.
Dengan mengikuti tips-tips ini, orang tua dapat membantu anak mereka mengembangkan sosial emosional yang sehat dan bahagia.
Itulah beberapa point penting dari materi yang di sampaikan oleh pemateri Ibu Dessy Putri Wahyuningtyas,M.Pd.
Saat acara ini di buka sampai pada akhir sesi, para wali murid yang hadir sangat antusias dalam mengikuti sosialisasi parenting tersebut, kehadiran wali murid di perkirakan 40% dari undangan yang disebar. Pada saat sesi tanya jawab, para wali murid bertanya mengenai kesulitan juga tips dan trik tentang parenting yang baik bagi anak. Setelah diskusi dan tanya jawab, acara di tutup dengan refleksi dan juga ice breaking seluruh peserta seminar. Semua peserta terlihat terhibur dan mengikuti ice breaking dengan semangat.