Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
NIM : 43221010118
Nama : Dilah Anggraini
Kampus : Universitas Mercu Buana
Mahatma Gandhi (lahir sebagai Mohandas Karamchand Gandhi pada 2 Oktober 1869 di Porbandar, India dan meninggal pada 30 Januari 1948 di New Delhi, India) adalah seorang pemimpin kemerdekaan India yang dikenal sebagai "Bapak Bangsa India". Gandhi dianggap sebagai tokoh penting dalam gerakan kemerdekaan India dari Inggris, yang dipimpin dengan cara non-kekerasan dan perjuangan damai. Gandhi dilahirkan di keluarga kaya pedagang yang merupakan anggota kasta Vaishya. Dia menyelesaikan pendidikan di Inggris dan kemudian kembali ke India pada tahun 1915. Setelah mengalami diskriminasi di Afrika Selatan, Gandhi mulai mengembangkan konsep Satyagraha atau kekuatan kebenaran. Konsep ini menekankan bahwa perjuangan politik harus dijalankan melalui cara yang damai, tanpa kekerasan. Gandhi memimpin beberapa kampanye besar melawan pemerintah Inggris, termasuk Kampanye Non-kerjasama pada tahun 1920 dan Gerakan Dandi pada tahun 1930. Dalam kampanye Dandi, Gandhi dan pengikutnya menolak membayar pajak garam yang diterapkan oleh pemerintah Inggris dan memproduksi garam mereka sendiri secara tradisional. Aksi ini menghasilkan banyak dukungan publik dan menarik perhatian dunia internasional. Selain perjuangannya untuk kemerdekaan India, Gandhi juga dikenal sebagai seorang tokoh agama dan spiritualitas yang kuat. Dia menganut prinsip-prinsip non-kekerasan dan kebebasan individu yang mempengaruhi banyak orang di seluruh dunia. Gandhi dikenal sebagai "Mahatma", sebuah kata yang berarti "jiwa yang besar", dan dia memenangkan Nobel Perdamaian pada tahun 1948. Namun, pada tanggal 30 Januari 1948, Gandhi dibunuh oleh seorang ekstremis Hindu yang tidak setuju dengan prinsip non-kekerasan Gandhi dan sikapnya yang mendukung perdamaian dan persatuan antara agama-agama di India. Meskipun Gandhi telah meninggal, pengaruhnya tetap terasa di seluruh dunia dan dia dianggap sebagai salah satu tokoh paling penting dalam sejarah modern. Gandhi tidak hanya berjuang secara cerdas melawan rasisme terinstitusi di Afrika Selatan, pergerakan kemerdekaan India, dan membuka jalan bagi dialog antar-agama, tetapi juga memperkenalkan penerapan pertama yang luas dari perlawanan tanpa-kekerasan sebagai alat yang paling ampuh bagi perubahan sosial. Kesadaran ini diwujudkan dalam prinsip perjuangan:
- Bramkhacharya (mengendalikan hawa nafsu  dan hasrat seksual),
- Satyagraha (kekuatan kebenaran dan cinta tanah air),
- Swadeshi (memenuhi kebutuhan sendiri dengan melakukan penolakan terhadap barang-barang luar),
- Ahimsa (melawan dengan tidak menggunakan kekerasan).
Setelah kematian Gandhi, India merdeka dari Inggris pada tahun 1947. Kemerdekaan ini diiringi dengan perpecahan India menjadi dua negara, India dan Pakistan, yang menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Gandhi sangat sedih dengan perpecahan ini, dan sebelum kematiannya ia mencoba untuk meredakan ketegangan antara kedua negara dan mempromosikan perdamaian antara umat beragama. Selain itu, Gandhi juga dikenal sebagai seorang penganjur kebebasan individu dan hak asasi manusia. Dia memperjuangkan hak-hak wanita dan kasta-kasta rendah di India, serta berjuang melawan ketidakadilan dan diskriminasi di seluruh dunia. Gandhi meninggalkan banyak tulisan dan pidato yang sangat berpengaruh dalam sejarah. Salah satu tulisannya yang paling terkenal adalah "Hind Swaraj", sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 1909 dan berisi tentang pandangan Gandhi tentang India dan perjuangannya untuk kemerdekaan. Selain itu, ia juga menghasilkan banyak kutipan terkenal, seperti "Kita harus menjadi perubahan yang ingin kita lihat di dunia" dan "Ketidakkekerasan adalah kekuatan terkuat yang ada". Kini, Gandhi dihormati sebagai salah satu tokoh terbesar dalam sejarah India dan dunia. Dia memiliki pengaruh yang besar pada gerakan hak asasi manusia dan perdamaian di seluruh dunia, dan prinsip-prinsipnya tentang kebenaran, kebebasan, dan non-kekerasan masih relevan hingga saat ini.
Mahatma Gandhi sering kali disebut sebagai yang mengawali adanya pendekatan teknologi tepat guna. Meski pada masa Gandhi konsep teknologi tepat guna belum diberi nama, Gandhi sudah mulai mengusahakan penggunaan teknologi sederhana berbasis kondisi lokal, dan sebagian besar berupa teknologi berbasis pedesaan untuk membantu desa-desa di India agar menjadi mandiri. Gandhi tidak setuju dengan ide mengenai teknologi yang menguntungkan hanya sebagian kecil orang dengan mengorbankan sebagian besar yang lain, termasuk penerapan teknologi yang menyebabkan banyak pengurangan tenaga kerja demi meningkatkan keuntungan (profit). Tahun 1925 Gandhi mendirikan the All-India Spinners Association dan pada tahun 1935 dia pensiun dari dunia politik untuk membentuk the All-India Village Industries Association. Kedua organisasi tersebut menempatkan fokusnya pada teknologi berbasis pedesaan yang mirip dengan gerakan teknologi tepat guna yang tumbuh pesat beberapa dekade setelah itu. Mahatma Gandhi memandang bahwa teknologi dapat memberikan manfaat yang besar bagi manusia, namun harus digunakan dengan bijak dan tepat guna. Ia menekankan bahwa teknologi harus dipergunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan harus memperhatikan dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkannya. Gandhi mengatakan bahwa teknologi yang baik adalah teknologi yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup manusia, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Ia juga menegaskan bahwa penggunaan teknologi harus diimbangi dengan peningkatan kesadaran moral dan etika dalam masyarakat. Menurutnya, teknologi yang tidak diimbangi dengan kesadaran moral dan etika dapat menimbulkan dampak negatif yang serius bagi masyarakat. Gandhi juga menekankan bahwa penggunaan teknologi harus mengutamakan kesederhanaan dan kemandirian masyarakat. Ia menolak penggunaan teknologi yang hanya menguntungkan segelintir orang atau kelompok tertentu dan merugikan kepentingan masyarakat luas. Dalam konteks pengembangan teknologi, Gandhi menyarankan agar masyarakat atau pengguna teknologi harus terlibat dalam pengembangan dan penggunaan teknologi tersebut. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa teknologi yang dikembangkan dan digunakan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperhatikan kepentingan masyarakat secara luas. Secara keseluruhan, pemikiran Mahatma Gandhi tentang penggunaan teknologi yang tepat guna dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan dan penggunaan teknologi. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa teknologi yang digunakan dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat dan lingkungan, dan juga membantu meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul dari penggunaan teknologi. Teknologi tepat guna adalah umumnya dikenal sebagai pilihan teknologi beserta aplikasinya yang mempunyai karakteristik terdesentralisasi, berskala relatif kecil, padat karya, hemat energi, dan terkait erat dengan kondisi lokal. Secara umum, dapat dikatakan bahwa teknologi tepat guna adalah teknologi yang dirancang bagi suatu masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keetisan, kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif seminimal mungkin dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan. Pemikiran Mahatma Gandhi yang berkaitan dengan teknologi berasal dari pandangan filosofisnya tentang bagaimana manusia seharusnya hidup dan berinteraksi dengan dunia. Gandhi percaya bahwa manusia harus hidup sederhana, ramah lingkungan, dan menghargai nilai-nilai moral, seperti keadilan, kesetaraan, dan perdamaian. Dalam pandangan Gandhi, teknologi harus digunakan dengan bijak dan sesuai dengan nilai-nilai moral yang benar, sehingga teknologi dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan. Gandhi sendiri telah mengalami dampak langsung dari perubahan teknologi pada zamannya, terutama saat dia tinggal di Afrika Selatan pada awal abad ke-20. Pada saat itu, teknologi baru seperti telegraf, kereta api, dan mesin cetak telah mempercepat aliran informasi dan mengubah cara hidup dan berbisnis di Afrika Selatan. Namun, Gandhi juga menyadari bahwa teknologi dapat digunakan untuk menghancurkan nilai-nilai moral dan lingkungan yang penting. Pandangan Gandhi tentang teknologi kemudian dikembangkan dan diperluas oleh para ahli dan pemikir lainnya, termasuk E.F. Schumacher, yang menulis buku "Small Is Beautiful: Economics as if People Mattered" pada tahun 1973. Schumacher mengambil inspirasi dari pemikiran Gandhi tentang penggunaan teknologi yang bijak dan memberdayakan manusia secara kolektif, serta memperhatikan keselarasan dengan alam dan lingkungan. Selain itu, para ahli dan pemikir lainnya juga memperluas dan mengembangkan pandangan Gandhi tentang teknologi menjadi filsafat teknologi yang lebih umum, yang menekankan pentingnya mempertimbangkan implikasi sosial, moral, dan lingkungan dalam pengembangan dan penggunaan teknologi.
Pemikiran Mahatma Gandhi yang berfokus pada prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai manusia sangat relevan dalam konteks pengembangan teknologi. Dia menekankan bahwa teknologi harus digunakan dengan bijak dan sesuai dengan nilai-nilai moral yang benar, sehingga teknologi dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan. Prinsip-prinsip moral yang dianut oleh Mahatma Gandhi, seperti keadilan, kerja sama, kesederhanaan, keberlanjutan, dan keberpihakan pada kepentingan masyarakat, dapat menjadi panduan dalam pengembangan teknologi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Filosofi Gandhi tentang teknologi, yang mengutamakan tujuan sosial dan lingkungan daripada tujuan ekonomi semata, menunjukkan bahwa teknologi harus dipandang sebagai alat untuk mewujudkan tujuan moral yang lebih tinggi. Selain itu, pandangan Gandhi tentang teknologi mengingatkan kita akan pentingnya keselarasan antara kemajuan teknologi dengan keseimbangan alam dan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, filsafat teknologi Gandhi memberikan perspektif yang penting dalam mengembangkan teknologi yang tidak hanya efektif dan inovatif, tetapi juga berkelanjutan dan berpihak pada kepentingan bersama. Oleh karena itu, pemikiran Mahatma Gandhi tentang teknologi dapat dijadikan sebagai salah satu dasar filsafat teknologi yang berlandaskan pada nilai-nilai moral dan kemanusiaan, sehingga teknologi dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan. Mahatma Gandhi menekankan pentingnya menggunakan teknologi dengan bijak dan mengembangkan teknologi yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup manusia. Menurut Mahatma Gandhi, ada 5 kebermanfaaat teknologi yaitu :
- Tidak menyingkirkan nilai tradisional kebaikkan
- Mempermudah Manusia, mental Spritual, multi dimensi;
- Ada proses memberi-menerima antara teknologi dengan moral kehidupan manusiia
- Keberlanjutan sepanjang hayat (dampak generasi mendatang)
- Adanya distribusi semua manusia, bukan manusia tertentu
Mahatma Gandhi memandang bahwa teknologi dapat memberikan manfaat besar bagi manusia asalkan teknologi tersebut digunakan dengan bijak dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Mahatma Gandhi menyadari bahwa teknologi dapat memberikan manfaat yang besar bagi manusia. Namun, ia juga menyadari bahwa teknologi dapat memberikan dampak negatif jika tidak digunakan dengan bijak dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Menurut Mahatma Gandhi, hindarilah Teknologi bila:
- Hanya menyenangkan tapi untuk kamu, untuk kepentinganmu saja
- Membuat manusia tidak beraktivitas
- Mempengaruhi psikologi perilaku
- Menuntun kegelapan
- Mengubah citra dan identitasmu di tengah masyarakat
Meskipun Gandhi hidup pada masa yang jauh sebelum teknologi modern seperti yang kita kenal saat ini, pengaruhnya terhadap teknologi dan perkembangan sosial tidak dapat diabaikan. Salah satu konsep penting yang dia tekankan dalam gerakannya adalah swadeshi, atau mempromosikan ekonomi lokal dan produksi dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor dari Inggris dan negara lain. Konsep ini memiliki implikasi teknologi yang signifikan, karena mempromosikan pengembangan teknologi lokal dan produksi dalam negeri yang dapat menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan oleh masyarakat tanpa harus bergantung pada teknologi atau produk impor dari negara lain. Selain itu, Gandhi juga menekankan pentingnya menggunakan teknologi secara bijak dan etis, dan memperjuangkan prinsip-prinsip seperti pengembangan teknologi yang berkelanjutan, pemanfaatan sumber daya alam yang bertanggung jawab, dan menghindari penggunaan teknologi yang merugikan lingkungan atau melanggar hak asasi manusia. Dalam era modern, prinsip-prinsip ini masih sangat relevan dan dapat diterapkan dalam berbagai konteks teknologi, seperti pengembangan teknologi ramah lingkungan, penggunaan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan, dan mempromosikan penggunaan teknologi yang aman dan bertanggung jawab. Dengan demikian, pengaruh Gandhi terhadap prinsip-prinsip sosial dan etis yang berkaitan dengan teknologi masih sangat penting dan bermanfaat hingga saat ini.
Hubungan antara teknologi sistem informasi akuntansi (SIA) dengan pemikiran Mahatma Gandhi mungkin tidak langsung dapat terlihat jelas. Namun, dengan menerapkan prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai manusia yang dianut oleh Gandhi dalam pengembangan dan penggunaan teknologi SIA, dapat menghasilkan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan. Sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem yang mengintegrasikan teknologi informasi dengan prinsip-prinsip akuntansi untuk membantu organisasi dalam pengelolaan dan pelaporan informasi keuangan dan bisnis. Salah satu prinsip dasar akuntansi adalah kejujuran dan integritas, yang sangat penting dalam menjaga kepercayaan publik dan mempromosikan tindakan yang etis dalam bisnis. Prinsip-prinsip moral yang dianut oleh Gandhi, seperti kejujuran, keberpihakan pada kepentingan bersama, dan penghormatan terhadap nilai-nilai manusia, dapat diintegrasikan dalam pengembangan dan penggunaan SIA. Dalam hal ini, teknologi SIA harus digunakan dengan bijak, sehingga dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuan keuangan dan bisnis mereka dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat dan lingkungan. Selain itu, teknologi SIA juga dapat digunakan untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas, yang merupakan prinsip penting dalam pemikiran Gandhi tentang tata kelola yang baik dan keadilan sosial. Dengan mengembangkan sistem informasi akuntansi yang terbuka dan dapat dipercaya, organisasi dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas mereka dalam bisnis mereka.
Gandhi dikenal sebagai seorang pemimpin pergerakan kemerdekaan India yang mempromosikan nilai-nilai seperti non-kekerasan, kebenaran, pelayanan masyarakat, dan etika. Namun, terdapat beberapa perspektif dan prinsip filsafat Gandhi yang dapat diterapkan dalam konteks SIA. Etika dalam Akuntansi merupakan salah satu prinsip inti dalam filsafat Gandhi adalah etika. Gandhi mengedepankan nilai-nilai moral dalam setiap tindakan dan keputusannya. Dalam SIA, etika menjadi hal penting, terutama dalam pengelolaan data dan informasi keuangan. Penggunaan teknologi dalam SIA harus berdasarkan pada prinsip etis, seperti menghormati privasi data, menjaga kerahasiaan informasi keuangan, dan berlaku adil dalam pengelolaan sumber daya keuangan. Pendekatan etis dalam SIA dapat membantu mencegah praktik-praktik yang tidak etis, seperti manipulasi data, kecurangan, atau pelanggaran terhadap aturan akuntansi. Gandhi juga mengajukan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam tindakan dan kebijakannya. Dalam SIA, transparansi menjadi aspek penting dalam penyajian informasi keuangan kepada pengguna yang berkepentingan. Sistem informasi harus dirancang dan dioperasikan secara transparan, sehingga pengguna dapat memahami informasi keuangan dengan jelas dan dapat mengambil keputusan yang tepat. Selain itu, akuntabilitas juga diperlukan dalam SIA, di mana setiap tindakan atau transaksi harus dapat diidentifikasi, dicatat, dan dilacak. Pendekatan ini sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, seperti prinsip aksesibilitas, keterpaduan, dan akurasi.
Salah satu konsep yang ditekankan oleh Gandhi adalah keadilan sosial dan distribusi yang merata dari sumber daya. Dalam SIA, prinsip keadilan ini dapat diaplikasikan dalam pengelolaan sumber daya keuangan perusahaan. Sistem informasi harus dapat menghasilkan informasi yang akurat dan relevan tentang alokasi sumber daya keuangan, penggunaan dana secara bijaksana, dan distribusi yang adil dari keuntungan atau kerugian perusahaan. Hal ini dapat membantu menghindari praktik-praktik eksploitasi atau ketidakadilan dalam pengelolaan sumber daya keuangan perusahaan. Gandhi juga mengajukan pendekatan berbasis nilai dalam tindakan dan kebijakannya. Dalam SIA, pendekatan berbasis nilai dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan akuntansi. Nilai-nilai seperti integritas, tanggung jawab, kejujuran, keadilan, dan keberlanjutan harus menjadi landasan dalam pengelolaan informasi keuangan. Dalam penggunaan teknologi dalam SIA, harus dipertimbangkan apakah teknologi tersebut sesuai dengan nilai-nilai perusahaan dan mampu memenuhi tujuan etis yang diinginkan. Etika, transparansi dan akuntabilitas, keadilan dalam distribusi sumber daya, pemberdayaan dan keterlibatan masyarakat, serta pendekatan berbasis nilai adalah beberapa konsep yang relevan dalam mengintegrasikan filsafat Gandhi dalam SIA. Dengan menerapkan nilai-nilai ini dalam pengelolaan informasi keuangan perusahaan, SIA dapat menjadi lebih beretika, transparan, berkeadilan, dan memberdayakan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada kebijakan perusahaan. Penggunaan teknologi dalam SIA juga harus dipertimbangkan secara bijaksana dan sesuai dengan nilai-nilai perusahaan untuk mencapai tujuan yang lebih baik dalam pengelolaan informasi keuangan.
Saat ini informasi merupakan bagian yang penting dan bermanfaat bagi manusia, kebutuhannya terus meningkat dari waktu ke waktu. Informasi didefenisikan sebagai data yang telah diubah menjadi konteks yang bermanfaat dan berarti bagi pemakai tertentu. Informasi merupakan serangkaian data yang telah diolah sehingga memiliki makna yang berguna untuk mengambil sebuah keputusan yang efektif. Informasi yang berkualitas haruslah relevan, akurat, lengkap, tepat waktu, mudah dipahami, dapat diverifikasi, dan dapat diakses sangat dibutuhkan oleh sebuah organisasi agar dapat mengambil sebuah keputusan. Informasi yang dihasilkan dari sistem informasi akuntansi akan digunakan oleh para pengambil keputusan untuk menyusun keputusan, baik yang bersifat teknis maupun nonteknis. Informasi saat ini teleh diakui sebagai salah satu sumber daya atau investasi yang patut dikembangkan oleh suatu perusahaan yang diharapkan dapat memiliki kinerja yang baik sehingga dapat menjadi suatu sumber daya penyedia informasi yang cepat dan akurat serta dapat memberikan manfaat yang besar dalam pencapaian tujuan organisasi. Â Sistem informasi harus dapat diterima dan digunakan oleh seluruh karyawan dalam organisasi sehingga investasi yang besar untuk pengadaan sistem informasi akan diimbangi pula dengan produktivitas yang tinggi. Akuntansi merupakan pendukung penting dalam bisnis, telah mengalami perkembangan teknologi informasi yang cukup pesat. Dimana akuntansi adalah sistem informasi yang mencatat, mengumpulkan dan mengkomunikasikan data keuangan untuk tujuan pengambilan keputusan. Â Salah satu bidang akuntansi yang banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi adalah SIA. Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi yang dikomunikasikan kepada berbagai pihak pengambil keputusan. Teknologi informasi semakin berkembang sejalan dengan majunya peradaban manusia. Perkembangan teknologi informasi meliputi perkembangan infrasturuktur seperti hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage), dan teknologi komunikasi. Semakin maju teknologi informasi semakin banyak pengaruhnya pada bidang akuntansi. Perkembangan teknologi informasi, pada era informasi berdampak signifikan terhadap sistem informasi akintansi (SIA) dalam suatu perusahaan. Sistem informasi akuntansi mewujudkan perubahan ini dengan fungsinya secara manual ataupun komputerisasi. Pada dasarnya, sistem informasi akuntansi merupakan subsistem dari sistem informasi manajemen yang bertugas untuk mengelola data transaksi seluruh aktivitas yang ada. Dalam sistem informasi manajemen, seluruh data organisasi, baik itu data keuangan maupun nonkeuangan, dikelola untuk dijadikan informasi bagi seluruh tingkatan manajemen (manajemen puncak, menengah, dan bawah) dalam membantu pengambilan keputusannya. Sementara itu, informasi yang disediakan sistem informasi akuntansi berkisar pada informasi yang berkaitan dengan hasil pengolahan transaksi organisasi yang lebih bersifat keuangan. Dengan penerapan sistem informasi akuntansi dalam perusahaan akan memberikan kemudahan untuk para manajer dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengambilan keputusan sehingga perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif. Sistem informasi merupakan faktor penting untuk mencapai sebuah kinerja yang lebih besar salah satunya adalah pengambilan keputusan. Sistem informasi berbasis komputer adalah sistem informasi yang memanfaatkan komputer untuk memproses segala bentuk transaksi keuangan dan non-keuangan serta sebagai alat bantu dalam mengambil keputusan pada konteks.
Dalam kesimpulannya, pandangan Mahatma Gandhi tentang teknologi berasal dari pandangan filosofisnya tentang bagaimana manusia seharusnya hidup dan berinteraksi dengan dunia. Pemikiran Gandhi kemudian dikembangkan dan diperluas oleh para ahli dan pemikir lainnya menjadi filsafat teknologi yang menekankan pentingnya penggunaan teknologi yang bijak dan sesuai dengan nilai-nilai moral yang benar, sehingga teknologi dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan. Walaupun pada awalnya hubungan teknologi Sistem Informasi Akuntansi dengan pemikiran Mahatma Gandhi tidak terlihat berkaitan secara langsung, namun terdapat beberapa perspektif dan prinsip filsafat Mahatma Gandhi yang dapat diterapkan dalam konteks Sistem Informasi Akuntansi (SIA). Jadi, meskipun mungkin tidak terlihat berkaitan secara langsung, tetapi filsafat teknologi Mahatma Gandhi dapat memberikan perspektif dan prinsip yang berharga dalam konteks Sistem Informasi Akuntansi.
Citasi :
- Apollo. (2023, Februari 4). Filsafat Teknologi Mahatma Gandhi.
- Hakum, S. L. (2014). Pemikiran Mahatma Gandhi Tentang Nilai-Nilai Kemanusiaan. Jember.
- Irawati, Y. Pengaruh Teknologi Informasi Dan Keahlian Komputer Terhadap Sistem Informasi Akuntansi Pada Rumah Sakit Swasta Di Kota Pekanbaru. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau , 2.Â
- Rahayu, P. M., & Suputra, I. D. (2019). Pengaruh Penggunaan SIA Dan TI Terhadap Kinerja Individual Dengan Kemampuan Teknik Pemakai Sebagai Pemoderasi. Bali: E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
- Rochmad, N. (2009). Konsep Kebijaksanaan Dalam Perspektif Mahatma Gandhi. Semarang.
- Wisarja, I. K., & Sudarsana, I. K. (2018). Membaca Ulang Pemikiran Gandhi Tentang Kemanusiaan. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 11-21.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H