Nama Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
Nama : Dilah Anggraini
NIM : 43221010118
Kampus : Universitas Mercu Buana
Jiwa kepemimpinan, sikap disiplin, dan mampu memanajemen waktu sangat penting dimiliki oleh mahasiswa. Mahasiswa akan menjadi mahasiswa yang baik jika memiliki kemampuan kepemimpinan, disiplin, dan manajemen waktu tersebut. Kepemimpinan, disiplin, dan manajemen waktu sangat berguna untuk diterapkan pada masa perkuliahan. Tapi sebelum membahas lebih jauh mengenai kepemimpinan, disiplin, dan manajemen waktu. Sebaiknya kita ketahui terlebih dahulu tentang kemampuan kepemimpinan, disiplin, dan mampu memanajemenkan waktu. Di artikel ini, akan dibahas apa yang dimasudkan dengan kepemimpinan, disiplin, dan manajemen waktu? Kenapa harus kepemimpinan, disiplin, dan manajemen waktu? Padahal masih ada banyak lagi sifat yang baik untuk dimiliki mahasiswa. Lalu akan dibahas juga tentang bagaimana penerapan kepemimpinan, disiplin, dan manajemen waktu? Semua akan dibahas ke dalam artikel ini.
Kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin mengarahkan, mendorong, dan mengelola semua elemen dalam kelompok atau tim untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan dan dengan demikian memaksimalkan kinerja tim. Pemimpin berfungsi untuk memandu, menuntun, membimbing, membangun motivasi kerja, memajukan organisasi, menjalin komunikasi yang baik, memberikan pengawasan secara berkala, dan membimbing bawahan menuju tujuan yang ingin dicapai. Keberhasilan suatu organisasi, baik secara keseluruhan maupun kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat bergantung pada efektifitas kepemimpinannya dalam menciptakan motivasi atau semangat kerja atas tugas dan tanggung jawab para pegawainya.
Selain kepemimpinan, disiplin juga berpengaruh dalam suatu kelompok, organisasi, maupun individu. Disiplin harus diimbangi dengan jiwa kepemimpinan agar lebih mudah tercapainya sebuah tujuan. Disamping itu, memanajemen waktu dengan baik juga dibutuhkan untuk mencapai tujuan kelompok, organisasi, ada pribadi.
Semua itu seharusnya kita terapkan dan tanamkan pada diri kita. Jiwa kepemimpinan, disiplin, dan manajemen waktu adalah kemampuan yang sangat mmebantu kita dalam melakukan kegiatan apapun. Misalnya saat kita kuliah dikampus, jiwa kepemimpinan kita akan menghasilkan sikap disiplin dan sikap disiplin itulah yang berpengaruh pada lingkungan kita. Ditambah lagi jika kita mampu memanajemen waktu dengan baik. Aktivitas dalam perkuliahan akan sangat mudah diatasi dengan baik. Dengan manajemen waktu menjadi lebih efisien akan membantu kita untuk menyelesaikan seluruh tugas yang ada, tanggung jawab dan kewajiban yang harus diselesaikan dengan sangat mudah dan terarah. Maka dari itu, kita sebagai mahasiswa diharapkan dapat memiliki jiwa kepemimpinan, sikap disiplin, dan mampu memanajemen waktu dengan baik supaya kita bertanggungjawab pada setiap kewajiban atau aktivitas yang harus dilaksanakan dan diselesaikan.
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sifat yang ada pada dalam diri seseorang untuk mempengaruhi atau mempimpin orang lain, bisa dari pikiran dan tindakan untuk mecapai tujuan. Kepemimpinan ini berasal dari dalam diri masing-masing setiap orang. Kepemimpinan juga dapat memepengaruhi pikiran dan tindakan kita sendiri. Jiwa kepemimpinan yang tinggi itu wajib untuk dimiliki oleh seorang mahasiswa. Jiwa kepemimpinan yang tinggi diperoleh dalam waktu yang lama, tidak bisa hanya dalam semalam. Semangat kepemimpinan harus terus dikembangkan. Semua manusia memang diberkahi dengan karunia kepemimpinan dan potensi dari Tuhan Yang Maha Esa. Kita hanya perlu mengasah kemungkinan yang diberikan kepada kita dan menjadikannya berguna bagi orang lain, terutama diri kita sendiri. Partisipasi dalam kegiatan kerjasama tim merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan yang kuat. Dengan bekerja dalam kelompok, mahasiswa dapat belajar banyak tentang bagaimana memecahkan masalah dan mengembangkan ide-ide mereka. Kemudian kita dapat mempengaruhi orang lain untuk menerapkan ide-ide tersebut. Pemimpin masa depan akan datang dari pemuda hari ini.
Seorang pemimpin belum tentu memiliki kepemimpinan yang hebat saat ini jika dia tidak menjalani pembelajaran yang panjang di masa lalu untuk menjadi seorang pemimpin yang hebat. Oleh karena itu jiwa kepemimpinan harus diasah sejak dini, dan kedepannya sebagai mahasiswa kita akan siap menggantikan peran pemimpin kita saat ini. Jika kita menunda untuk mengasah kepemimpinan (leadership), maka kita sebagai generasi muda akan tertinggal oleh orang-orang yang terus terusan mengasah minat, bakat, dan potensi yang mereka miliki.
Pemimpin masa depan adalah mahasiswa. Mahasiswa harus mampu memimpin Indonesia ke arah yang lebih baik dari sekarang. Oleh karena itu, mulailah mengembangkan kepemimpinan sejak dini. Mengembangkan kepemimpinan yang sudah ada dalam diri kita tidaklah sulit. Mulailah dari diri kita sendiri dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang dengan semangat kepemimpinan yang kuat memiliki rasa tanggung jawab yang kuat dan besar. Dan rasa tanggung jawab itu adalah kunci keberhasilan kita sebagai pemimpin.
Menurut Katz dan Kahn (dalam Watkin, 1992), berbagai definisi kepemimpinan dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar: “sebagai kelengkapan atribut atau status, sebagai karakter seseorang, dan sebagai kategori perilaku”. Definisi kepemimpinan sebagai atribut atau integritas jabatan atau status didefinisikan oleh Janda (dalam Yukl, 1989) dan lain-lain sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah jenis hubungan kekuasaan tertentu yang dicirikan oleh persepsi anggota kelompok bahwa anggota kelompok lain memiliki hak untuk mendikte pola perilaku sehubungan dengan aktivitas mereka sebagai anggota kelompok.” Ini adalah kepemimpinan. Jenis hubungan kekuasaan tertentu, ditentukan oleh asumsi oleh anggota kelompok bahwa mereka memiliki kekuatan untuk menentukan pola perilaku yang terkait dengan aktivitas mereka sebagai anggota kelompok. Konsep kepemimpinan sebagai karakter individu, sebagaimana dikemukakan oleh Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (2000). Terutama terkait dengan gelar pemimpin. Dengan kata lain, seorang pemimpin adalah agen perubahan, seseorang yang bertindak untuk mempengaruhi orang lain lebih dari mereka mempengaruhi diri mereka sendiri. Konsep kepemimpinan sebagai perilaku dikemukakan oleh Sweeney dan McFarlin (2002). Prosesnya terdiri dari menciptakan tujuan untuk masa depan dan memotivasi bawahan untuk mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan. Jadi kepemimpinan melibatkan serangkaian proses yang mempengaruhi orang. Proses ini bertujuan untuk memotivasi bawahan untuk menciptakan visi di masa depan dan mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan mereka.
Mengenai tiga kategori pemahaman di atas, Watkins (1992) menyatakan bahwa “Kepemimpinan didefinisikan sebagai anggota kelompok yang berbeda secara positif dari anggota lain dalam perilaku, karakteristik pribadi, pemikiran, atau struktur kelompok.” Berdasarkan pemahaman ini, teori kepemimpinan pada dasarnya mempelajari individu-individu dengan ciri-ciri fisik, mental, dan status yang dipandang lebih unggul daripada orang lain dalam kelompok, dan bagaimana individu-individu ini adalah ilmu mempengaruhi individu lain untuk memungkinkan mereka bekerja menuju tujuan mereka.
Pendekatan Gaya (the Style Approach)
Tujuan dari teori gaya kepemimpinan adalah untuk mempelajari tindakan serta perlakuan pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau mengarahkan mereka untuk mencapai tujuan. Lewin, Lippitt, dan White (Dunford, 1995) melakukan studi tentang tingkat keketatan kontrol pada tahun 1930-an dan menggunakan istilah untuk gaya kepemimpinan otokratis, demokratis, dan laissez-faire.
1. Kepemimpinan dengan pendekatan gaya otokratis
Mengacu pada praktik manajemen tinggi yang tidak melibatkan kebebasan dan partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan. Pemimpin bersifat otoriter, tidak mau mendelegasikan atau melepaskan otoritas, dan tidak menyukai keterlibatan anggota.
2. Kepemimpinan dengan pendekatan gaya demokratis
Mengacu pada ukuran kontrol yang longgar, tetapi pemimpin sangat aktif dalam memfasilitasi diskusi kelompok, keputusan kelompok, kebijakan, atau keputusan dibuat secara kolektif, dan komunikasi yang saling menguntungkan atau timbal balik, inisiatif dapat datang dari seorang pemimpin atau anggota.
3. Kepemimpinan dengan pendekatan gaya Laissez-faire
Baik menyerahkan atau membiarkan anggota mengambil keputusan, kepemimpinan adalah kunci dan ada sedikit manajemen dan pengawasan. Sehingga kesuksesan suatu organisasi ditentukan oleh individu atau perorangan
House dan Mitchell (Gibson, Ivancevich, dan Donnelly, 2000) mengembangkan teori pass-goal. Menurut teori ini, para pemimpin harus meningkatkan jumlah dan variasi penghargaan yang tersedia bagi karyawan mereka dan berikan instruksi serta panduan yang menjelaskan cara memenangkan penghargaan. Oleh karena itu dapat dikenal kepemimpinan langsung yaitu yang dapat memberi arahan, kepemimpinan mendukung yaitu pemimpin memberi dukungan, dan kepemimpinan partisipatif yaitu pemimpin membuat keputusan atau meminta tindakan dan menggunakan masukan saran. Serta kepemimpinan orientasi kinerja yaitu pemimpin yang menuntut kinerja yang luar biasa, menetapkan tujuan yang menantang, berimprovisasi, dan menunjukkan kepercayaan diri.
Disiplin
Kata disiplin ini berasal dari kata latin yaitu “discipline”. Artinya “pendidikan atau pelatihan untuk pengembangan harkat, spiritualitas, dan kepribadian manusia”. Disiplin dinyatakan sebagai upaya untuk meningkatkan perilaku seorang individu agar berpegang pada prinsip dan aturan atau standar yang selalu berlaku. Saat ini, kata disiplin telah berkembang artinya dalam banyak hal. Contohnya, disiplin yang berarti mengikuti peraturan (hukum) atau pengawasan dan pengendalian.
Pada dasarnya, disiplin adalah sesuatu yang bisa dilatih. Pelatihan disiplin diharapkan dapat meningkatkan pengendalian diri, kepribadian atau ketertiban dan efisiensi. Singkatnya, disiplin adalah tentang pengendalian diri sehingga kita dapat membedakan antara yang benar dan yang salah untuk mendorong perilaku yang bertanggung jawab dalam jangka panjang.
Kita dapat menarik kesimpulan dari definisi di atas. Disiplin adalah sikap kesiapan yang utuh untuk mengikuti segala aturan dan norma yang ada dalam pelaksanaan tugas dalam bentuk tanggung jawab apapun. Namun, disiplin dibangun ke dalam prinsip-prinsip. Ini berarti bahwa disiplin dapat dipelajari bukan diperoleh secara naluriah.
Jenis-jenis tindakan disiplin
Tindakan disiplin dilakukan di berbagai bidang kehidupan sosial, dan dampaknya secara langsung mempengaruhi semua orang di sekitar mereka. Tindakan disiplin itu sendiri dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
1. Disiplin waktu
Disiplin waktu adalah jenis disiplin yang diterapkan orang pada penggunaan waktu mereka 24 jam sehari. Bukan hanya waktu ketika kita memulai dan mengakhiri yang penting, tetapi hal-hal lain yang mempengaruhi orang lain juga. Misalnya, menghargai waktu orang lain dalam rapat berarti datang tepat waktu. Atau, jika kita memiliki tugas dengan tenggat waktu tertentu, sebaiknya lakukan dari awal agar tidak terburu-buru.
2. Disiplin Terhadap Aturan
Dalam kehidupan sosial kewajiban berguna untuk menghormati aturan yang berlaku di masyarakat. Kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku menciptakan keharmonisan dan keseimbangan dalam masyarakat. Misalnya, memastikan ketertiban dan kebersihan di area, mematuhi semua aturan hidup dan kondisi lingkungan kerja.
3. Disiplin berbangsa dan bernegara
Disiplin berbangsa dan bernegara sangat dibutuhkan di semua sektor masyarakat dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, ekonomi, dan kesejahteraan nasional. Misalnya, membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku atau melakukan tindakan administratif sesuai ketentuan yang berlaku. Atau hal termudah yang bisa kita lakukan adalah mengikuti rambu lalu lintas.
4. Disiplin Dalam Beribadah
Semua agama di Indonesia memiliki aturan yang harus diikuti oleh pemeluk agama tersebut untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Misalnya, menjalankan ibadah sesuai dengan aturan dan aturan agama. Atau dengan menghormati dan menghargai mereka yang berbeda keyakinan dengan kita, baik secara profesional maupun pribadi.
Manajemen Waktu
Manajemen waktu adalah usaha untuk mengendalikan atau mengatur waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tertentu secara lebih produktif, efisien, dan efektif. Manajemen waktu yang baik membantu kita untuk menjalani kehidupan yang lebih seimbang. Pada umumnya seseorang yang tidak pandai mengatur waktu memiliki tingkat stres yang lebih tinggi karena harus mengorbankan aktivitas lain untuk satu aktivitas. Mahasiswa yang dapat mengatur waktu secara efektif dan efisien lebih mungkinkan untuk menyelesaikan tugas mereka lebih cepat dari jadwal. Namun, jika mahasiswa tidak pandai mengatur waktu, kemungkinan besar mereka akan memenuhi atau bahkan melebihi batas waktu. Hal ini dapat terjadi karena mahasiswa yang mengatur waktunya dengan baik mampu mengontrol kegiatan mana yang penting dan mana yang tidak.
Manajemen waktu adalah keterampilan yang terkait dengan segala jenis usaha atau kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk membantu orang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya (Atkinson dalam Luthfiana, 2010). Selain itu, Haynes (Luthfianas, 2010) berpendapat bahwasannya manajemen waktu ialah proses pribadi yang menggunakan analisis dan perencanaan waktu untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Seperti yang dikatakan Forsyth (Luthfiana, 2010), manajemen waktu adalah cara untuk membuat waktu lebih mudah dikelola untuk memastikan tidak hanya produktivitas tetapi juga terciptanya efisiensi dan efektivitas. Selain itu, Higgins (Luthfianas, 2010) mendefinisikan manajemen waktu sebagai proses membuat waktu menjadi lebih produktif dengan mengatur apa yang dilakukan selama waktu tersebut. Dari teori-teori tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa manajemen waktu adalah kemampuan untuk menggunakan waktu secara efektif dan efisien untuk mencapai produktivitas yang maksimal.
Menurut Teori Canfield (2014). Canfield (2014) menemukan aspek-aspek berikut dari manajemen waktu:
1. Rencana
Proses perencanaan diperlukan untuk tetap berpegang pada keputusan untuk memilih pekerjaan yang ada, didorong oleh tekad untuk menyelesaikan pekerjaan.
2. Tetapkan prioritas
Prioritas adalah mencoba memutuskan apa yang perlu diprioritaskan berdasarkan kepentingan.
3. Delegasi
Mendelegasikan berarti memberikan pekerjaan kepada orang lain yang dianggap cocok dan dapat melakukan pekerjaan dengan lebih efisien dalam waktu yang tersedia.
4. Disiplin diri
Disiplin diri membantu orang memprioritaskan tanggung jawab mereka dan menghindari hal-hal yang mungkin menghalangi penyelesaian tugas.
Berdasarkan aspek-aspek manajemen di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa manajemen waktu adalah pendelegasian, disiplin diri, prioritas, dan perencanaan.
Perlu diingat, mahasiswa yang baik yaitu yang mahasiswa dapat menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dengan kita memiliki jiwa kepemiminan, disiplin, dan mampu memanajemen waktu maka penerapan Tri Dharma Peruguruan Tinggi akan semakin mudah untuk dijalani.
1. Pendidikan dan Pengajaran
Maksud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang pertama adalah pendidikan dan pengajaran. Hal ini sangat diperlukan untuk menjamin kesinambungan pelatihan bagi lembaga-lembaga tersebut. Baik di universitas, lembaga penelitian, sekolah menengah, perguruan tinggi, atau bentuk pendidikan lainnya. Pendidikan dan pengajaran adalah upaya untuk mengikuti pedoman untuk pengembangan pribadi. Tujuan pendidikan tinggi adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mewujudkan potensi dirinya. Di sisi lain, proses pembelajaran dan pengajaran memiliki dampak yang serius jika tidak dilakukan dengan baik. Dampaknya seperti, kemajuan negara dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah. Itulah sebabnya pendidikan dan pengajaran adalah hal terpenting dari universitas. Mahasiswa pasti membutuhkan kemampuan memimpin, disiplin, dan manajemen waktu untuk menjalankan proses pendidikan. Pengajar juga membutuhkan kemampuan memimpin, disiplin, dan manajemen waktu untuk melakukan pengajaran. Dengan saling sadar bahwa kepemimpinan, disiplin dan manajemen waktu itu penting, maka mahasiswa maupun pengajar dapat bertanggungjawab pada setiap kewajiban yang harus dijalani saat masa perkuliahan berlangsung.
2. Penelitian dan Pengembangan
Isi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang kedua yaitu mengadakan penelitian dan pengembangan. Melaksanakan poin kedua ini bertujuan untuk mendapatkan sumber daya manusia yang dapat befikir kreatif, cerdas serta kritis sehingga dapat memenuhi tujuan dari pendidikan perguruan tinggi. Hasilnya, negara bisa berkembang menjadi sangat pesat, baik dari segi teknologi maupun dari segi bidang lainnya. Bentuk kontribusi untuk melakukan kemajuan, perkembangan serta pembangunan negara adalah melalui penelitian dan pengembangan. Ketiganya akan berdampak positif bagi perekonomian, pendidikan, masyarakat dan bidang lainnya. Oleh karena itu, baik sebagai mahasiswa maupun sebagai pengajar, harus terbiasa dengan penelitian dan pengembangan dengan melakukan penulisan laporan sesuai dengan bidang kita. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi. Penelitian dan pengembangan bisa dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa di perguruan tinggi. Dengan mengikuti kegiatan organisasi di perguruan tinggi, mahasiswa dapat mengasah jiwa kepemimpinan yang telah ada pada dirinya. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran dan organisasi, mahasiswa membutuhkan sikap disiplin dan mampu memanajemen waktu. Jika sudah terlatih saat di bangku kuliah, maka setelah lulus mahasiswa akan terbiasa menerapkan sikap kepemimpinan, disiplin, dan dapat memanajemen waktu di dunia kerja.
3. Pengabdian Kepada Masyarakat
Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk poin terakhir adalah pengabdian kepada masyarakat. Artinya, terjun langsung ke lapangan untuk mendukung komunitas tertentu (masyarakat) dalam berbagai kegiatan. Dari kegiatan organisasi, kita bisa terjun langsung ke lapangan untuk membantu masyarakat. Kita harus memiliki jiwa kepemimpinan dalam diri kita terlebih dahulu supaya diri kita mampu mengeluarkan rasa empati dan simpati agar bisa terjun ke lingkungan masyarakat. Sikap disiplin disini juga sangat dibutuhkan supaya saat pelaksaan pengabdian kepada masyarakat tidak gegabah dan tetap teratur. Memanajemen waktu tidak kalah penting dari jiwa kepemimpinan dan sikap disiplin. Dengan kita bisa memanajemen waktu dengan baik, kita dapat melaksanakan pembelajaran pada perkuliahan, menjalankan organisasi dengan baik, dan dapat terjun langsung pada kegiatan masyarakat.
Sebagai mahasiswa, tugas kita bukan hanya untuk belajar dan mengerjaakan tugas saja. Mahasiswa juga memiliki fungsi yang mana fungsinya itu berhubungan langsung dengan kepemimpinan, disiplin, dan manajemen waktu. Berikut adalah beberapa fungsi mahasiswa:
1. Perubahan Langsung
Mahasiswa menjadi Sumber Daya Manusia yang banyak dan cukup sehingga mahasiswa kelak dapat mempengaruhi perubahan dengan cara apa pun. Semangat kepemimpinan memastikan bahwa fungsi mahasiswa terpenuhi. Pemikiran intelektual mahasiswa menghasilkan ide-ide yang dapat mengubah paradigma yang berkembang dalam kelompok dan membimbingnya atas dasar kepentingan bersama. Ada satu penting yang bisa dijadikan kebanggaan untuk mahasiswa yaitu semangat membara untuk melakukan sebuah perubahan. Sebagai pemimpin dan pelatih masa depan, mahasiswa ditantang untuk menunjukkan kemampuan mereka untuk mengisi peran pemimpin di masa depan.
2. Agen Perubahan
Ialah mahasiswa diharapkan bisa menjadi orang dari agen perubahan dan menjadi Sumber Daya Manusia yang bisa membawa perubahan. Mahasiswa harus memiliki kematangan sosial dan kematangan berpikir yang kritis. Berpikir kritis dapat diperoleh melalui praktik kepemimpinan dengan cara terus berlatih untuk menerapkan jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan jika diasah terus menerus akan membawa banyak perubahan dalam cara berpikir individu.
3. Iron Stock
Mahasiswa adalah Sumber Daya Manusia yang tidak akan pernah habis, itulah maksud dari poin ketiga ini. Zaman akan semakin berkembang dan populasi manusia juga akan terus bertambah. Kita sebagai mahasiswa akan terus beregenerasi sehingga menjadikan sumber daya manusia sebagai generasi muda yang tidak akan pernah habis. Sebab, kita akan menggantikan peran di masa yang akan datang.
4. Kekuatan Moral
Maksudnya, mahasiswa adalah sekelompok besar orang yang diharapkan memiliki etika tinggi dan bermoral yang baik karena latar belakang akademis, pengetahuan, dan ilmu tinggi yang dimiliki mereka. Memiliki etika dan moral yang baik bisa timbul karena disiplin, yaitu salah satu sikap dari banyaknya sikap pemimpin yang ada. Dengan memiliki disiplin waktu dalam melakukan pembelajaran maka pendidikan tidak akan sia-sia dan pengetahuan serta ilmu yang didapatkan akan bermanfaat. Sehingga menjadikan kita sebagai orang yang memiliki moral baik dan beretika.
5. Kontrol Sosial
Mahasiswa diharapkan untuk dapat mengontrol kehidupan sosial. Oleh karena itu peran dan label Sosial Control diberikan kepada mereka (mahasiswa).Untuk mengontrol pada kehidupan sosial, kita butuh sifat-sifat yang mencerminkan jiwa pemimpin dan untuk menujudkannya kita bisa menggunakan beberapa langkah yaitu dengan bersikap disiplin dan mampu memanajemenan waktu.
Citasi:
Inilah Fungsi dan Peran Mahasiswa dalam masyarakat. Diambil dari gramedia.com: https://www.google.com/amp/s/www.gramedia.com/literasi/peran-mahasiswa/amp/
Suyanto, E. (2018, September 5). Mengenal Kepemimpinan dan Model Kepemimpinan. Diambil kembali dari DJKN MenKeu: https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12708/Mengenal-Kepemimpinan-dan-Model-Kepemimpinan.html
Wibowo, U. B. (2011, Juni 14). Teori Kepemimpinan. Diambil kembali dari Google Scholar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H