Mohon tunggu...
dila
dila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - FKG- Universitas Jember

Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keberagaman Suku Dayak di Bumi Borneo

11 Juni 2024   21:56 Diperbarui: 11 Juni 2024   22:15 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dayak merupakan sebutan bagi penduduk asli pulau Kalimantan. Pulau Kalimantan terbagi berdasarkan wilayah administratif yang mengatur wilayahnya. Masing-masing terdiri dari Kalimantan Timur dengan ibu kota Samarinda, Kalimantan Selatan dengan ibu kota Banjarmasin, Kalimantan Tengah dengan Ibu Kota Palangkaraya, Kalimantan Barat dengan ibu kota Pontianak, Kalimantan Utara dengan Ibu Kota Tanjung Selor. Suku Dayak, terbagi dalam 405 sub-sub suku (J. U. Lontaan, 1974). Masing-massing sub suku Dayak mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, sesuai dengan sosial kemasyarakatannya, adat istiadat, budaya, maupun Bahasa yang khas pada masing-masing sub suku tersebut, baik Dayak di Indonesia maupun Dayak di Sabah dan Sarawak, Malaysia.

Etnis Dayak Kalimatan (J.U. Lontaan, 1974) menyebutkan, terdiri dari 6 suku besar dan 405 sub suku kecil, yang menyebar di seluruh daerah pedalaman Kalimantan. Mereka menyebut dirinya dengan kelompok yang berasal dari suatu daerah berdasarkan naman sungai, nama pahlawan, nama alam dan sebagainya. Contohnya suku Iban asal katanya dari Ivan (dalam Bahasa kayan, ivan yang berarti pengembara). Contoh lain seperti Suku Batang Lupar, karena berasal dari Sungai Batang Lupar, daerah perbatasan Kalimantan Barat dengan Serawak, Malaysia.

Suku Dayak hidup berpencar-pencar di seluruh wilayah pedalaman Kalimantan baik yang hidup di wilayah Indonesia maupun yang berdomisili di Sabah Sarak Malaysia. Mereka hidup menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan. Menurut sejarahnya suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut "Nansarunai Usak Jawa" , yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389 (Fridolin Ukur, 1971). Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak terdesak dan terpencar, Sebagian masuk daerah pedalaman.

Sebagian besar suku Dayak yang memeluk agama Islam tidak menyebut dirinya sebagai orang Dayak, melainkan sebagai orang "Melayu" atau orang "Banjar". Sedangkan orang Dayak yang tidak memeluk agama Islam Kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman di Kalimantan. Orang Dayak yang memeluk agama Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan. Salah seorang Sultan Kesultanan banjar yang terkenal adalah Lambung Mangkurat adalah seorang Dayak Maanyan atau Ot Danum. Salah satu sejarah asal usul suku Dayak Kalimantan nama Lambung Mangkurat diabadikan sebagai nama Universitas Lambung Mangkurat di Banjarmasin (Fridolin Ukur, 1971).

Dayak Muslim 

Masyarakat Dayak yang masuk Islam dan yang telah menikah dengan pendatang Melayu disebut dengan "Senganan", yang berarti masuk laut, dan kini mereka menyebut dirinya dengan sebutan orang Melayu. Mereka mengangkat salah satu tokoh yang mereka segani baik dari etnisnya maupun pendatang yang seagama dan mempunyai karismatik di kalangannya, sebagai pemimpin kampungnya atau pemimpin wilayah yang mereka segani. Seiring dengan perkembangan sosial masyarakat dan kemajuan pengetahuan, masyarakat Dayak yang beragama Islam menyebut dirinya sebagai "Dayak Muslim". Hal tersebut artinya mereka sudah Kembali ke fitrahnya yaitu Orang Dayak, dan harus diberikan apresiasi yang tinggi. Agama boleh berbeda, etnis boleh berbeda tetapi asal usul tidak boleh dilupakan sebagai manifestasi dari berbeda-beda namun tetap satu "Bhinneka Tunggal Ika" yaitu Indonesia Raya

Etnisitas dan Keberagaman Masyarakat Dayak

Kalimantan Tengah memiliki etnisitas yang relatif berbeda dibandingkan dengan Kalimantan Barat dan daerah lainnya. Mayoritas etnis yang mendiami Kalimantan Tengah adalah etnis suku Dayak Ngaju, Ot Danum, Maanyan, Dusun, dan lain sebagainya. Sedangkan agama yang mereka anut variativ. Dayak yang beragama Islam di Kalimantan Tengah, tetap mempertahankan etnisnya sebagai orang Dayak, demikian juga bagi Dayak yang beragama Kristen. Agama asli suku Dayak Kalimantan tengah adalah Kaharingan, yang merupakan agama asli yang lahir dari budaya setempat sebelum bangsa Indonesia mengenal agama pertama yakni Hindu. Karena Hindu telah menyebar luas di dunia terutama Indonesia dan lebih dikenal luas, jika dibandingkan dengan agama suku Dayak, maka agama Kaharingan dikategorikan sebagai cabang agama hindu.

Provinsi Kalimantan Barat mempunyai keunikan tersendiri terhadap proses alkuturasi cultural atau perpindahan suatu culture religious bagi masyarakat setempat. Dalam hal ini proses tersebut sangat berkaitan erat dengan tiga suku terbesar di Kalimantan Barat yaitu Tionghua (Cina), Dayak, Melayu, atau disingkat TIDAYU.  Pada mulanya orang Dayak mendiami daerah pesisir Kalimantan Barat, hidup dengan tradisi dan budayanya masing-masing, kemudian datang pedagang dari gujarab baragama Islam (Arab Melayu)  dengan tujuan jual-beli barang-barang dagangan dari dan ke Selat Malaka, menyebabkan mereka berkeinginan menetap di daerah baru yang mempunyai potensi dagang yang besar bagi keuntungannya.

Tari Leleng Khas Kalimantan Timur

Tarian Leleng Khas Kalimantan Timur Menggunakan Properti Bulu Burung Enggang.  sumber : informasi pribadi
Tarian Leleng Khas Kalimantan Timur Menggunakan Properti Bulu Burung Enggang.  sumber : informasi pribadi
Provinsi Kalimantan Timur mempunyai kebudayaan tariannya yang khas  yaitu tari leleng. Tari leleng merupakan kesenian rakyat suku Dayak yang ada di pedalaman Kalimantan Timur. Jaman dahulu, mereka tinggal di Kawasan hutan, dengan sumber penghidupan dari aktivitas perladangan, berburu dan mengumpulkan hasi hutan. Dalam kehidupannya, mereka percaya bahwa nenek moyang mereka datang ke bumi dengan perantara burung Enggang. Oleh karena itu, mereka sangat menhormati burung Enggang. Salah satu bentuk penghormatan terhadap burung Enggang diekspresikan melalui seni tari, khusunya dengan menggunakan perlengkapan tarian berupa bulu burung Enggang, yang disebut kirip. Bulu burung itu dipakai untuk menghiasi kedua belah tangan, sehingga menyerupai kipas. Selain itu hiasan bulu burung ini dipakai pula di topi.

Tarian ini, menceritakan Utan Along, yaitu sebutan bagi seorang gadis yatim yang sedang bimbang karena kekasihnya pergi dan belum kembali. Berputar-putar melambangkan kebimbangan seperti halnya orang yang sedang kebingungan dan kemudian mondar mandir. Begitu juga utan Along yang sedang kebingungan. Karena hal itulah dinamakan leleng. Properti yang digunakan pada tari leleng Kalimantan Timur dalam pertunjukkannya berupa bulu burung enggang. Bulu burung enggang memiliki peran penting dalam acara adat dan tarian tradisional, menjadi bagian ayang tak terpisahkan dari kesakralan upacara serta keindahan Gerakan tarian ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun