Mohon tunggu...
Dila Rahmandani
Dila Rahmandani Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Penulis

Dila Rahmandani, Mahasiswa Jurnalistik Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin. °Jurnalis °Kepenulisam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Potret Ketabahan Jalanan Kota: Mencari Nafkah Menyusuri Sisa-Sisa Kehidupan

30 Oktober 2024   22:27 Diperbarui: 30 Oktober 2024   22:27 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasiana - Jambi. Sebuah potret kehidupan penuh perjuangan tergambar dari sosok pemulung yang setiap hari menyusuri jalanan kota demi menyambung hidup. Mereka bekerja di balik hiruk-pikuk kehidupan perkotaan yang sering kali melupakan peran mereka dalam menjaga kebersihan kota.

Seperti Bu Isma (53 Tahun) setiap pagi yang masih dingin, sudah siap dengan karung dan tongkatnya, menyusuri jalanan, trotoar, dan tempat sampah di sudut-sudut kota Jambi. 

"Saya dari sekitar Danau Sipin sampai Talang Banjar, buat nyari botol plastik. Jalan kaki," Setiap harinya, Bu Isma mengumpulkan botol plastik, kardus, dan barang-barang yang bisa didaur ulang untuk dijual. Penghasilan yang ia dapatkan mungkin tidak seberapa, namun bagi Bu Isma pekerjaan ini adalah pilihan yang ia jalani dengan penuh ketabahan. 

Sebelumnya, Bu Isma bekerja sebagai IRT namun, karena faktor usia ia kurang di lirik karena kinerjanya berpengaruh dengan umur yang beliau injak.

Menghidupi 3 orang anak yang masih bersekolah Bu Isma memulung botol plastik bekas bersama suami dan 4 anak sulungnya yang perhari menghasilkan 1-8kg yang dihargai 1.500rp/kg.

"Kadang bisa dapat 30 ribu sehari, itu pun kalau sedang beruntung," ujarnya sambil tersenyum meski wajahnya menunjukkan kelelahan. Dia bercerita bahwa pekerjaan ini dilakukan demi keluarganya yang tinggal di rumah kecil di pinggiran kota dan hanya satu motor tua yang digunakan secara bergantian oleh keluarga.

Bu Isma menceritakan berbagai tantangan yang sering ia hadapi, mulai dari sulitnya mencari botol di tengah hari, meningkatnya jumlah pemulung lain hingga risiko kesehatan akibat paparan sampah berbahaya. Selain itu, cuaca yang tidak menentu juga menjadi tantangan tersendiri baginya.

Meskipun pekerjaannya sering kali tidak terlihat, peran pemulung seperti Bu Isma sangat penting dalam menjaga kebersihan kota dan membantu mengurangi sampah plastik yang mencemari lingkungan. Melalui kerja kerasnya, dia berharap masyarakat bisa lebih peduli dan menghargai pekerjaan pemulung.

Saat ditanya terkait dengan harapan dan keinginannya terhadap pemerintah dan harapan untuk keluarganya dengan pekerjaan beliau tekuni. Dengan Wajah teduh dan lelah nya Bu Isma menjawab.

"Setiap orang pasti memiliki harapan, kalau bisa pemerintah tidak salah sasaran terhadap penerima beasiswa, apalagi untuk kami ini, yang pengen anak nya sekolah sampe lulus SMA Alhamdulillah." 

"Kalau pemerintah bisa bantu kami, misalnya dengan menyediakan tempat khusus untuk kami bekerja atau sekadar peralatan yang lebih aman, itu pasti sangat membantu," tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun