Pada Amukan rasa yang berkecamuk dalam batinku
kadang aku rasakan sesak
dan akhirnya mataku panas,
menggenang butiran-butiran kecil pada pelupuknya
aku takut mati sendiri dalam kebisuan
pun aku takut merana pada kesepian
tapi aku tak rela menderita karena luka
dan aku mati jua menahan siksa
relung hatiku terbuat dari nurani
bukan besi yang menghujammu
aku tetap punya hati
meski tak tentu bagaimana mengenalmu
Yang ku sampaikan bukan pesan durjana
hanya sebatas luka akibat kesendirian
mungkin aku kurang ajar dalam bersua
tapi aku tak ingin menyimpan kebohongan
pesanku padamu,.....
"Di malam syahdu sebelum terlelap.
aku tak ingin sendiri dalam gelisah maupun bahagia, pun dalam terang ataupun gelap.
waktu terus berlari tak berujung.
akan indah bila aku dan kamu, bersama, menjadi orang yang beruntung."
aku tak kan berucap lagi
biar rasa dan isyarat yang melengkapi
perjalanan ini sebatas kita
namun sampai kini dan nanti, disini maupun disana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H